Setelah Polwan, Politisi PKS ini Kini Desak TNI Wanita Boleh Berjilbab

Rabu, 27 November 2013

Jakarta - Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Almuzzammil Yusuf mengapresiasi langkah Polri yang mengizinkan Polwan berjilbab. Kini Muzzamil mendesak agar Mabes TNI juga membolehkan anggota TNI wanita mengenakan jilbab.

"Sudah saatnya, Panglima TNI, Jenderal Moeldoko mencabut pelarangan seragam berjilbab bagi TNI wanita," desak politisi PKS asal Lampung ini dalam siaran pers melalui surat elektronik, Rabu (27/11/2013).

Desakan agar anggota TNI wanita boleh berjilbab, lanjut Muzzammil, sudah pernah disampaikannya ketika menjadi anggota Komisi I DPR periode lalu kepada Panglima TNI saat itu.

"Namun, jawaban diplomatis Panglima TNI waktu itu adalah sedang dikaji oleh pimpinan TNI. Sampai sekarang kami belum tahu sampai dimana kajiannya?" tanyanya.

Menurut Muzzammil, saat ini bukan zamannya lagi alergi dengan jilbab seperti Orde Baru yang lalu. TNI dan Polri harus menjadi yang terdepan dalam menjunjung tinggi hukum dan HAM.

"Alergi jilbab itu jadul seperti Orde Baru. Kini zamannya reformasi, hukum dan HAM sudah dilindungi dalam Konstitusi. Pasal 28E Ayat 1 menyebutkan, setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya," paparnya.

Keinginan anggota TNI muslimah untuk mengenakan jilbab, tambah Muzzammil, jumlahnya tidak sedikit. Mereka berharap ada perubahan kebijakan mengenai seragam TNI bagi wanita.

"Keinginan mereka belum terealisasi sampai saat ini karena belum ada peraturan tertulis di TNI yang membolehkannya berjilbab, kecuali jika berdinas di Aceh," tuturnya.

Muzzamil berharap agar Panglima TNI secepatnya mengizinkan wanita TNI boleh menggunakan seragam jilbab dan memasukkannya dalam peraturan seragam wanita TNI. Masyarakat juga diharapkan turut mendukung para anggota TNI wanita yang ingin berjilbab.

"Mari kita tunjukan solidaritas dukungan kita kepada mereka agar Panglima TNI mengeluarkan peraturan dibolehkannya anggota TNI wanita mengenakan jilbab," tutupnya. [detik]
Read Post | komentar

Ratusan Orang Eropa Direkrut Jadi Sukarelawan Militer Israel

INGGRIS - Euro-Mid Observer for Human Rights akan merilis laporan detil tentang ratusan orang Eropa yang menjadi tentara sukarelawan di kemiliteran Israel, dan mereka ikut membunuh warga sipil Palestina di Jalur Gaza.

Menurut laporan tersebut, para sukarelawan itu direkrut oleh kelompok-kelompok zionis dari kalangan Yahudi dan Kristiani sayap kiri. Salah satu kelompok yang disebut dalam laporan itu adalah organisasi Mahal yang berbasis di London. Organisasi ini sudah 10 tahun melakukan perekrutan.

World Bulletin mengutip Middle East Monitor yang menyebutkan bahwa berdasarkan laporan Euro-Mid, organisasi-organisasi perekrut menargetkan anak-anak muda, lelaki berusia dibawah 24 tahun dan perempuan berusia dibawah 21 tahun. Perekrutan dilakukan melalui program-program pendidikan yang berlangsung paling lama sekira 18 bulan.


Disebutkan pula bahwa ribuan sukarelawan yang direkrut, berasal dari 40 negara, kebanyakan dari negara Eropa. Para sukarelawan itu bergabung dengan militer Israel dan tak satu pun dari sukarelawan tersebut diminta pertanggung jawaban atau diselidiki oleh negara asalnya.

Laporan Euro-Mid juga menyebut sebuah organisasi di Norwegia yang menawarkan uang, apartemen dan tiket pulang pergi setiap tahun bagi para sukarelawan. Organisasi ini ditengarai sudah merekrut sekira 5.000 orang.

Sebuah rekaman video yang dirilis Euro-Mid menayangkan seorang perempuan Ukraina yang memberikan testimoninya secara langsung di televisi bahwa ia sudah menjadi sukarelawan untuk militer Israel, dan ikut membunuh anak-anak Palestina.

Jika laporan ini benar, perekrutan semacam ini termasuk pelanggaran terhadap hukum internasional. [tajuk]
Read Post | komentar

Dan Iltizam Kita pun Bisa Melemah


Abu Ubaidah

Namanya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah. Mungkin Anda mengenalnya dengan nama Abu Ubaidah. Salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. 

Juga salah satu kandidat kuat sebagai khalifah sepeninggal Rasulullah, meski kemudian demi kemaslahatan kaum muslimin dia membaiat Abu Bakar sebagai khalifah. Rasulullah memberi gelar Abu Ubaidah sebagai Aminul Ummat (kepercayaan ummat).

Selama karirnya sebagai da’i dan panglima perang, ketaatan Abu Ubaidah terhadap qiyadahnya begitu mempesona. Tidak pernah perintah atasan ditentangnya. Tidak hanya perintah Rasulullah, tapi juga perintah Abu Bakar, dan juga Umar, dua khalifah yang mulia. 

Dan selama hidupnya tercatat hanya sekali Abu Ubaidah membantah perintah atasan, yaitu ketika Umar ra memeirntahkannya meninggalkan pasukan di Syam karena Umar mengkhawatirkannya terjangkit penyakit Tha’un yang sedang mewabah. Penolakan penuh tangis dari Abu Ubaidah itu bukan karena ketidaktaatan, akan tetapi karena keinginannya yang kuat untuk itsar serta tanggungjawabnya yang begitu besar terhadap


Saat itu menjelang Perang Uhud. Dua pendapat yang berbeda dalam menentukan strategi menghadapi musuh sempat mengemuka di antara kaum muslimin.

Sebagian menginginkan untuk keluar dari Madinah dan menyambut musuh. Sedangkan Rasulullah SAW berdasarkan mimpinya, menginginkan agar pasukannya bertahan di dalam kota. Musyawarahpun digelar, dan akhirnya diputuskan untuk keluar dari kota dan menyambut musuh sebagaimana keinginan para sahabat.

Kita tahu bahwa dalam peperangan itu –yang strateginya ditetapkan dengan syura’- Rasulullah mengalami kekalahan, bebrapa sahabat syahid, dan Rasulullah mengalami luka-luka. Kita juga tahu, perang itu menyisakan banyak kisah dan pelajaran sangat berharga bagi kaum muslimin.

Adalah Abdullah bin ‘Ubay, yang sejak musyawarah mati-matian mendukung pendapat Rasulullah untuk bertahan di dalam kota. Ketika pendapatnya tidak diakomodir, bermanuverlah dia. Beberapa provokasi diluncurkan, dan sepertiga pasukan Rasulullah mundur, meninggalkan Rasulullah, kemudian menyempal pergi mengikuti Abdullah bin ‘Ubay, sang munafik.

Satu Fragmen di Perang Khaibar

Saat itu Rasulullah sedang membagikan ghanimah, setelah menang dalam perang melawan Yahudi di daerah Khaibar. Tiba-tiba seseorang berkata lantang terhadap Rasulullah, “Ya Rasulullah, bertakwalah engkau kepada Alloh...” Ia marah, karena Rasulullah memerintahkan agar ghanimah dibagi juga kepada rombongan Ja’far bin Abu Thalib yang baru pulang dari Habasyah setelah hijrah selama 8 tahun, meski rombongan itu tidak ikut perang Khaibar.

"Celaka engkau, jika bukan aku yang bertakwa, lalu siapa lagi?” Ujar Rasulullah menanggapi protes tidak santun dari seorang Arab Badui itu.

Dinamika Itu Akan Selalu Ada

Dalam sebuah perjuangan, dan dalam sebuah barisan, pasti akan ada dinamika yang merupakan cara Alloh untuk mentarbiyah para mujahid. Baik pada jaman Rosulullah, maupun dalam konteks kekinian. Perjalanan panjang dan berliku sebuah harokah dakwah seakan menjadi filter, siapa orang yang benar-benar tulus memperjuangkan dakwah, dan siapa yang hanya menjadi penumpang gelap dalam gerbong panjang kereta dakwah ini. Dalam sebuah perjuangan, akan ada Abu Ubaidah dan beberapa sahabat utama Rosulullah lainnya, tapi juga akan ada Abdullah bin ‘Ubay maupun seorang Arab Badui penentang Rasulullah di perang Khaibar yang menurut DR. Yusuf Qardhawi merupakan cikal bakal paham khawarij sang pembangkang dan pembunuh Ali Ra tersebut.

Akhir-akhir ini, di tengah pertempuran politik yang begitu dahsyat, pergulatan internal barisan da’wah perlahan-lahan mulai menyeruak. Begitu perhatiannya media massa dalam mencari kelemahan dan mengomentari dengan nada negatif setiap gerak yang dilakukan para qiyadah da’wah yang sedang beradu strategi di ranah siyasah, perlahan-lahan membuat beberapa orang di dalam barisan dakwah mulai goyah. Yang memang dari dulu agak antipati, seakan menemukan alasan untuk membenarkan semua sangkaannya. Yang dulunya ragu-ragu, menjadi semakin mantap untuk menjauh. Yang dulunya tsiqoh, sedikit demi sedikit mulai diliputi keraguan terhadap ikhlasnya dakwah dalam berjuang. Meski masih ada yang tetep kekeuh tsiqoh terhadap sepak terjang qiyadah dakwah ini.

“... mereka mendustakan terhadap apa-apa yang belum mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya....” (Yunus :39)

Ah, mungkinkah memang seperti ini tabiat perjuangan itu?

Ketika Rosululloh SAW berkhutbah sewaktu Haji Wada’, dihadiri oleh 100.000 jamaah kaum muslimin. Dan konon, sahabat-sahabat utama Rasululloh saat itu hanya sekitar 300 orang!

Mungkinkah tabiat dakwah memang seperti itu? Para pejuang akan berjumlah sedikit dan selayaknya “Ashabul Kahfi”, mereka akan jadi orang terasing di tengah kebisingan jaman?

Entahlah. Saya lebih tertarik untuk menasehati diri saya sendiri dengan mencari penyebab menurunnya atau bahkan hilangnya komitmen perjuangan seseorang.

Penyebab Lemahnya Iltizam (Komitmen)

1. Jika seorang muslim banyak menjalin hubungan dengan orang-orang yang lemah dalam ber-iltizam, apalagi orang tersebut terlanjur difigurkannya, maka boleh jadi sikap itu akan menulari dirinya. Karena itu ajaran Islam menekankan pentingnya melakukan keteladanan yang baik serta mengecam contoh yang buruk.

Suatu hari Umar Bin Khattab Ra melihat Thalhah bin Ubaidillah mengenakan pakaian yang dicelup (berwarna) pada saat dia ihram.

Maka Umar bertanya kepada Thalhah, “Mengapa kamu mengenakan baju yang dicelup seperti ini wahai Thalhah?”

“Wahai Amirul Mu’minin”, jawab Thalhah, “Pakaian ini bukan sengaja saya celup, melainkan akibat terkena lumpur”.

Umar pun berkata, “Wahai Thalhah, sesungguhnya kamu ini dijadikan panutan oleh orang lain. Yang aku khawatirkan sekiranya ada orang yang bodoh melihat pakaian ini niscaya ia akan mengatakan bahwa Thalhah bin Ubaidillah memakai pakaian yang dicelup pada waktu ihram. Karena itu, jangan lagi kamu kenakan pakaian seperti ini.” (HR Malik, Ahmad, dan Baihaqi)

2. Turunnya keimanan seorang muslim bisa menjadi sebab lemah atau hilangnya iltizam, sebab keimanan merupakan sumber kekuatan serta penjaga dan pemelihara konsistensi dirinya terhadap ajaran agamanya.

“Seorang pezina ketika berzina bukanlah seorang mukmin, seorang pencuri ketika mencuri bukanlah seorang mukmin, dan seorang peminum arak ketika meminum arak bukanlah seorang mukmin.” (HR Bukhari)

Secara singkat, maksud hadist di atas adalah seseorang tidak akan melakukan perbuatan maksiat jika dalam dadanya masih ada iman yang sempurna. (Fathul Baari, 12/60)

3. Kebiasaan menanggapi hal-hal yang tidak jelas atau sybhat dapat pula menghancurkan iltizam seorang aktivis dakwah. Karena hal-hal yang tidak jelas itu umumnya berasal dari setan maka sesungguhnya hal itu tidak pernah akan membawa manfaat apapun.

4. Dapat juga karena tidak adanya pantauan dari orang lain dapat mengakibatkan lemahnya dan hilangnya komitmen. Karenanya Rosululloh selalu memantau gerak-gerik dan aktivitas para sahabatnya.

5. Mungkin juga disebabkan karena kita lalai terhadap dampak-dampak buruk dari hilangnya iltizam atau komitmen keislaman dan dakwah kita.

Sesungguhnya paling tidak masih ada 5 penyebab lagi penyebab lemahnya Iltizam. Mungkin anda bisa mencari sendiri di buku “Penyebab Gagalnya Dakwah” Jilid I Tulisan DR. Sayyid M. Nuh Bab Dha’f Aw Talaasyii Al Iltizaam.

Semoga kita dijadikan Alloh sebagai orang-orang yang senantiasa teguh dalam perjuangan dakwah ini, karena Alloh telah menjamin kemenangan Islam di akhir zaman, tapi tidak pernah menjamin kita untuk menjadi bagian dari pemenangan Islam itu.

Allohu a’lam

Yaa muqolibal Quluub
Tsabbit Quluubana ‘ala diinika wa Tho’aatika
Tsabbit quluubana ‘ala da’watika fii sabiilika

[kasurau]

Read Post | komentar

Gerakan Tamarrod (Pemberontak) Mesir Serukan Penggulingan Jendral Abdel Fattah Sisi

Pendiri gerakan Tamarrod (pemberontak) pada masa pemerintahan presiden Muhammad Mursi, Hassan Syahin, untuk pertama kalinya menyerukan pemberontakan terhadap rezim militer Abdel Fattah Sisi dan menyerukan rakyat Mesir untuk kembali turun ke jalan. 

Dalam kicauan di akun Twitter resmi miliknya, Hassan menyatakan “saya akan tetap bertahan menyerukan pemberontakan sampai seluruh tahanan politik dikeluarkan, kami rakyat tidak menginginkan kembalinya rezim otoriter di Mesir, ‘Ganyang Sisi’. Kembalilah ke jalan sampai kita dapat menurunkan rezim otoriter, cukup masa lalu menjadi pelajaran.”

Hassan juga menambahkan “bagaimana pemerintah yang dibangun dengan demonstrasi rakyat meletakan hukum untuk menghentikan demonstrasi tersebut.”[eramuslim]
Read Post | komentar

PILGUB RIAU : Pasangan Calon yg didukung PKS Riau Unggul Sementara

Annas Maamun (kemeja biru) bersama Pengurus DPW PKS Riau
PKSMARPOYAN.ORG, Pekanbaru — Inilah Hasil Pilkada Riau putaran kedua sementara berdasarkan hasil Quick Count hasil kerjasama lembaga independen Indobarometer dengan televisi swasta MetroTV.
Tepat hari ini, Rabu 27 November 2013, Pilkada Riau putaran kedua digelar serentak di seluruh Riau.

Walau Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau tidak mengadakan hitung cepat atau Quick Count untuk konsumsi publik. Hanya saja KPU Riau mengadakan hitung cepat untuk konsumsi internal saja.
Hasil Quict Count versi lembaga independen Indobarometer bekerjasama dengan Metro TV akan diumumkan pada sore ini juga.

Masing-masing pasangan calon Gubernur Riau, Herman Abdullah dan Annas Maamun telah memberikan hak suaranya di tempat yang berbeda.

Herman Abdullah memberika hak suaranya di salahsatu TPS di Kota Pekanbaru, sementara Annas Maamun memberikan hak suaranua di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).

Pada Pilkada Riau putaran kedua ini, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) berjumlah 4.000.459 orang. Masih tetap sama dengan DPT Pilkada Riau putaran pertama.

Pasangan No. Urut 2 Annas Maamun - Arsyad Juliandi Rachman yg pada putaran ke - 2 ini di dukung PKS Riau sementara unggul dari pasangan no. urut 1.


Hasil Quick Count Pilkada Riau Putaran Kedua 2013

Berdasarkan hasil Quick Count lembaga independen Indobarometer bekerjasama dengan Metro TV, berikut hasil sementaranya:

  • Pasangan Herman Abdullah – Agus Widayat (40.69%)
  • Pasangan Annas maamun – Arsyadjuliandi Rahman (59.31%)
Sampel TPS: 300
Total Suara: 90.67%

[pekanbaru.co]
Read Post | komentar

Ulama Berpolitik? Siapa Bilang Tidak Boleh

Assalamu ‘Alaikum. Wr.Wb. Pak ust, saya pernah baca bahwa dalam Siyasah Syar’iyah (politik yang berlandaskan syariat), bahwa yang layak terjun ke dalam dunia politik dan menjadi umara (para pemimpin) adalah para ulama, bukan orang yang awam tehadap agama? (dari 081345228xxx)

Jawab:

Wa ‘Alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim.

Ya, seharusnya demikian. Dalam urusan politik dan manajemen kenegaraan harusnya diserahkan kepada ahli ilmu (ulama) sebagaimana pada awal-awal Islam. Dahulu, para Khalufa’ur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), selain seorang pemimpin mereka juga adalah ulama di kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Umar bin Abdul Aziz, seorang mujtahid, dan pembaharu abad pertama dalam Islam. Dia juga seorang khalifah. Namun, zaman telah berubah, ketika semangat keberagamaan melemah, otomatis politik yang diterapkan saat ini bukanlah siyasah syar’iyah (politik yang sesuai syariat). Melainkan politik kepentingan, politik Machiavelli yang tubarritul washilah (menghalalkan segala cara) untuk melanggengkan kekuasaan.

Para politisi zaman ini umumnya bukanlah orang yang faham agama, baik pokok dan cabangnya. Mereka umumnya adalah para Ar Ruwaibidhah yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kedustaan, saat itu pendusta dipercaya, sementara orang jujur malah didustakan, saat itu para pengkhianat diberi amanah, sedangkan orang yang menjaga amanah justru dikhianati , dan saat itu para Ar Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya: “Apakah Ar Ruwaibidhah itu?” Rasulullah menjawab: “Seseorang yang bodoh tapi sok mengurus urusan orang banyak.” [1]

Justru anehnya, ketika ulama ingin terjun dalam dunia politik, -selain memang politik adalah salah satu sisi yang diatur oleh Islam-, mereka ingin mencoba menerapkan moralitas politik berbasiskan syariat. Namun, justru mereka dicela, dituduh menjual agama, meninggalkan ‘kandang’ (maksudnya harusnya mereka mengurus permasalahan pesantren saja). Padahal dibalik celaan itu, orang-orang itu takut kalau-kalau kezaliman mereka dibongkar oleh para ulama. Namun demikian, politik saat ini merupakan ranah yang amat berbahaya buat orang shalih dan alim. Mereka bisa berubah lantaran godaan dunia yang sangat terbuka ketika masuk ke gelanggang politik. Ini juga barangkali kekhawatiran sebagian orang jika ulama masuk ke dunia yang penuh getah seperti politik.

Dalam institusi Daulah Islamiyah yang establish, ada yang dinamakan Ahlul Halli wal Aqdi (semacam parlemen). Orang-orang yang layak mendudukinya adalah harus alim, ahli ijtihad, taqwa, dan berwibawa. Demikianlah karakter ahlusy syura yang dipilih oleh Khalifah Umar pada akhir masa jabantannya. Artinya, keulamaan seseorang sangat menentukan layak tidaknya dia dimasukkan ke dalamnya.

Apa Kata Al Quran?

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْك

“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan ulil Amri di antara kalian..” (QS. An Nisa (4): 59)

Siapakah Ulil Amri yang dimaksud oleh ayat ini? Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: { وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ } يعني: أهل الفقه والدين. وكذا قال مجاهد، وعطاء، والحسن البصري، وأبو العالية: { وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ } يعني: العلماء.

“Berkata Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas: “Dan Ulil Amri di antara kalian” artinya ahli fiqih dan agama. Begitu pula menurut Mujahid, Atha’, Hasan Al Bashri, dan Abu al ‘Aliyah: “Dan Ulil Amri di antara kalian” artinya ulama.”[2]

Sedangkan Imam Ibnu Katsir sendiri mengartikan ulil amri adalah umara (para pemimpin) dan ulama. Berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim berikut:

من أطاعني فقد أطاع الله، ومن عصاني فقد عصا الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني، ومن عصا أميري فقد عصانى

“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia telah taat kepada Allah, barangsiapa yang membangkang kepadaku maka dia telah membangkang kepada Allah, barangsiapa yang mentaati amir (pemimpin)ku, maka dia taat kepadaku, dan barangsiapa yang membangkang kepada pemimpinku maka dia telah membangkang kepadaku.”

Demikianlah makna ulil amri. Para ulama salaf mengartikan ulama, ahli agama, dan ahi fiqih. Merekalah yang dahulu memainkan peran dalam sistem perpolitikan Islam pada masa’masa awal.

Apa kata hadits?

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاء

“Adalah Bani Israel bahwa mereka disiyasahkan (diatur, dipimpin, diperintah) oleh para nabi.” [3]
Jadi politik (siyasah) adalah warisan kenabian, karena dahulu para nabi telah mensiyasahkan Bani Israil. Bukan orang awam yang mengatur dan memerintahkan mereka, tetapi para nabi ‘Alaihim As Shalatu was Salam. Maka, para ulama sebagai warasatul anbiya, sebenarnya lebih layak berpolitik. Tetapi, kondisi saat ini adalah kondisi penuh fitnah, sekulerisme yang lebih kuat, kondisi di mana umat Islam tidak lagi percaya dengan ulama, suka meledek ulama (termasuk para ABG di multipy). Mereka baru bertanya kepada ulama ketika ada urusan wanita haid, nifas, dan penentuan awal ramadhan dan akhirnya. Tetapi urusan kenegaraan, urusan politik, urusan hukum, urusan hudud, urusan hubungan antara negara, dan urusan besar lainnya. Ulama ? No Way!! .

Dalam Islam, ahli agama bukanlah rohaniawan yang hanya mengurus rohani, itulah ruhbaniyah, itulah nasrani. Dalam Islam, sebagai agama yang syumul (lengkap), ahli agama adalah mengatur banyak hal aspek kehidupan umatnya, oleh karena itu dia disebut 'ulama.' Bukan rohaniawan. [kasurau]

Demikian pandangan siyasah syar’iyah dalam Islam. Wallahu A’lam

Oleh : Ustadz Farid Numan Hasan

---***
[1] HR. Ibnu Majah, Kitab Al Fitan Bab Syiddatiz Zaman, Juz. 12, Hal. 44, No hadits. 4026, dan lafal hadits ini adalah berdasarkan riwayat Ibnu Majah. Ahmad, Juz. 16, Hal. 112, No hadits. 7571. Ath Thabarani, Mu’jam Al Kabir, Juz. 12, Hal. 437, No hadits. 14550. Musnad Abu Ya’la, Juz. 8 Hal. 241, No hadits. 3615. Al Hakim, Mustadrak ‘Alas Shahihain, Juz. 19, Hal. 331, No hadits. 8571. Katanya: Shahih sanadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani hadits ini hasan. LihatAs Silsilah Ash Shahihah, Juz. 4, Hal. 386, No hadits. 1887.
[2] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 2, Hal. 345.
[3] HR. Bukhari, Kitab Ahadits Al Anbiya Bab Ma Dzikira ‘An Bani Israil, Juz. 11, Hal. 271, No hadits. 3196.
Read Post | komentar

M. Taufik, S.Ag, Caleg DPR RI Dapil Riau 2 No. Urut 2


Inilah Daftar Riwayat Hidup, M. Taufik, S.Ag, Caleg DPR RI Dapil Riau 2 No. Urut 2 dari PKS )3(.


Read Post | komentar

Ali Husin Nasution, SH, Caleg DPR RI Dapil Riau 1 No. Urut 5


caleg dpr ri riau dapil 1, caleg pks dpr ri riau dapil 1
Inilah Daftar Riwayat Hidup, Ali Husin Nasution, SH, Caleg DPR RI Dapil Riau 1 (Pekanbaru) No. Urut 5 dari PKS )3( .


Read Post | komentar

Anis Matta: Pemira adalah Suara Kader, Bukan Elite

Saat partai-partai gencar melakukan konvensi untuk menjaring calon presiden yang akan diusung pada Pilpres mendatang, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mempunya mekanisme tersendiri untuk menentukan calon presiden yang akan diusung, yakni lewat mekanisme Pemilihan Raya (Pemira).
Presiden PKS Anis Matta menjelaskan perbedaan antara pemilihan raya (pemira) yang diterapkan partainya dan konvensi dalam menjaring calon presiden.

“Jelas bedanya. Kalau dalam konvensi yang berkompetisi adalah elite, sementara kita di PKS (pemira) justru kebalikannya,” katanya di Semarang, Senin (25/11).
Anis menjelaskan sistem dalam pemira memberikan kesempatan kepada kader yang memiliki dinamikanya sendiri untuk menentukan siapa kira-kira figur pimpinan partai politik yang layak ditetapkan sebagai capres.

Sekarang ini, diakui Anis, memang ada tuntutan yang sangat kuat dari kalangan akar rumput PKS, khususnya para kader agar PKS segera menetapkan capres sebelum pemilihan umum legislatif.
“Sebelumnya, kita memang punya keputusan di majelis syuro yang lama bahwa capres baru ditetapkan setelah pemilu legislatif. Tapi, tuntutan mereka (kader) ditetapkan sebelum pemilu legislatif,” ujar Anis.

Karena itu, ia mengatakan segera mengakomodasi tuntutan dari para kader PKS di akar rumput untuk menentukan capres, tetapi bukan dalam bentuk konvensi sebagaimana parpol lain, melainkan dalam bentuk pemira.

“Kalau dalam pemira, dari para kandidatnya sendiri tidak ada kampanye di dalam. Jadi, jelas ya bedanya. Kalau ini (pemira) grassroot, kalau ini (konvensi) pertarungan elite,” kata Anis.
Yang akan dilibatkan dalam pemira adalah semua kader PKS di seluruh daerah, termasuk mereka yang bukan menduduki jabatan sebagai pengurus, tetapi sudah tercatat sebagai kader partai.

Ditanya mekanisme penyaluran aspirasi kader dalam pemira, ia menjelaskan seluruhnya sudah diatur dalam sistem, termasuk Lembaga Pelaksana dan Penokohan Kader (LPPK) PKS sebagai lembaga internal independen.

“Yang terpenting bagi saya sebagai Presiden PKS, ini adalah salah satu sistem demokrasi internal yang kita terapkan dalam pemira, berbeda dengan sistem yang ada dalam partai-partai lain,” lugas Anis.

Siapa pun yang nantinya diputuskan dan didukung oleh kader PKS melalui pemira sebagai capres pada Pemilu 2014, kata Anis, akan didukung penuh oleh mesin partai.[antara]
Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all