Pasca
pembacaan vonis kasus LHI oleh majelis hakim pengadilan tipikor dua
hari yang lalu dengan 16 tahun penjara plus denda 1 milyar rupiah, kini
Partai Keadilan Sejahtera bersiap siaga memanaskan mesin politik dan
menancap gas untuk lepas landas menuju arena pemilu 9 April 2014
mendatang.
Kasus yang melibatkan mantan presiden partai dakwah ini, kelihatannya tidak terlalu berpengaruh signifikan bagi soliditas internal kadernya, malah justeru boleh jadi hal ini menjadi titik tolak kebangkitan sepirit perjuangan mereka, menguatkan tekad, merapatkan barisan untuk menebar nilai-nilai keadilan dan kebenaran di bumi pertiwi.
Akankah PKS mampu menaikkan perolehan suaranya di pemilu mendatang menembus peringkat 3 besar seperti yang ditargetkan? padahal fakta hari ini di lapangan hasil beberapa lembaga survey menyatakan semakin turunnnya tingkat elektabilitas PKS di mata publik. Bila pemilu dilaksanakan saat ini, maka perolehan suara PKS niscaya turun drastis jauh di bawah partai-partai lainnya.
Tidak bisa dipungkiri, kasus yang melibatkan LHI sempat mengguncang gerbong PKS, namun pergerakan poltik di tubuh PKS sangat dinamis, tidak jalan di tempat, dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Partai Keadilan Sejahtera yang berbasis kader anak muda ini terbukti mampu mengelola problematika yang menimpanya dan menjadikannya sebagai sebuah peluang.
Kita menyaksikan seberapa dahsyat pun benturan politik yang menghantamnya, Partai Keadilan Sejahtera menunjukkan soliditasnya, kala para pengamat politik meramalkan kiamat bagi PKS, terbukti hingga saat ini ia masih tetap eksis dan lebih siap untuk mengikuti kompetisi secara sehat dan elegan dalam perhelatan politik 9 April mendatang.
Seberapa besar PKS dapat memungut ibrah/pelajaran dari rangkaian peristiwa politik yang dialaminya selama ini, sebesar itu pula PKS akan mampu mendulang suara di pemilu mendatang dengan segala potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, menurut saya rangkaian peristiwa politik yang telah terjadi seyogyanya menjadi cermin untuk melihat diri dan dari sanalah pijakan langkah berikutnya dilakukan menuju satu tujuan yang telah ditetapkan.
Barangkali, realisasi dari tagline ‘Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani’ (AYTKTM) akan menjadi modal untuk meraih simpatik publik, mendulang suara masyarakat. Saya pribadi masih punya keyakinan dan harapan bahwa di dalam gerbong politik PKS masih tertancap kuat idealisme mengusung sebuah perubahan untuk Indonesia yang lebih baik menuju sebuah peradaban yang gemilang. Semoga berhasil…
Salam Persaudaraan
Jakarta, 11 Desember 2013
By: Abah Faiq
Aktivis Sosial
Kasus yang melibatkan mantan presiden partai dakwah ini, kelihatannya tidak terlalu berpengaruh signifikan bagi soliditas internal kadernya, malah justeru boleh jadi hal ini menjadi titik tolak kebangkitan sepirit perjuangan mereka, menguatkan tekad, merapatkan barisan untuk menebar nilai-nilai keadilan dan kebenaran di bumi pertiwi.
Akankah PKS mampu menaikkan perolehan suaranya di pemilu mendatang menembus peringkat 3 besar seperti yang ditargetkan? padahal fakta hari ini di lapangan hasil beberapa lembaga survey menyatakan semakin turunnnya tingkat elektabilitas PKS di mata publik. Bila pemilu dilaksanakan saat ini, maka perolehan suara PKS niscaya turun drastis jauh di bawah partai-partai lainnya.
Tidak bisa dipungkiri, kasus yang melibatkan LHI sempat mengguncang gerbong PKS, namun pergerakan poltik di tubuh PKS sangat dinamis, tidak jalan di tempat, dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Partai Keadilan Sejahtera yang berbasis kader anak muda ini terbukti mampu mengelola problematika yang menimpanya dan menjadikannya sebagai sebuah peluang.
Kita menyaksikan seberapa dahsyat pun benturan politik yang menghantamnya, Partai Keadilan Sejahtera menunjukkan soliditasnya, kala para pengamat politik meramalkan kiamat bagi PKS, terbukti hingga saat ini ia masih tetap eksis dan lebih siap untuk mengikuti kompetisi secara sehat dan elegan dalam perhelatan politik 9 April mendatang.
Seberapa besar PKS dapat memungut ibrah/pelajaran dari rangkaian peristiwa politik yang dialaminya selama ini, sebesar itu pula PKS akan mampu mendulang suara di pemilu mendatang dengan segala potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, menurut saya rangkaian peristiwa politik yang telah terjadi seyogyanya menjadi cermin untuk melihat diri dan dari sanalah pijakan langkah berikutnya dilakukan menuju satu tujuan yang telah ditetapkan.
Barangkali, realisasi dari tagline ‘Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani’ (AYTKTM) akan menjadi modal untuk meraih simpatik publik, mendulang suara masyarakat. Saya pribadi masih punya keyakinan dan harapan bahwa di dalam gerbong politik PKS masih tertancap kuat idealisme mengusung sebuah perubahan untuk Indonesia yang lebih baik menuju sebuah peradaban yang gemilang. Semoga berhasil…
Salam Persaudaraan
Jakarta, 11 Desember 2013
By: Abah Faiq
Aktivis Sosial
sumber : pkssumut.or.id
Andi
Subijakto salah seorang teman dekat Anas Urbaningrum yang juga salah
seorang ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia mencurigai jika Komisi
Pemberantasan Korupsi mendapat intervensi untuk menetapkan Anas sebagai
tersangka dalam kasus gratifikasi proyek Hambalang.
"Sejak awal kita sudah menaruh curiga ada tekanan kepada KPK dalam kasus Hambalang ini yang memaksa KPK harus menjadikan Anas sebagai tersangka," kata dia.
Pengakuan Angelina Sondakh dan Sylviana Soleha alias Bu Pur bahwa mereka dipaksa untuk membawa-bawa nama Anas dan menyudutkan Anas dalam kasus pembangunan pusat olahraga nasiona di Hambalang cukup menjadi bukti betapa Anas adalah pihak yang dikorbankan.
"Semestinya (pengakuan-pengakuan itu) berdampak pada status Anas yang sejak Februari lalu ditetapkan sebagai tersangka. Status itu membuatnya tersandera, kehilangan nama baik dan pekerjaan," kata dia.
Dia mengatakan, bukan tidak mungkin status tersangka Anas itu direvisi demi kebenaran.
"Kini nasib Anas tergantung pada kekuatan KPK Putih menahan intimidasi. Kita doakan mereka mampu,"
Sekedar informasi, kelompok pendukung Anas Urbaningrum ternyata memiliki istilah khusus merujuk pada kalangan internal KPK yang dinilai netral dan tidak mau tunduk pada intimidasi pihak luar.
Istilah yang mereka gunakan untuk kalangan khusus di internal KPK itu adalah 'KPK Putih'. - See more at: http://hukum.teraspos.com/read/2013/12/13/70136/nasib-anas-tergantung-kpk-putih#sthash.OFcitmEl.dpuf
"Sejak awal kita sudah menaruh curiga ada tekanan kepada KPK dalam kasus Hambalang ini yang memaksa KPK harus menjadikan Anas sebagai tersangka," kata dia.
Pengakuan Angelina Sondakh dan Sylviana Soleha alias Bu Pur bahwa mereka dipaksa untuk membawa-bawa nama Anas dan menyudutkan Anas dalam kasus pembangunan pusat olahraga nasiona di Hambalang cukup menjadi bukti betapa Anas adalah pihak yang dikorbankan.
"Semestinya (pengakuan-pengakuan itu) berdampak pada status Anas yang sejak Februari lalu ditetapkan sebagai tersangka. Status itu membuatnya tersandera, kehilangan nama baik dan pekerjaan," kata dia.
Dia mengatakan, bukan tidak mungkin status tersangka Anas itu direvisi demi kebenaran.
"Kini nasib Anas tergantung pada kekuatan KPK Putih menahan intimidasi. Kita doakan mereka mampu,"
Sekedar informasi, kelompok pendukung Anas Urbaningrum ternyata memiliki istilah khusus merujuk pada kalangan internal KPK yang dinilai netral dan tidak mau tunduk pada intimidasi pihak luar.
Istilah yang mereka gunakan untuk kalangan khusus di internal KPK itu adalah 'KPK Putih'. - See more at: http://hukum.teraspos.com/read/2013/12/13/70136/nasib-anas-tergantung-kpk-putih#sthash.OFcitmEl.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar