Hani : “Bukan Anggota saja, kitorang dapat pelayanan dari PKS, apalagi jadi Anggota"

Jumat, 10 Januari 2014

Kegiatan akhir pekan PKS di Kota Gorontalo selalu ramai dikunjungi warga. Bahkan diantara warga berkeinginan untuk masuk sebagai anggota Partai Keadilan Sejahtera. Sesuai dengan arahan program PKS Kota Gorontalo, harusnya saat ini belum ada agenda rekrutmen anggota partai. Namun respon positif warga terhadap PKS, akhirnya pendaftaran anggota PKS akhirnya dibuka pada setiap kegiatan yang rutin digelar setiap akhir pekan.

“Kami sebenarnya lagi fokus dengan kegiatan pelayanan terhadap warga dan agenda pemenangan pemilu 2014. Tapi karena diantara warga ada yang ingin masuk menjadi anggota dan kader PKS; akhirnya kita buka saja pendaftarannya. Sebenarnya, tidak ada batasan kaku kapan waktunya mendaftar jadi anggota, tapi karena ini terkait administrasi kartu anggota, maka stand pendaftaran kami sediakan setiap acara,” tutur  Iman Hadi Waluyo Ketua DPD Kota Gorontalo.

Ketua DPD yang akrab disapa Ustadz Hadi ini menyampaikan, setiap warga yang sudah mendaftar bisa langsung mendapat kartu tanda anggota dan senantiasa akan mendapatkan informasi seputar kegiatan PKS di Kota Gorontalo.

Hani, salah satu warga yang mendaftar sebagai anggota PKS mengatakan bahwa baru kali ini jadi anggota partai. Selama ini belum pernah ada yang menawarinya untuk menjadi salah satu anggota partai politik. Ketika PKS membuka stand daftar anggota, Hani memilih ikut mendaftar. “Bukan anggota saja kitorang dapat pelayanan dari PKS, apalagi jadi anggota,” canda Hani menutup pembicaraannya. *


Read Post | komentar

Razali, Caleg PKS Si Pengurus Jenazah

Meski hanya berprofesi sebagai pengurus jenazah, hal itu tidak membuat minder Razali Ta'at. Pria kelahiran 20 Juni 1966 ini sudah yakin maju sebagai caleg DPRD Kota Medan. Ia maju dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Yang terpenting jalinan kekerabatan sosial yang telah lama saya jalin dengan masyarakat menjadi modal utama modal utama saya untuk menjadi anggota DPRD," kata Razali dalam keterangan tertulis Humas DPP PKS, Jumat (10/1).

Awalnya, ia tidak berniat maju sebagai caleg. Karena ada dorongan dari kader PKS lainnya, ia akhirnya memutuskan mencalonkan diri. "Saya jadi caleg didorong oleh teman-teman di PKS. Jadi hal itu bagi saya amanah dari Allah dan masyarakat," ungkap Razali .

Ia maju melalui daerah pemilihan (dapil) 2 Kota Medan dengan nomor urut 11. Meski berhadapan dengan caleg berpendidikan tinggi dan kaya raya, ia tidak minder.

"Saya dicalonkan teman-teman di PKS, Jadi hal itu bagi saya amanah dari Allah dan masyarakat, dan saya akan bersungguh-sungguh serta bertanggungjawab kepada masyarakat," ucapnya optimis.

Razali mengklaim telah banyak berbuat untuk masyarakat terutama basis suara muslim yang menjadi kantung suaranya. "Jika nanti terpilih, tinggal menjalaninya sebaik-baiknya. Saya berharap penuh untuk bisa berbuat baik dan bermanfaat untuk masyarakat," tuturnya.

Selain itu, Razali memiliki strategi khusus dengan cara memberikan kartu nama setiap melakukan tugasnya sebagai pengurus jenazah dan melakukan sosialisasi dengan silaturahim dari rumah ke rumah. "Saya optimistis karena saya sudah menjalin hubungan dengan masyarakat, komunitas-komunitas. Tinggal menindaklanjutinya saja, lebih mengintensifkan saja," ujarnya. *


Read Post | komentar

Abdullah Hehamahua : "Tapi dari semua partai, yang paling dekat-mengusung aspirasi Masyumi- adalah PKS."

DI usianya yang ke-63 tahun, ingatan Abdullah Hehamahua tentang partai Islam Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan tokoh-tokohnya, masih sangat tajam. Pada Januari 2014 nanti, Ia mengaku berencanakan kembali lagi aktif secara penuh di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) di bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang).

Ketika ditanya, apakah keaktifannya ini ingin mengawal negeri ini saat Pemilu? Ia menjawab sederhana, “Tidak ada urusannya dengan politik. Sejak tahun 1981 di DDII, saya sudah terlibat di Litbang,” tuturnya.

Mantan Pembina Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu saat ini sedang mempersiapkan peluncuran buku hasil disertasinya yang berjudul, ”Kajian Integritas dan Profesionalisme dalam Manajemen SDM di KPK”, Jakarta.

Inilah wawancara hidayatullah.com dengan Mantan Ketua Umum Partai Politik Islam Masyumi pada Pemilu 1999 yang lalu, usai menjadi pembicara Seminar “Refleksi Spirit Perjuangan Partai Masjumi di Indonesia” yang diselenggarakan di Aula Masjid Al-Furqan DD, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2013).

Apa yang Anda menonjol dari sikap politik tokoh-tokoh Masyumi?
Tahun 1955 Masyumi mendapat 57 kursi bersama dengan TNI. Masyumi memenangkan 10 dari 15 daerah pemilihan. Saya tanya pada Pak Boerhanuddin Harahap sebagai Perdana Menteri saat itu. Kenapa Pak Boer menyerahkan mandat? Sebagai partai pemenang, Masyumi seharusnya bisa menggunakannya. Pak Boer mengatakan “Masyumi  adalah partai Islam. Saya diberi mandat untuk melaksanakan Pemilu. Setelah selesai, saya kembalikan.”
Pada waktu sidang konstituante, Pak Natsir menyampaikan konsep Negara Islam dan kemudian dikritik oleh IJ. Kasimo, Pimpinan Partai Katolik Indonesia. Mereka berdebat keras di dalam sidang. Tapi di luar sidang, mereka terlihat minum teh bersama di Cafe. Bahkan kemudian ketika pulang, mereka berboncengan sepeda.
Kasimo ternyata termasuk pelayat pertama ketika Pak Natsir meninggal. Coba Anda lihat, berbeda ideologi tapi dalam hubungan kemanusiaan mereka tetap rukun.

Partai mana di Indonesia yang lebih mirip dengan Masyumi?
Sebenarnya kalau PKS dan PBB melakukan perubahan tertentu, mereka bisa mewakili aspirasi Masyumi. Perubahan itu misalnya, PKS harus merubah ekslusifitasnya. Tidak menganggap hanya mereka yang benar sedangkan yang lain tidak benar. PBB bisa seperti Masyumi jika memilih pimpinannya secara musyarawarah dari anggotanya. Atau, jika PPP memperbaiki pimpinannya yang tidak berasal dari orang-orang sekuler. Tapi dari semua partai, yang paling dekat-mengusung aspirasi Masyumi- adalah PKS.

Se-ekslusif apa PKS ? Karena saya melihat mereka membaur di masyarakat dan tidak ekslusif.
Ekslusif itu misalnya, pendapat orang-orang seperti saya yang tidak berbai’at pada imam atau amir mereka, tidak didengar. Kalau sebagai peserta di PK, itu mungkin-tidak ekslusif-. Tapi untuk ikut sama-sama menentukan, tidak bisa kalau tidak berbai’at.

Sementara kalau PBB ada yang materalistis, terlibat KKN. Untuk menentukan mana yang sesuai dengan pemikiran Masyumi, Dewan Da’wah mengadakan konggres. Nanti diputuskan mana partai yang syar’i, apakah PBB, PPP atau PKS. Jadi, itu keputusan bersama.

Pada saat aktif di DD. Apakah aspirasi Bapak didengar?
Coba Anda lihat! Saya mengenal Pak Natsir, Pak Sjafruddin, Pak Boerhanuddin Harahap, dari buku- buku mereka. Kemudian ketika jadi mahasiswa di Makassar, saya ditangkap karena peristiwa Malari. Dipenjara selama dua tahun. Didalam penjara saya membaca juga buku-buku Buya Hamka. Melalui buku-buku itulah mereka menjadi guru-guru saya. Saya sudah merasa menjadi murid mereka.

Ketika pindah ke Jakarta, saya menjadi Sekjen HMI(Himpunan Mahasiswa Islam) dan kemudian ketika menghadiri konggres, tanpa saya tahu, saya terpilih menjadi Ketua Umum HMI. Orang-orang seperti Pak Natsir kemudian memilih dan meminta saya untuk aktif di Dewan Da’wah (DD). Anda bisa bayangkan jarak saya dengan Pak Natsir adalah 40 tahun. Beliau sudah 70 tahun lebih. Jadi, setiap Jum’at apa yang dilaporkan dan diputuskan akan dilaksanakan. Bagi saya itu luar biasa. Beda umur tapi pendapat saya didengar dan kemudian dieksekusi. Hanya karena kesamaan ideologi dan pemahaman.

Mengapa Masyumi dilarang Soekarno?
Saat itu Soekarno mau memaksakan Demokrasi Terpimpin, sentralisasi dengan menetapkan Ia sebagai Presiden seumur hidup. Kemudian Masyumi bereaksi dengan meminta otonomisasi daerah bersama beberapa kelompok termasuk dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Saat itu PKI berkuasa sekali dan berhasil menghasut Soekarno bahwa Masyumi terlibat PRRI sehingga harus dibubarkan. Sehingga ada Kepres No. 26/ 1960 yang menyatakan Masyumi harus memilih salah satu dari dua pilihan. Masyumi harus membubarkan diri atau dibubarkan. Akhirnya pimpinan Masyumi berpikir jika dibubarkan, segala harta dan aset dianggap barang terlarang dan disita oleh negara. Karena itu maka kita nyatakan diri Masyumi uzur  kemudian mengambil posisi membubarkan diri.

Masyarakat sudah lebih cerdas melihat peta politik. Lalu, kenapa partai yang bagus ini, tidak bisa berkembang?
Karena hedonisme. Semua berpikir harus duit. Orang-orang Masyumi itu kaya ide dan konsep. Tapi mereka tidak mau curang. Tidak mau money politic. Dan orang-orang Masyumi itu orang-orang yang ikut Petisi 50. Sehingga kegiatan usahanya dihajar oleh Orde Baru. Intinya, orang-orang Masyumi adalah orang yang tidak punya uang. Kalau teman-teman menyogok, mungkin bisa lolos. Tapi saya bilang sama teman-teman, jangan sampai keluar uang. Kalau mereka ingin menghancurkan Masyumi, ya sudah.

Apa yang perlu diperhatikan dalam memilih wakil rakyat?
Track record seorang caleg harus dilacak. Sekolah di mana, kerja dimana, bagaimana prestasinya, keluarganya dan orang tuanya. Bisa saja kita memilih dari caleg partai yang berbeda untuk DPRD tingkat 1 , Provinsi, serta untuk pusat. Tidak apa-apa seperti itu  karena Anda kenal orangnya. Setelah terpilih, jangan lepaskan mereka dari pengawasan kita. Kesalahan yang terjadi, setelah memilih, masyarakat lepas. Seharusnya setelah terpilih, mereka tetap dikawal.*


Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all