SEFT, alternatif baru sembuhkan penyakit

Jumat, 25 Oktober 2013


Apa itu SEFT ?, SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan perpaduan antara ilmu Akupuntur dan Psikologi yang disempurnakan dengan sentuhan Spiritual yang bersifat universal. Tehnik SEFT ini digagas pertama kali dan terus menerus dikembangkan oleh seorang putera Indonesia sekaligus didaftarkan sebagai karya intelektual dan karya anak bangsa yaitu H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, M.Sc.

SEFT adalah teknik pemberdayaan diri yang menggabungkan 15 macam teknik terapi (termasuk kekuatan spiritual) yang diramu sedemikan rupa oleh Ahmad Faiz Zainuddin sehingga menghasilkan sintesa sebuah teknik pemberdayaan diri yang sederhana tapi efektif untuk mengatasi berbagai macam masalah fisik dan emosi (seperti sakit kepala berkepanjangan, nyeri punggung, asma, alergi, mudah capek, hingga penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi dan lainnya; emosi : trauma, depresi, kecanduan rokok, phobia, stress, insomia, malas, bosan gugup, galau, cemas, tidak percaya diri dan lainnya), simalkan potensi dan kekuatan  yang ada dalam diri setiap individu, meningktakan kinerja untuk mencapai peak performance, membersihkan sampah-sampah emosi untuk meraih kedamaian hati dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain secara cepat, mudah & universal.

Mengapa tehnik ini begitu banyak manfaatnya dan terbukti berhasil? Karena SEFT merupakan penggabungan dari 15 teknik terapi yang telah dipraktekkan oleh banyak ahli psikologi, psikiater, maupun terapis di seluruh dunia yang kemudian dikemas menjadi lebih sederhana tetapi mempunyai dampak yang luar biasa.
 
Tehnik SEFT menggabungkan 15 macam teknik terapi yang sudah dikenal luas di dunia, yaitu:
  1.  Cognitive Therapy (NLP)
  2. Behavioral Therapy
  3.  Logotherapy
  4.  Psychoanalysis
  5.  EMDR
  6.  Self Hypnosis (Erickssonian)
  7.  Suggestion & Affirmation
  8.  Visualization
  9.  Gestalt Therapy
  10.  Meditation
  11.  Sedona Method
  12.  Provocative Therapy
  13.  Energy Therapy (EFT)
  14.  Powerful Prayer
  15.  Kindness Therapy

 Aplikasi SEFT dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
  • Mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi dalam waktu 5-50 menit
  • Meningkatkan kinerja dan prestasi dengan “SEFT for Peak Performance”
  • Meningkatkan keberuntungan dengan “The Luck Factor”
  • Meraih apa yang kita inginkan dengan “Deep SEFT”
  • Mencapai “Total Success” dengan “The Holistic Person Empowerment System”
  • Meraih kedamaian hati dengan “Personal Peace Procedure”
  • Meraih kebahagiaan dengan “LoGOS Spirit”
SEFT merupakan penggabungan antara spiritualitas (melalui doa, keikhlasan, dan kepasrahan) dan energy psychology. Tidak seperti ilmu kedokteran barat yang memandang tubuh manusia sebagai susunan dari reaksi kimia, SEFT melalui kearifan kedokteran timurnya memandang tubuh manusia sebagai interaksi energi.

Video Terapi SEFT oleh Fuad Baradja, Berhenti Merokok dalam 5 menit


Di Pekanbaru sudah ada beberapa orang terapis SEFT yg disebut SEFTER diantaranya Ketua DPC PKS Marpoyan Damai Hamdani MS, S.IP sekaligus Ketua Komunitas Sejuta SEFTER Riau dan Caleg Dapil 4 Pekanbaru dari PKS Edi Usman.

Insya Allah dalam waktu dekat, Komunitas Sejuta SEFTER Riau akan melaksanakan acara preview SEFT (Spiritual Emotional Freeedom Tehnique) sekaligus terapi kesehatan, seperti menyembuhkan dan menghentikan kebiasaan merokok dalam 5-30 menit yg langsung dapat dirasakan hasilnya,  membantu menyelesaikan masalah emosi : marah, kecewa, phobia, kebiasaan merokok, narkoba, dendam, dll, serta juga insyaallah dapat membantu menyelesaikan masalah fisik dari yang ringan sampai yg berat : sakit kepala, sakit gigi,nyeri sendi, terkilir, stroke, dll.

Tertarik, silahkan hadir pada acara ini, Gratis,  bertempat di Mesjid Al-Muqaddis Pasar Dupa,Tangkerang Tengah, Pekanbaru pada hari Ahad, 27 Oktober 2013 Pukul.16.00-18.00 WIB. Contact Person : 0813 6573 0804 (Hamdani). (def)

Sumber Artikel : sejutasefter.com





Read Post | komentar

Apalah Arti Sebuah Golput



Komentar seorang sahabat di sebuah catatan saya terdahulu menggelitik saya untuk membuat tulisan tentang Golput. Dalam pilihan strategi, ada strategi yang sifatnya aktif (contending, mediating, problem solving) ada pula yang tidak aktif. Strategi inaction (tidak melakukan apapun) dan withdrawl (mundur dari medan negosiasi) merupakan dua strategi yang pelakunya secara sengaja tidak bergerak aktif. 

Dalam perhitungan pelaku, dengan bersikap pasif, ia akan mampu menciptakan alternatif perolehan baru yang lebih bagus daripada peluang-peluang perolehan di meja perundingan.
Dalam “medan” pemilu, pemilih dihadapkan pada beberapa opsi tindakan, yang secara garis besar terbagi menjadi dua kelompok: memilih (aktif) dan tidak (pasif). Masing-masing opsi diyakini mampu menyuarakan kepentingan sang pemilih, sehingga memilih atau golput dianggap sebagai strategi yang “viable” untuk dilakukan.

Dalam tulisan ini, saya berpendapat bahwa golput bukanlah strategi yang viable untuk dilakukan. Syarat strategi agar viable, adalah:
1.      mampu menyuarakan kepentingan pelakunya
2.      mampu menghadirkan posisi yang berbeda

Dalam kasus pemilu, golput menjadi “mandul” dalam menyuarakan kepentingan dan posisi pelakunya karena ada satu cacat besar dalam sistem pemilu: tidak ada batas minimum partisipasi untuk menentukan keabsahan pemilu.

Dalam pemilu, suara golput adalah suara yang terbuang. Misal dalam sebuah pemilu 99% golput pun, pemilu tetap akan sah dan pemenangnya ditentukan oleh 1% yang memilih.

Ini jelas berbeda dengan sidang parlemen, yang memiliki batas minimum partisipasi sehingga dinyatakan sah. Dalam sidang parlemen, langkah satu kelompok politik untuk memboikot sidang (tidak hadir, keluar dari forum, protes dsb) menjadi penting. Jika jumlah mereka cukup banyak, kelompok protes ini dapat memaksa terjadinya deadlock dengan terus-menerus menunda sidang. Sikap withdrawl mereka ini secara lantang menyuarakan kepentingan mereka sekaligus memberikan peluang perolehan baru; pada satu titik pihak lawan akan tidak bisa menerima penundaan, dan “terpaksa” berkompromi.

Ini kisah nyata di Indonesia; saya teringat ada beberapa kelompok politik yang “menyandera” rapat di parlemen dengan berulang kali tidak hadir, sebagai bentuk protes terhadap kelompok politik lain yang dinilai “terlalu keras” dalam mengawal anggaran.

Nah, ketiadaan batas minimum partisipasi dalam pemilu tentu harus diperhatikan oleh pemilih. Alih-alih menjadi sikap protes dan “menyandera” pihak lawan, golput justru secara tidak langsung mengukuhkan status quo. Jika niatnya memang ingin “menghukum” status quo, maka memilih lawan yang paling berpeluang menjadi oposisi adalah protest vote yang paling tepat (menurut saya). Tidak seperti golput, suara protes ini masuk dalam rekap perhitungan dan akhirnya akan menentukan hasil pemilu.

Misalnya, dalam sebuah tempat ada 1000 orang dengan tiga partai yang bertarung di pemilu.
Partai A adalah partai berwatak jahat. Pendukungnya 350 orang.
Partai B adalah partai hura-hura. Pendukungnya 300 orang.
Partai C adalah partai anak bawang. Pendukungnya 250 orang.
Masih ada suara yang protes, 100 orang.

Idealnya 100 orang itu buat Partai D. Tapi jika tidak bisa, apa pilihan mereka?
Jika golput, maka yang akan menang adalah Partai A berwatak jahat yang musuh masyarakat (setidaknya, musuh 100 orang itu). Partai A akan mendapatkan 350 dari 900 suara (~40%). Bisa menguasai parlemen!
Tapi jika 100 orang itu memilih Partai B hura-hura, maka mereka bisa menghukum A dengan mengalahkan A dan memenangkan B (40%)! Perolehan suara Partai A akan 350 dari 1000 suara (35%).

Bahkan jika misalnya protest vote itu tidak sepenuhnya ke Partai B, namun terbagi ke B dan C, maka tetap saja A akan “terhukum” dengan turunnya prosentase suaranya (dan ini bisa berakibat pada hilangnya kursi di suatu dapil etc dll).

Perhitungan semacam ini menjadi sangat penting untuk dipahami. Parpol status quonjika menghadapi resistensi yang terlalu kuat, bisa menawarkan alternatif golput ke masyarakat. Dengan demikian, suara masyarakat akan terbuang, tidak menggemukkan lawan parpol status quo tersebut. Inti strateginya: golput is better than voting the others.

Sebaliknya, beberapa parpol yang ingin menggulingkan status quo akan berjuang untuk menyelamatkan setiap suara. Jangan sampai ada yanb golput. Karena itulah dulu pernah ada kampanye bersama PDIP-PPP demi membendung Golkar. Demokrat dan Partai Hijau pun sempat kampanye bersama untuk membendung Republik. Lebih baik memilih partai (non-status quo) lawan, daripada golput atau memilih status quo. Inilah hakikat aliansi antar-parpol, atau melimpahkan suara sisa ke parpol lain (masih boleh nggak ya?)

Karena itu, rekan-rekan, saya kembali menggarisbawahi: selagi tidak ada batas minimum partisipasi dalam sistem pemilu/pilkada/pilpres kita, golput merupakan strategi yang tidak layak guna. Golput tidak akan mampu menyuarakan protes kita, dan setiap suara yang golput berarti akan terbuang sia-sia. Lebih parah lagi, bisa saja suara golput itu tanpa sengaja memenangkan suara Partai A berwatak jahat yang dibenci masyarakat.
Jadi, apalah arti sebuah golput? Banyak artinya, tapi bukan sebagai protest vote![nabawia]

Read Post | komentar

Lima Fakta Yahudi di Indonesia

Mau tidak mau, Yahudi di Indonesia memang ada dan nyata. Selain beberapa tokoh yang memang sudah lama ditengarai sebagai Yahudi, komunitasnya memang ada.

Ini adalah beberapa fakta seputar Yahudi di Indonesia :

Pertama: Yahudi Indonesia tergabung dalam sebuah organisasi keturunan Yahudi bernama the United Indonesian Jewish Community (UIJC). Organisasi ini sudah dibentuk sejak 2009, tapi baru diresmikan Oktober 2010. UIJC ini dipimpin oleh Benjamin Verbrugge. “Kami ingin merangkul semua keturunan Yahudi dari berbagai aliran untuk kembali ke akar,” kata Benjamin Verbrugge. “Kami tidak mempermasalahkan apakah mereka mau kembali ke agama Yahudi atau tidak. Kami sangat mencintai orang-orang sedarah karena mereka adalah keluarga kami, turunan dari bapak leluhur kami, Abrahm, Ishak, dan Yaakov.”

Kedua: Turunan Yahudi di Indonesia mendekati 2.000 orang, seperti yang dipaparkan Tempo dua tahun yang lalu. Yang sudah terdeteksi 500-an, tapi yang sudah bergabung dan mau berdoa sesuai dengan akarnya ada 250 orang. Mereka tesebar hampir di seluruh Indonesia, bahkan ada di Padang dan Aceh. Manado mempunyai potensi sampai 800 orang dan di Jakarta diperkirakan lebih dari 200 orang.

Ketiga: Secara resmi hanya ada satu sinagog Beit Hashem di Surabaya dan itu sudah ditutup oleh pihak tertentu. Sebenarnya komunitas Yahudi itu idealnya harus memiliki sinagog. Tapi yahudi punya satu pandangan. Seorang ayah dalam satu keluarga adalah rabbi. Rumah merupakan sinagog buat kaum Yahudi.

Keempat: Keturunan Yahudi Indonesia berasal dari Yahudi Ashkenzai (dari Eropa) dan Yahudi Sephardic (Timur Tengah).

Kelima: Manado terkenal sebagai daerah mayoritas kristen. Salah satu yang paling kental di Indonesia. Namun setahun terakhir, muncul sentimen pro Yahudi di sana. Sejumlah keturunan Yahudi berdarah Belanda (10 orang), akhirnya mau terang-terangan mengakui mereka Yahudi. Mereka juga menjalankan ritual keagamaannya. Pengakuan ini cukup mengejutkan, karena umumnya kaum Yahudi Indonesia kerap mengaku sebagai pemeluk Kristen. [tempo]

Dikutip dari situs knrp.
Read Post | komentar

Boikot Israel, Bagaimana Caranya?

Penjajahan Israel atas Gaza tak pelak telah membuat semua Muslim di dunia geram.

Namun, seperti yang kita ketahui bersama, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Muslim-Muslim dunia ini.

Alasannya, beragam sekali. Mulai dari pemimpin negara yang juga diam. Sampai keterbatasan harta dan kemampuan.

Akhirnya, paling tidak, sebagian besar dari kita bersumpah serapah di dinding Facebook, BBM, dan atau media sosial lainnya. Itu mungkin selemah-lemahnya pembelaan dan simpati kita terhadap saudara satu aqidah di Gaza.

Namun, sesungguhnya, ada satu hal besar yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi dalam hal ini: boikot.

Apa saja yang bisa kita boikot? Tentu saja produk-produk Yahudi. Web inminds di bawah ini konsisten memberitakan produk-produk apa saja yang merupakan produk Yahudi.

Silakan klik ini. (knrp)

Read Post | komentar

Supriyanto, si Sutan Khalifah pembela kaum lemah



Saya dilahirkan di desa yang sangat jauh dari kota yaitu Desa Rantau Panjang dimana dulu masih merupakan termasuk Kecamatan Siak Sri Indrapura, sekarang sudah menjadi Kabupaten. 

Dilahirkan dari seorang ibu bersuku Melayu dan bapak bersuku Jawa, tepatnya hari Sabtu, 18 Desember 1976. Dari kecil sampai SMP menempuh pendidikan di kampung halaman, kemudian melanjutkan sekolah STMN Pekanbaru, sejak itu tinggal di Pekanbaru walau tidak ada satupun saudara di kota ini. Menikah pada tahun 1999, dengan seorang gadis Minang bernama Juliana yg kemudian ninik mamak dari pihak istri memberikan gelar Sutan Khalifah.

Alhamdulillah dari pernikahan saya, Allah menitipkan kami 7 orang anak, lelaki 3 orang dan perempuan 4 orang. Sekarang saya dan keluarga tinggal di Jl. Pias RT. 04 RW. 08 Kel. Tangkerang Barat, Pekanbaru sejak tahun 1999 sampai sekarang.

Terdepan membela yg lemah 
Di daerah tempat tinggal, saya di berikan amanah oleh masyarakat sebagai sekretaris RT 04 RW 08 Tangkerang Barat (2002 s/d 2009), Pjs RT 04 (2010 sd/ 2011), Ketua Pengurus Masjid Nurul Jannah (2006 s/d sekarang, dan Sekretaris RW 08 (2012 s/d sekarang). 
Sedangkan di PKS pernah menjabat Ketua Ranting PKS Tangkerang Barat (2008-2010).

 Orang-orang dilingkungan tempat tinggal saya kebanyakan merupakan pendatang yg secara perekonomian berada di level menengah ke bawah ditambah situasi yg selalu panas oleh permasalahan sengketa lahan dengan mafia-mafia tanah yg sering merecoki warga sekitar.

Dengan akses yg saya miliki, terutama dengan pejabat-pejabat publik dari PKS saya berhasil membantu memperjuangkan hak-hak warga di sekitar tempat tinggal saya, bukan bermaksud ria/pamer, berikut sedikit beberapa permasalahan warga yg berhasil saya perjuangkan :

 1. Mengadvokasi permasalahan lahan Warga RT04 RW 08 Tankerang Barat, Pekanbaru berjuang sejak tahun 2002 s/d 2008.  Alhamdulilah wilayah RT04 hingga sekarang masih aman

 2. Berhasil mengadvokasi pedagang kaki lima sepanjang jalan soekarno-hatta (depan mal SKA Pekanbaru ) di wilayah RW 08 sehingga tidak jadi digusur.

 3.  Mengadvokasi masyarakat yang diterlantarkan akibat pelayanan di RS Arifin Ahmad.

Awal Mula jatuh cinta dengan Partai Dakwah (PKS-red)

Berbicara mengenai haluan politik sebelum bergabung dengan Partai Dakwah ini, dari kecil keluarga saya adalah keluarga yg berhaluan politik PNI (PDI) yg juga mengantarkan saya pernah menjadi Ketua Ranting PDI Rantau Panjang.

Titik perubahan pandangan politik saya berubah sewaktu terjadinya serangan Amerika terhadap Irak dengan isu pelucutan senjata pembunuh massal, yg tentunya sebagai muslim hal ini sangat menyentak saya dimana saudara-saudara kita sesama muslim disana sedang diberangus oleh negara adidaya yg semena-mena.
 Dimedia cetak dan elektronik, saya terus mengikuti perkembangan dari agresi militer ini, sembari melihat reaksi pemerintah dan rakyat Indonesia secara umum.

Subhanallah, hati saya jadi tersentak dan terenyuh ketika menyaksikan di televisi, ribuan manusia yg turun melakukan aksi demonstrasi mengutuk agresi militer Amerika di Irak yg dilakukan oleh kader-kader PKS. 

Didalam hati terdalam saya bertanya-tanya, mana partai politik yg selama ini saya dukung di setiap Pemilu (PDI-red), kenapa mereka diam!.

Akhirnya, atas rahmat Allah yg menggerakkan hati, sekitar tahun 2003, saya memutuskan untuk bergabung dengan PKS. 

Kemudian, oleh struktur PKS, di tahun 2004 saya diamanahkan untuk maju jadi calon anggota DPRD Siak, dan di tahun 2009 juga diajukan struktur untuk maju jadi calon anggota DPRD Kota Pekanbaru  dan kini di Pemilu 2014 dicalonkan kembali menjadi calon anggota DPRD Kota Pekanbaru Dapil 4 No. Urut 11.

Demikian profil singkat diri saya, mari bersama membangun hati yg mulia, jiwa yg senantiasa berempati terhadap sesama. Bergabunglah bersama kami, Partai Keadilan Sejahtera, PKS )3(. (def)

Profil ini disusun ulang oleh admin. 





Read Post | komentar

PKS HEBAT KARENA KADERNYA

Banyak pengamat dan pakar yang memprediksi bahwa perolehan suara PKS di pemilu 2014 akan terjun bebas. Bahkan beberapa lembaga survey pun sudah gencar mempublikasikan hasil survey nya yang menempatkan PKS di urutan bawah.

Pendapat mereka ini dilandasi oleh prahara yang tengah menerpa Partai Dakwah ini. Tapi mereka lupa bahwa PKS itu bukan Partai Tokoh atau Figur, PKS adalah Partai Kader. Hal ini diakui oleh Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia.

Menurut Ray, PKS akan selamat pada Pemilihan Umum 2014 mendatang, jika kader-kadernya yang ada di bawah tidak terpengaruh isu ini. Sebab kunci penyelamatan PKS bukan dari para elitnya, tetapi kader-kadernya.

Bahkan Ray memuji sikap Presiden PKS Anis Matta yang sering turun ke bawah. Sikap itu memang perlu dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri dan kebanggaan kader PKS.

“Karena yang saya lihat tipikal PKS ini kadernya hebat. Jadi kalau kadernya lemah dan tidak melakukan akselerasi ya kemungkinan tidak tembus PT,” kata dia.

Meminjam istilah seorang penulis, Partai kader seperti ILALANG. Hari ini dipotong, maka tidak berapa lama kemudian dia akan tumbuh dan kembali bersemi. Bahkan ketika ilalang di semprot dengan racun, bukannya mati malah tambah menggunung dan tumbuh subur. Hanya ada satu cara memusnahkan ilalang ini, dibongkar akarnya dan ditanami tanaman lain. Perlahan-lahan ilalang akan lenyap.

Membasmi PKS tidaklah mudah jika hanya menangkap dan memenjarakan katakanlah 10 orang induk pimpinan ( mulai dari ustd hilmi, fahri, anis mata, LHI dll) tidak akan menenggelamkan PKS, suara PKS tidak terjun bebas. Karenanya digunakanlah berbagai cara termasuk melenyapkan organisasinya/ pembubaran PKS (membongkar akarnya).

Para pengamat lupa bahwa orang cenderung melihat siapa penumpang kapalnya bukan kapalnya. ambil contoh ringan fakta di lapangan berdasar pemilu yang lalu.
“ bahasa kasarnya saya benci PKS karena kasus sapi nya, tapi tokoh yang dicalonkan ini saya suka ,karena ia merakyat dan selalu ada ketika kami butuh, kami butuh pemimpin seperti ini dan itu adalah kader PKS dan itu artinya suara untuk PKS” Kader adalah kekuatan PKS sebenarnya, bukan para tokoh atau elit partainya. Pimpinan boleh berganti, tapi rumah mereka tetap satu. Rumah Dakwah. (Forum FB).


Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all