"Bunda Putri" Datangi Gedung KPK

Senin, 28 Oktober 2013



Seorang wanita paruh baya mengaku sebagai Bunda Putri saat mendatangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin 28 Oktober 2013. Wanita yang bernama asli Raden Yenny Meliana tampak mengenakan gamis berwarna putih dan kerudung hitam.

"Iya saya Bunda Putri," kata Raden Yenny di Gedung KPK.

Wanita berkacamata ini mengaku sengaja datang ke KPK karena ditawari menjadi penasihat KPK. "Saya mau diangkat jadi penasihat KPK. Maunya digaji Rp10 juta per bulan," ujarnya.

Wanita kelahiran Sukabumi itu mengaku anak dari jenderal Kopassus. Ia juga mengklaim kenal dengan sejumlah pejabat di seluruh Indonesia. Bahkan saat para wartawan menunjukkan foto Bunda Putri dengan sejumlah pejabat, ia membenarkan itu adalah foto miliknya. "Itu foto saya semua sama pejabatnya. Saya kenal semuanya," ungkapnya.

Tak hanya itu, Raden Yenny juga menunjukkan bukti lain untuk meyakinkan bahwa dirinya banyak kenal dengan petinggi negeri ini. Wanita itupun menyodorkan ponselnya dan menunjukkan beberapa SMSatau pesan singkat yang dikirim oleh sebuah kontak 'Ibu Ani Yudhoyono' dan juga 'Ruhut S'.

Sosok Bunda Putri belakangan memang menjadi sorotan. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat dibikin gerah, sehingga perlu menanggapi sosok Bunda Putri yang dianggap mengetahui soal rencana reshuffle kabinet.

Wanita yang menurut Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin itu bernama asli Non Saputri dikenal merupakan seorang pengusaha asal Jawa Barat dan tahu soal reshuffle kabinet. Mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq juga menyebutnya sebagai sosok yang dekat dengan Presiden SBY dan banyak tahu soal keputusan penting di pemerintahan.[vivanews]

Foto : "Bunda Putri" saat berada di gedung KPK
Read Post | komentar

Elektabilitas PKS teratas di Sosial Media


PKS memang fenomenal, dengan kasus yg melanda saat ini, PKS mampu cepat berbenah dan menjadikan masalah sebagai peluang. Kinerja yg terukur, soliditas kader dan branding yg terus  digencarkan oleh seluruh elemen partai ini, baik pengurus pusat, pengurus di daerah, bahkan sampai ke tingkat pengurus kecamatan dan ranting sekalipun, yg tak kalah militan lagi adalah para kader-kadernya.
 
Latar belakang kader PKS yg rata-rata terdidik berbanding lurus dengan penguasaan teknologi informasi yg mumpuni, sosial media , blog dan portal web  dikembangkan sendiri oleh kader-kader PKS, dan terbukti strategi branding ini berhasil.  Elektabilitas PKS di ranah sosial media sangat tinggi, tidak percaya ? lihat sendiri grafik dibawah ini. Salam Cinta, Kerja, Harmoni, PKS )3(. (def)



Read Post | komentar

Gagalnya ‘Rekayasa’ untuk PKS: Teori Contructivism



TEORI CONTRUCTIVISM
Menjelang pemilihan umum 2014, publik Indonesia makin diramaikan dengan berbagai pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan elit – elit partai politik yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagian kasus sudah memiliki ketetapan hukum berdasarkan putusan pengadilan, sebagian sedang menjalani proses hukum dan sebagian masih menjalani proses penyidikan.

Pada bulan September 2012 Kementerian Sekretariat Negara mempublikasikan catatan pemberian izin penyelidikan dan penyidikan pejabat negara dan anggota dewan yang terlibat kasus hukum. Namun Sekretariat Negara tidak memerinci berapa jumlah pejabat yang hanya terlibat kasus korupsi. Berikut ini adalah data yang dirilis Sekretariat Kabinet berdasarkan partai politik induk para pejabat negara terduga korupsi dan pelaku tindak pidana umum tersebut:

Peringkat 1: Partai Golkar 64 orang (36,36 persen),
Peringkat 2: PDI-P 32 orang (18,18 persen),
Peringkat 3: Partai Demokrat 20 orang (11,36 persen),
Peringkat 4: PPP 17 orang (3,97 persen);
Peringkat 5: PKB 9 orang (5,11 persen),
Peringkat 6: PAN 7 orang (3,97 persen),
Peringkat 7: PKS 4 orang (2,27 persen),
Peringkat 8: PBB 2 orang (1,14 persen),
Peringkat 9: PNI Marhaen, PPD, PKPI, Partai Aceh masing-masing 1 orang (0,56 persen),
Peringkat 10: Birokrat/TNI 6 orang (3,40 persen),
Peringkat 11: Independen/non partai 8 orang (4,54 persen).
Peringkat 12: Gabungan partai 3 orang (1,70 persen).

Pada 30 Januari 2013, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga anggota DPR-RI, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) ditangkap oleh KPK dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Kasus ini bermula dari penangkapan Ahmad Fathanah, seorang teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga sebagai kader PKS, tetapi kemudian dibantah oleh Anis Matta yang saat itu menjabat sebagai sekretaris jenderal PKS. Bantahan ini diulangi oleh Fathanah sendiri di hadapan pengadilan. LHI menjadi politisi PKS pertama yang menjadi tersangka KPK (http://id.wikipedia.org). 

Kasus ini melebar dan berindikasi pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang melibatkan para wanita, artis dan selebritis nasional teman Ahmad Fathanah dalam aliran dananya. Kasus inipun menjadi head line diberbagai media massa dan media sosial. Pemberitaan tentang LHI dan PKS yang menyertakan nama – nama wanita ‘disekeliling’ Ahmad Fathanah tentunya mencoreng citra PKS dimata publik sebagai partai Islam/dakwah yang sebelumnya memiliki tag line bersih – peduli  dan profesional. 

PKS akhirnya melakukan suksesi kepemimpinan dan konsolidasi internal dalam hitungan jam setelah pengunduran diri LHI sebagai Presiden PKS dan digantikan oleh Anis Matta tanpa ada gonjang ganjing politik di internal kader. PKS bahkan mampu memenangkan kadernya pada dua pemilihan gubernur, yakni Jawa Barat dan Sumatera Utara serta beberapa pilkada ditengah maraknya pemberitaan media terhadap LHI yang membawa – bawa nama PKS.

Table 1. Kader PKS Memenangkan Pilkada
No
Nama Pilkada
Posisi Kader
Pengusung/ Koalisi
Pelaksanaan
1.
Pilgub Jawa Barat
Gubernur
PKS, PPP & Hanura
24 Februari 2013
2.
Pilkada Sukabumi – Jawa Barat
Wakil Walikota
PKS dan Partai Demokrat
24 Februari 2013
3.
Pilgub Sumatera Utara
Gubernur
PKS, Hanura
7 Maret 2013
4.
Pilkada Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) – Kalsel
Wakil Bupati
PKS, Golkar, PKB dan PDIP
3 April 2013
5.
Pilkada Kabupaten Seruyan – Kalteng
Bupati
Independen – PKS
4 April 2013
6.
Pilkada Kota Bandung – Jawa Barat
Wakil Walikota
PKS - Gerindra
23 Juni 2013
7.
Pilkada Kabupaten Luwu – Sulawesi Selatan
Wakil Bupati
Golkar, PKS, PPP
18 September 2013
Sumber: www.pkspiyungan.org

PARADIGMA KONSTRUKTIVISME
Jesse Delia menjelaskan, Constructivism is a communication theory that seeks to explain individual differences in people’s ability to communicate skillfully in social situations (Griffin. 2012 : 98). Konstruktivisme adalah teori komunikasi yang berusaha untuk menjelaskan perbedaan individu dalam kemampuannya untuk berkomunikasi terampil dalam situasi sosial.

Paradigma konstruktivisme dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu (Sani. 2007: 1).

Sementara Deddy N. Hidayat (1999: 39) menjelaskan bahwa ontologi paradigma konstruktivis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis;  dan konstruktivisme biasa (Suparno. 1997: 25).
1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu.
2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri. 

Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”.  Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi;  tahap konfirmasi (Burhan. 2007: 188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak  secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung  melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi (Burhan. 2007: 14).

PEMBAHASAN
Sering tidak disadari seseorang bahwa realitas yang disampaikan media massa berbeda dari realitas yang sesungguhnya terjadi. Lewat teks berita yang didengar dan dibacanya, seseorang digiring untuk memahami realitas yang telah dibingkai oleh media massa. Pemahamannya terhadap realitas tergantung pada realitas pola media massa. Ia telah terperangkap oleh pola konstruksi media massa. Media massa selain menginformasikan sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu lewat berita-berita yang disuguhkan kepada khalayak.

Pandangan konstruksivisme memahami tugas dan fungsi media massa berbeda dengan pandangan positivisme. Dalam pandangan positivisme, media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi. Itulah realitas yang sebenarnya. Tidak ditambah dan tidak dikurangi. 

Dalam pandangan konstruktivisme, media massa dipahami sebaliknya. Media massa bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini, media massa dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. (Lihat Bennett, 1982: 287-288; Hidayat, 1999: 20). Pandangan tersebut menolak argumen yang menyatakan bahwa media sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca dan kita dengar dari media bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang terkemas dalam pemberitaan. 

Namun pada sisi lain paradigma konstruktivisme melihat realitas sosial sebagai konstruksi diciptakan oleh individu yang merupakan manusia bebas. Sehingga individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

Meskipun dalam banyak pemberitaan para tersangka kasus daging sapi media cenderung mengaitkannya dengan PKS, namun dalam beberapa pilkada baik pilkada gubernur maupun kabupaten/kota PKS mampu memenangkan calonnya. Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Tjipta Lesmana berpendapat, ada tiga faktor yang sangat menentukan terpilihnya seorang pemimpin. Tiga faktor itu yakni: uang, mesin politik, dan figur (fokus.news.viva.co.id). Sehingga sehebat apapun pemberitaan terhadap PKS, ketika PKS mampu memaksimalkan mesin politik, financial yang cukup serta menampilkan figur-figur yang ditampilkan memiliki nilai jual, maka pada akhirnya masyarakat juga yang akan menentukan, sesuai dengan kontruksi berfikir yang dianut oleh masyarakat tersebut.

DAFTAR BACAAN
Bennett, Tonny. 1982. Media, Reality, Signification. Dalam Michael Gurevitch, Tonny Bennett, dan James Wollacott (ed.). Culture, Society and the Media. London: Methuen.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta : Kencana,
Hidayat, Deddy N. 1999. Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,VolIII. Jakarta: IKSI dan ROSDA.
Griffin, Em. 2012. A First Look at Communication Theory. Eight Edition, McGraw Hill.
Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.

DAFTAR SITUS INTERNET
Alhamdulillah, Hari ini PKS Menang di Pilkada Hulu Sungai Selatan Kalsel http://www.pkspiyungan.org/2013/04/alhamdulillah-hari-ini-pks-menang-di.html
Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. WordPress.com-weblog. Melalui http://abdulhalimsani.wordpress.com/2007/09/06/teori-
Di Pilkada Sukabumi, PKS juga Kalahkan ‘Kotak-kotak’ Satu Putaran http://www.pkspiyungan.org/2013/02/di-pilkada-sukabumi-pks-juga-kalahkan.html
Hasil Rekapitulasi KPU di 33 Kabupaten-Kota, ‘Ganteng’ Menangi Pilkada Sumut. http://www.pkspiyungan.org/2013/03/hasil-rekapitulasi-kpu-di-33-kabupaten.html
KPU Tetapkan RIDO Jadi Pemenang Pilwakot Bandung http://www.pkspiyungan.org/2013/06/kpu-tetapkan-rido-jadi-pemenang.html
Lesmana, Tjipta, 2012. Ada 3 Faktor Penentu Unggul di Pilkada DKI. http://fokus.news.viva.co.id/news/read/333458-ada-3-faktor-menangi-pilkada-dki
Pasca Kriminalisasi LHI, PKS menang VS keroyokan 12 Parpol di Pilkada Seruyan. http://www.pkspiyungan.org/2013/04/pasca-kriminalisasi-lhi-pks-menang-vs.html
PKS Menang di Tiga Pilkada Sulsel, Salah Satu Calonnya Sekum DPW PKS Sulsel. http://www.pkspiyungan.org/2013/09/pks-menang-di-tiga-pilkada-sulsel-salah.html. 
[kompasiana]


Read Post | komentar

Target Buka Lapangan Kerja, Aher Incar Industri Tekstil Turki

ISTANBUL - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada hari kedua kunjungan kerjanya di Istanbul, Turki, Jumat (25/10/2013), fokus menggelar pertemuan bisnis dengan kalangan dunia usaha setempat. 

Bersama delegasi kerjasama ekonomi yang menyertainya, Heryawan juga mengunjungi pabrik tekstil milik Cak Group, salah satu kampiun bisnis Turki. 
Selain menekuni industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sejak 1948, Cak Group juga menjadi pelaku utama insdustri kimia, energi, jasa asuransi, dan ritel. Belakangan melebarkan sayap usaha ke sektor manufaktur, ekspor-impor mebel dan dekorasi, serta jasa jual-beli online.

Gebrakan besar terbaru grup bisnis yang kini memiliki 21 perusahaan tersebut yakni pendirian pabrik busana olahraga berplatform nasional dan internasional. Dua pabriknya di Provinsi Istanbul dan Sakarya masing-masing beroperasi dengan kapasitas 17 juta lembar pakaian per tahun.
Divisi busana olahraga tersebut telah meluncurkan dua merek: LTB dan Turquality. Cak Group menargetkan perusahaannya itu menciptakan 10 merek skala internasional pada 10 tahun beroperasi.
Gubernur Heryawan yang juga kader Partai Keadilan Sejahtera ini  menjelaskan, industri TPT Indonesia sebagian besar beroperasi di berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar). Bahkan, Kabupaten Majalengka oleh pemerintah pusat dijadikan sebagai sentra industri TPT.

Sejumlah pabrik TPT dengan teknologi modern berdiri di Majalengka. salah satu yang terakhir: PT Jaba Garmindo di Desa Banjaran, Kecamatan Sumberjaya. Investor TPT semakin antusias masuk Majalengka karena Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati akan beroperasi di kabupaten ini.
"Sangat tepat bila Cak Group memanfaatkan potensi industri TPT kami, mulai kerjasama perdagangan hingga pendirian pabrik di Jawa Barat," ujar Heryawan kepada jajaran Cak Group.
Usai meninjau bagian produksi tekstil Cak Group, Gubernur Heryawan kepada pers menjelaskan, pihaknya melirik industri TPT Turki karena besarnya peluang kerjasama di sektor ini. Jabar, tegasnya, juga bukan pelaku baru dalam industri TPT.

Heryawan menambahkan, upaya menggandeng pelaku industri tekstil Turki juga didasari target untuk terus menciptakan lapangan kerja baru bagi warga Jabar. Sektor TPT salah satu sektor industri yang mampu menyerap tenaga kerja.
"Beberapa bulan lalu, saya menyatakan untuk membuka lapangan kerja dalam jumlah tidak sedikit setiap tahun. Ini salah satu upaya kita untuk mewujudkannya," ujar Gubernur yang kerap disapa Aher ini. 

Ditambahkan, ia telah memerintahkan Kepala Dinas Perdagangan Ferry Sofyan Arif dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Dadang Mohamad yang menyertainya, untuk mem-follow-up pertemuan hingga kerjasama terjalin nantinya.
Pada hari yang sama, Gubernur Heryawan dan rombongan pertemuan melakukan pertemuan dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Istanbul.  [pks.or.id]

Read Post | komentar

PKS Desak Pemerintah Integrasikan Pelajaran Agama ke Semua Mata Pelajaran

Hidayatullah.com--Anggota Komisi X DPR RI sangat menyayangkan terjadinya kasus asusila yang terjadi akhir-akhir ini, baik itu terjadi di lingkungan masyarakat apalagi di sekolah yang melibatkan para oknum siswa, guru atau pun orangtua. Hal ini sangat memprihatinkan dan sudah menjadi fenomena menakutkan bagi perkembangan generasi muda kedepan.

Demikian dikatakan Ahmad Zainuddin dalam rilis tentang tindakan amoral yang dilakukan oleh oknum siswa SMP pada redaksi hidayatullah.com, Senin (28/10/2013).
Zainuddin mengatakan bahwa rentetan kasus asusila yang terjadi di lingkungan sekolah sungguh tidak dapat diterima karena hal tersebut dapat mencoreng kredibilitas institusi pendidikan di mata publik.

Legislator PKS dari dapil Jakarta Timur ini menegaskan bahwa penyimpangan sosial yang terjadi pada lingkungan pendidikan tidak terlepas dari lemahnya pengawasan oleh pihak sekolah, orangtua dan juga masyarakat.

Disamping itu menurut Zainuddin, sistem pendidikan nasional kita masih lemah dalam mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kurikulum. Akibatnya seolah-olah masalah penyimpangan yang terjadi pada siswa hanya menjadi tanggung jawab guru agama saja.
"Padahal pembinaan akhlak itu adalah merupakan tanggung jawab utama bagi semua pendidik dalam aplikasinya di sekolah," jelasnya.

Zainuddin menyayangkan karena hingga saat ini dalam kurikulum 2013 pun pendidikan akhlak masih dianggap sebelah mata. Ini terbukti dengan pendidikan agama yang masih minim. Seharusnya pendidikan agama harus menjadi bagian utama dari semua mata pelajaran yang ada di sekolah, tambah Zainuddin.

Untuk itu Zainuddin mendesak pemerintah agar pelajaran agama dapat diintegrasikan ke semua mata pelajaran.
"Hal ini wajib dilakukan, karena menjadi amanah UUD 45 dan juga merupakan tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan hasil pendidikan yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia," pungkasnya.* [hidayatullah.com]


Read Post | komentar

Anis Matta: Hakikat Politik Harus Jadi Industri Pemikiran Bukan Kekuasaan

Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, membedah sejarah bangunan kebangsaan Indonesia. Dengan mengundang tokoh partai politik (parpol), mantan kepala daerah, dan unsur lembaga riset, UGM menelisik sosok tepat pemimpin nasional mendatang.

Seminar Nasional dan Dialog Kebangsaan bertema "Dari kampus Mencari Pemimpin Indonesia" itu digelar di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, UGM, Kamis (24/10). Seminar diikuti sejumlah gurubesar politik, dosen muda, dan ratusan mahasiswa.

Tampil sebagai narasumber Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Asosiasi Pemerintahan Kabupaten seluruh Indonesia (Apkasi) Isran Noor, Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute Hanta Yudha, dan mantan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto.

Presiden PKS Anis Matta mengawali ulasannya dengan menegaskan hakikat politik yang seharusnya menjadi "industri pemikiran" bukan "industri kekuasaan". Dengan menjadikan politik sebagai bursa gagasan, maka segenap komponen bangsa mengenal secara tepat arah perjalanan ibu pertiwi.
Karenanya pula, Anis Matta mengapresiasi seminar yang digelar UGM, "kampus memang panggung mini demokrasi, tetapi paling bertanggungjawab atas tepat atau tidak tepatnya arah perjalanan bangsa," tuturnya.

Atas dasar tersebut, Anis Matta menegaskan, Pemilu 2014 harus didudukkan bukan sekadar pintu masuk peralihan kekuasaan. Pesta demokrasi ini lebih pas dijadikan gerbang menuju gelombang perubahan ketiga Indonesia, atas setidaknya tiga tahapan sejarah perjalanan bangsa.

Menurut mantan Wakil Ketua DPR-RI ini, gelombang pertama yakni proses peralihan sejarah yang berawal pada abad XVII sampai abad XX. "Saya menyebut tahap ini sebagai gelombang menjadi Indonesia," ujar Anis Matta.

Saat itu, rinci Presiden PKS, penderitaan panjang di bawah kerajaan-kerajaan membawa rakyat bergerak dalam satu solidaritas sehingga lahirkan sebuah bangsa besar.
"Gelombang kedua ketika kita menjadi sebuah bangsa pada momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dan peristiwa Proklamasi yang mengantarkan kita memiliki sebuah negera," papar Anis.

Sementara era reformasi, lanjutnya, lahir dari sisi kelam orde sebelumnya. Namun, anak bangsa yang mampu menangkap ruh zaman dengan memanfaatkan nilai-nilai positif orde lalu, membawa bangsa memasuki Orde Reformasi.

Perjalanan cukup panjang di atas, masih pendapat Presiden PKS, membawa Indonesia memasuki gelombang perubahan ketiga. Tuntutan perubahan ini terjadi di atas fakta bahwa kini lahir kelompok mayoritas baru yang menentukan arah bangsa ke depan.

"Sekarang kita berhadapan dengan "new majority", yakni munculnya kelompok usia 45 tahun yang menguasai 60 persen populasi," pungkas Anis Matta.
Seminar dan dialog kebangsaan berlangsung seru karena para peserta aktif menyampaikan tanggapan atas paparan narasumber. [pks.or.id]

Read Post | komentar

Sumpah Pemuda Selera Kini


Menarik ketika membaca ulang sejarah Sumpah Pemuda. Salah satunya tatkala membaca hasil kajian kajian Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Phil Ichwan Azhari.  Bahwa Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tahun oleh bangsa ini ternyata tak didukung dokumen dan bukti sejarah otentik. 

Menurutnya, berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada satu baris pun ditulis kata Sumpah Pemuda, dan para pemuda juga tidak sedang melakukan sumpah saat itu.  Yang ada hanyalah keputusan rapat pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dengan istilah yang dipakai saat itu ? Poetoesan Congres?.  Berdasarkan catatan dan dokumen sejarah pula diketahui Sumpah Pemuda pada dasarnya merupakan suatu hasil rekontruksi dari para pendahulu bangsa yang dimotivasi keperluan dari generasi yang berbeda, yang sengaja dibentuk kemudian setelah sekian lama peristiwa tersebut berlalu, yaitu adanya pembelokan kata "Poetoesan Congres" menjadi kata "Sumpah Pemuda".  

Adapun momennya pada tanggal 28 Oktober 1954, saat Presiden Soekarno dan Muhammad Yamin (sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) membuka Kongres Bahasa Indonesia yang kedua di Medan.  Pada saat itu, Soekarno dan Yamin ditantang untuk membangun simbol yang menyusun tembok ideologi bangsa dan negara.  Langkah tersebut, bila kita membaca sekilas dan lepas dari konteks situasi, barangkali akan disebut sebagai manipulasi sejarah.  Namun dibalik tindakan tersebut, inisiatif Presiden Soekarno dan sejumlah tokoh bangsa sebenarnya merupakan salah satu cara yang dianggap paling efektif saat itu.   

Terutama guna membentuk kesadaran nasional atas kemerdekaan bangsa ini sekaligus memberi peringatan keras kepada gerakan separatis yang mulai muncul menentang keutuhan Bangsa Indonesia.  Sederhananya, pembelokan kata "Poetoesan Congres" menjadi kata "Sumpah Pemuda" dipakai sebagai senjata ideologi tandingan.  Dengan begitu, apakah fakta tersebut merubah cara pandang terhadap peringatan Sumpah Pemuda? itu tak perlu terjadi, dan tak semestinya pula melahirkan kontroversi baru dalam pembelajaran sejarah nasional.   

Pelajaran terpenting yang diresapi adalah bahwa, jika para pendahulu kita punya memakai cara pandangnya sendiri atas momen 28 Oktober 1928 bagi kemaslahatan bangsa ini, maka kita pun harus menempuh cara yang sama untuk menyikapi tantangan saat ini dan yang akan datang.  Segregasi Situasi dan kondisi kita dalam berbangsa telah banyak berubah. Konfigurasi ini turut mempengaruhi cara berpikir dan bersikap setiap individu dan entitas bangsa ini. seiring dengan itu, kita perlu membenahi pendekatan dalam penyelenggaraan kehidupan.  

Bila dulu bangsa kita harus berhadap-hadapan dengan situasi penjajahan dan desegregasi dengan pola sentralistis, maka sekarang sangat banyak perbedaan.  Berawal dari kerangka berpikir ini, maka mengonversi semangat yang membuncah dalam ?Poetoesan Congres? 28 Oktober 1928 ke dalam bentuk yang sesuai dengan kehendak zaman yang sedang dan dihadapi bangsa ini tak ada salahnya ditempuh.  Sebagaimana cara yang sama dilakukan oleh para pendahulu bangsa. 

Semua demi kemaslahatan bangsa.  Upaya ini barangkali bisa menemukan missing link Sumpah Pemuda dengan kegersangan narasi pemersatu yang dapat kita rasakan sekarang.  Dengan menguatnya etnosentris dan primordialisme, setiap kelompok saling menjatuhkan karena kepentingan kelompoknya serta sosok kepemimpinan level nasional yang berserak dan asyik aksi dongkrak popularitas.  Ancaman nyata ini benar-benar perlu pendekatan ideologis. Dan, pemaknaan ulang momen kongres pemuda 28 Oktober 1928 dianggap perlu.  

Bukan untuk keperluan mengutak-atik sejarah, namun mengambil esensi yang diperlukan dengan keperluan bangsa saat ini dan ke depan.  Di antaranya dengan meluweskan pemaknaan nasionalisme dan kebangsaan, yang tak semata terikat pada batasan geografis.  Sehingga, menyitir perkataan Soekarno, Indonesia tak sekadar le desir d'etre ensemble kehendak bersatu dan yang merasa dirinya bersatu dan terikat dalam wilayah geopolitik Indonesia, namun yang lebih penting merasakan le desir d'etre ensemble Indonesia.  Jadi di manapun kita berada dengan profesi dan eksistensi kita; para pemuda yang mengeskpresikan diri di berbagai pentas, berkontribusi dengan apa yang dimiliki dan dalam keterbatasannya serta bangga dengan keindonesiaanya.   

Tidak larut dalam perbedaan dan membuka diri dan dapat bekerja dengan perbedaan. Inilah ekspresi keindonesiaan.  Memang, setakad ini kita sebagai bangsa masih tertatih-tatih. Kehendak dan keinginan sekarang terdistribusi secara luas dan tak lagi dikendalikan secara terpusat. Otonomi Daerah adalah media yang tepat untuk menggambarkan keperluan zaman yang berbeda ini.  Ditambah akses informasi yang lepas, semua ini menambah pelik dan rumitnya menyatukan perbedaan yang ada.  Ada benarnya apa yang ditulis oleh Max Lane (2007) dalam bukunya Indonesia: Bangsa yang Belum Selesai.   

Bahwa Indonesia sebagai bangsa masih harus menempuh jalan berliku-liku untuk mencapai capaian idealnya.  Adapun jalan berliku yang dimaksud penulis mengarahkan kepada politik identitas dalam format identitas suku, identitas daerah dan identitas agama, yang menurutnya sangat rapuh dan mudah menguat.  Meski begitu, sudut pandang penulis di atas tak seratus persen benar. Secara keseluruhan, sejarah bangsa kita telah memaparkan bahwa kebhinekaan kita sebagai bangsa bukanlah lahir dari inisiatif pemimpin semata apatah lagi program politik.  Akan tetapi lebih didorong kehendak arus bawah. Sumpah Pemuda salah satu wujudnya.***  



Indra Isnaini  
Anggota DPRD Provinsi Riau Fraksi PKS


Read Post | komentar

)|( KALIAN DIHINA, DIFITNAH, DICEMOOH, CUEKIN SAJA!! INI NASIHAT IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA )|(





"Berbagai organisasi akan membicarakan kalian. Jika mereka membicarakan kalian dengan baik maka bersyukurlah kepada Allah dan hendaklah omongan-omongan tersebut jangan sampai mengaburkan kalian dari kebenaran serta hakikat kalian. 

Adapun jika pembicaraan tersebut tidak sesuai dan tidak baik maka minta maaflah, dan tunggulah hingga zaman membuka hakikat yang sebenarnya. Janganlah kalian balas dosa itu dengan dosa yang sama. Sekali-kali janganlah kalian disibukkan untuk membalas omongan-omongan tersebut, karena hanya akan menyia-nyiakan kesungguhan kalian. Yakinlah bahwa semua itu tidak akan membuat kalian gentar dan mundur, juga tidak akan merusak kalian, jika kalian bersabar dan bertakwa. Yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

Kalian juga akan mendengar berbagai organisasi menuduh kalian berhubungan dengan organisasi yang kalian benci dan musuhi. Tidak usah diperhatikan semua itu, dan janganlah kalian berusaha untuk menanggapi atau mengklarifikasinya, karena seorang penuduhlah yang harus memperlihatkan bukti kebenaran tuduhannya. 

Dalam hal ini, permasalahannya tidak keluar dari dua kondisi. Pertama, jika tuduhan itu benar dan sungguh-sungguh maka mereka akan berusaha membuktikannya. Dan dalam rangka mencari pembuktian itulah mereka justru akan mengetahui hakikat dakwah kalian; bahwa kalian hanya berhubungan dengan Allah dan Rasul-Nya, dan kalian hanya beramal demi Islam serta penganutnya. Kedua, adapun jika tuduhan itu hanya main-main maka hal itu sedikit pun tidak akan merusak kalian. Biarkanlah mereka dengan tuduhan itu, lalu mohonlah agar Allah memberikan kita semua hidayah dan kemenangan."

Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna dalam Risalah Mu'tamar As-Tsadis

[SALAM 1 BESAR UNTUK PKS!! ALLAHU AKBAR]. [muslimina]
Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all