Malam itu, ada instruksi Rapat mendadak: "jam 20.30 wib semua kepanduan
berkumpul di bilangan jalan Mawar!" Satu persatu anggota kepanduan
datang memenuhi panggilan Komandannya. Setelah semua yang diundang telah
hadir, majelis pun dibuka. Seperti biasa, tidak ketinggalan membuka
majelis dengan melafazkan Basmalah dan Ayat Al Qur’an, sebuah hal yang
tidak boleh tertinggal dalam setiap agenda. Dengan harapan, agar Allah
meridhoi majelis tersebut.
Salah seorang Korsad memulai tausiah dengan membacakan “CAD’s Stories (baca
disini
) ” yang didapatnya dari sebuah milis internal pada tanggal 22 Maret
yang lalu. Tidak berapa lama Suara yang terdengar mulai “berat”, bahkan
sesekali Ia menyeka matanya yang telah basah tidak bisa menahan haru.
Namun Ia tetap melanjutkan hingga akhir cerita.
Terdengar isakan
lirih dari para Korsad dan Kepanduan yang sebenarnya identik dengan
ketegasan dan ketangguhan. Sungguh, dengan tetesan air mata Mereka itu,
mencerminkan kelembutan Jiwa dan Cinta mereka yang sangat Luar biasa
kepada Dakwah. Karena Kisah yang dibacakan adalah sebuah cerita tentang
keikhlasan dan pengorbanan di jalan dakwah.
Beberapa saat
kemudian, Sang Komandan membuka kata. Namun kepalanya tertunduk dan
suaranya yang biasanya lantang dan tegas, kali ini lembut dan dalam. Ia
menceritakan bahwa Ia tidak tahu lagi harus berkata apa kepada Sang
Istri, karena Siang tadi Ia telah membuat sebuah keputusan yang cukup
penting dalam karir kehidupannya. 12 jam yang lalu Ia mendapat telpon
dari sekolahnya (Beliau ini sedang megambil Kejar Paket C atas ide dan
dorongan dari Istri tercintannya) bahwa pagi itu Ia harus mengikuti
Ujian kenaikan tingkat. Namun Ia dengan tanpa Ragu menjawab;
“Pak, Kalau memang Saya Tidak Lulus maka mungkin itu takdir Saya”
Ya, Takdir yang dipilihnya sendiri, karena Ia lebih memilih menjadi
Komandan di acara Apel Siaga PKS Mandau, untuk memastikan dan
mengendalikan semua pasukan kepanduan dan santika agar Apel berjalan
sesuai sekenario.
Tidak sedikit pun Ia rela membiarkan acara yang memang diamanahkan oleh
struktur kepada Bidang Kepanduan berjalan tanpa andil dirinya, dan itu
sangat sering Ia lakukan di agenda yang sejenis.
Tidak diduganya
Istri tercintanya menangis mengetahui Sang Komandan melakukan “hal itu”
lagi untuk yang kesekian kalinya. Bukan, bukan sedih karena Suaminya
tidak lulus, tetapi karena sedih mengingat bahwa ia begitu peduli dan
sangat ingin memuliakan Suaminya dengan wadah pendidikan, karena Ia
adalah seorang Guru. Namun bukan kali itu saja Sang istri berkorban
untuk dakwah yang dicintainya. Bahkan suatu hari Ia berujar:
“Bi,
Ummi tu sangat ingin seperti ummahat lain bisa ikut LT3Besar, jadi
panitia dan berkotribusi maksimal disetiap agenda dakwah, tapi kan abi
tahu sendiri kalau ummi pergi siapa yang jaga anak-anak, siapa yang
masak dan mengurusi kebutuhan mereka. Abi pulangnya pun hanya sebentar
lalu pergi lagi. Bahkan malam hari pun abi pulangnya menjelang subuh
terus. Ummi punya tabungan Haji. Pakailah, Bi...”.
Tangis haru
pun meledak, semua Korsad dan kepanduan yang hadir tak kuasa menahan
haru. Tidak cukup sampai disitu pengorbanan keluarga dakwah ini,
Komandan menuturkan bahwa Ia juga telah memakai tabungan anaknya yang
telah berstatus Piatu. Karena memang sering agenda-agenda kepanduan dan
korsad membutuhkan dana namun kas yang ada minus. Sehingga tanpa
sepengetahuan anggotanya Ia memakai Uang pribadi anak dan Istrinya, demi
kelancaran setiap agenda korsad dan kepanduan yang memang harus terus
berjalan.
Allahuakbar!!! Ya Allah, terimakasih Engkau telah
mengumpulkan aku dengan orang-orang yang ikhlas dan sangat mencintai
dakwah ini, Ya Allah satukanlah hati kami, dan satukanlah kami di
syurgaMu kelak.
Kini Giliran anggota Korsad pindahan dari
Kuansing yang angkat bicara. Sesuai karakternya Ia menyampaikan dengan
tegas dan mantap:
“Akhi, ana dan Istri sudah berkomitmen untuk
berinfaq semampu kami. Istri punya perhiasan kalung dan cincin seberat
kurang-lebih 4,5 gram sudah diikhlaskan untuk infaq dan ana ada tabungan
uang tunai 1 juta. Hanya itu yang kami mampu akh, antum tahu sendiri
kan kondisi keluarga kami”.
Tiba-tiba seorang Kepanduan menginterupsi;
“Bang, Demi Allah... ana gak rela. Abang kasih kembali perhiasan Istri
abang itu, biar ana yang menggantinya. InsyaAllah niat infaq itu sudah
diterima di sisi Allah bang...” Ungkap Sang kepanduan sambil
terisak-isak.
Sesa’at susana riuh dengan isak tangis para punggawa Team Pengamanan Pemilu ini. Sejurus kemudian seorang Kepanduan meletakkan
Hand Phone Samsung Galaxy yang baru sepekan Ia beli di tengah Majelis.
“Ustadz HP ana ini masih baru, ana ikhlaskan untuk dakwah...”
“Allahuakbar!!!” seorang Kepanduan bertakbir tidak kuat menahan tangis.
Beberapa
saat lamanya, semua terisak, ada “sesuatu yang bangkit” dan terus
membesar di dada masing-masing. Benar, sesuatu yang bangkit itu adalah
perasaan cinta yang teramat sangat kepada dakwah, janji dan tekad
pribadi untuk memberikan yang terbaik untuk perjuangan di jalan Allah
ini. Tidak mengenal usia, tidak terpaut jenjang marhalah tarbawi, malam
itu semua berikrar dalam hatinya:
“Ya Allah... pada malam hari ini
Engkau saksikan, Jadikanlah kami mujahid di jalanMu, akan kami berikan
yang terbaik untuk agamaMu ya Allah...”Korsad yang menjadi protokol acara berkata;
“Ya sudah, kalau kita semua memang komitmen, nanti ana susun RAB untuk
kebutuhan pengamanan butuhnya berapa dan sebisa mungkin kita mandiri,
tidak minta lagi ke Structur karena kita tahu Ustadz-Ustadz kita itu
mungkin juga sedang pusing memikirkan kebutuhan pemilu yang tidak
sedikit jumlahnya.”
Semuanya Diam tanda setuju. Akhirnya ditutuplah rapat malam itu dengan
lantunan do’a Robithoh dan pecahnya tangis yang merupakan representatif
kekhusukan do’a. ;
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui
bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini telah berkumpul karena cinta-Mu,
dan berjumpa dalam ketaatan pada-Mu, dan bersatu dalam dakwahMu, dan
berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya,
dan kekalkanlah cintanya, dan tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah ia
dengan cahaya yang tiada pernah Padam, dan lapangkanlah dada-dada dengan
iman yang berlimpah kepada-Mu, dan indahnya takwa kepada-Mu, dan
hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu, dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Aamiin...”