Siapa Bilang Tabu Bicara Politik di Masjid ?

Selasa, 14 Januari 2014

Bertempat di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, hari Ahad (12/01/2014) kemarin Pengajian Politik Islam (PPI) digelar.
 
Setiap bulan pada Ahad kedua dan keempat, terjadwal kehadiran tokoh-tokoh politik Islam nasional. KH. A. Cholil Ridwan, Ketua MUI Pusat mengatakan pengajian yang digelarnya bertujuan untuk mematahkan mitos bahwa berpolitik itu haram. Padahal, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam juga berpolitik. 

Bersama para sahabat, menurut Kiai Cholil, Rasulullah menyiapkan strategi perang dari dalam masjid. Sebagai salah satu pemrakarsa PPI,  Cholil mengajak masyarakat untuk tidak takut berbincang politik di masjid. Bahkan di rumah Allah, seharusnya mereka leluasa menganalisis peluang perolehan suara kandidat masing-masing partai.
 
Sama seperti Ahad 12 Januari 2014, Pengajian Politik Islam (PPI) mengundang dua tokoh Islam nasional, Daud Rasyid Sitorus dan Sri Bintang Pamungkas. 

Keduanya mampu menggambarkan peta politik Tanah Air. Tidak hanya dari sisi pergerakan, tapi juga bersumber pada kitab Ahkam Shulthoniyah,  sebuah kitab ini mengulas tentang hukum ketatanegaraan dalam Islam.

Satu-Dua Orang, Tetap Ngaji
Anggota Dewan Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) itu bertekad terus menggulirkan PPI, tak peduli seberapa banyak peserta yang ikut.

“Walaupun cuma satu-dua orang yang hadir, saya bertekad pengajian ini akan tetap jalan,”ucap pria kelahiran Jakarta, 7 Mei 1947. Ia sekaligus memohon doa pada jamaah agar bisa terus mendampingi kelompok pengajian yang digulirkan sejak Juni 2013 itu.

Pada 26 Januari 2014, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, akan menjadi pembicara selanjutnya. Sedangkan pada 9 Februari 2014, Habib Rizieq, Pendiri FPI, direncanakan mengisi Tabligh Akbar yang diselenggarakan PPI.*


Read Post | komentar

Tidak Ikut Nyoblos, Mudharat Umat Islam jauh Lebih Besar


Umat Islam diharapkan tidak antipati dalam masalah pergantian kepemimpinan, khususnya keikutsertaan dalam Pemilihan Umum (Pemilu).

“Kita tidak boleh cuek soal kepemimpinan. Jika kaum Muslimin cuek, mudharatnya lebih besar. Akhirnya kekuasaan dimenangkan oleh orang-orang diluar Islam”jelas Dr Daud Rasyid pada “Pengajian Politik Islam” (PPI), Ahad, 12 Januari 2014 di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.

Sepakat dengan Daud Rasyid, Ketua MUI Pusat, KH. Cholil Ridwan juga menyadari kepercayaan masyarakat terhadap Partai Politik (Parpol) Islam menurun tajam sejak banyak petinggi partai tersangkut kasus korupsi. 

Anggota Dewan Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) itu menyayangkan jika umat Islam akhirnya tidak ikut memilih pemimpin alias Golput.

“Koruptor para petinggi partai Islam adalah hal yang berbeda dengan Parpol itu sendiri. Partainya tetap partai Islam. Soal korupsi, itu urusannya sama Allah,” tukas Cholil. Dengan mengikuti PPI, diharapkan masyarakat mampu mendapat pencerahan dan berperan pada Pemilu mendatang.

“Suara orang awam dengan suara orang partai, jumlahnya sama yaitu satu. Tapi ketidaktahuan orang awam terhadap partai Islam, membuatnya memberikan begitu saja suaranya pada partai lainnya,” jelas Kiai Cholil.

Daud Rasyid Sitorus, salah satu pembicara PPI, menceritakan jalannya percakapan antara Ali Bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas RA mengenai alasan dirinya masuk sebagai anggota Dewan Syura.
Percakapan keduanya terekam dalam kitab Ahkam Shulthoniyah yang mengulas tentang hukum ketatanegaraan. 

“Ini adalah persoalan besar umat Islam. Dan aku tidak melihat suatu alasan mengapa aku berada di luar,” tutur Ali seperti tertulis pada kitab klasik berumur 500 tahun itu ditirukan Daud.

 Menurut Daud, Syeikh Imam Al Mawardi, penulis kitab itu menjelaskan terperinci pasca penyerahan mandat kepemimpinan oleh Umar bin Khathab pada Dewan Syura. 

Ali menjadi bagian Dewan Syura untuk ikut mempertimbangkan siapa di antara enam kandidat yang akan menggantikan Umar. Karena itu, kedua pembicara ini mengajak umat Islam ikut terlibat dalam pergantian pemimpin.*



Read Post | komentar

Selasa Tanpa Rokok Ala Ridwan Kamil


WALIKOTA Bandung Ridwan Kamil melakukan langkah yang terbilang berani. Mulai Selasa (7/1) kemarin dia menggulirkan program Selasa Tanpa Rokok.

Walikota anyar ini menyadari program ini tidak  mudah, dan akan banyak penentangan. Karena sangat boleh jadi industri rokok terganggu dengan program ini. Bukan tidak mungkin jika program ini sukses, omset pabrikan rokok bakal turun signifikan di Bandung.

RK, begitu ia dipanggil, di awal-awal program ini memilih cara lunak (soft). Dia rajin mensosialisasikan program ini melalui akun twiternya @ridwankamil. Misalnya dia menulis  “Warga Bandung, jangan lupa Selasa besok kita mulai no smoking day. #SelasaTanpaRokok.”

Tweet yang disebar Senin 6 Januari 2013 malam itu pun mendapat respon beragam. Ada yang serius mendukung. Ada yang mendukung bari hereuy atau sambil becanda. Tapi ada juga menolak.

Namun secara umum respon masyarakat Bandung terhadap program ini cukup bagus.  “Sejauh ini respons masyarakat selalu bagus,” katanya di Balaikota Bandung, Selasa kemarin.

Memang masih terlalu dini menilai program ini bakal berjalan atau tidak. Karena baru saja dimulai dan disosialisasikan.

Sejatinya program ini sejalan dengan pola hidup sehat yang gencar di kampanyekan berbagai kalangan. Kesadaran untuk hidup sehat di masyarakat pun makin meningkat. Pola hidup sehat tanpa rokok, alkohol, dan narkoba perlahan tapi pasti makin banyak penggemarnya.

Tentu ada penentangan, tetapi melihat fenomena yang ada, program ini asalkan diseriusi sangat besar peluangnya untuk berhasil.

Tetapi yang perlu diingat, bagian terpenting dari sebuah program yang mengajak masyarakat adalah keteladanan. Keteladanan dari seluruh aparat, mulai dari pejabat paling tinggi sampai paling rendah untuk menaati aturan main yang sudah dibuat.

Tanpa itu jangan harap masyarakat mau ikut program itu. Alih-alih mendukung masyarakat malah akan mencibir.

Untungnya sang Walikota dan Wakilnya sejalan dalam hal ini. Kalau tidak bakal berabe. Contohnya program bersepeda ke kantor di hari Jumat yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Program ini cukup baik, bukan saja menekan konsumsi BBM dan polusi udara, tetapi juga menyehatkan.

Namun sang wakil gubernur nampaknya kurang pas dengan program ini. Karena masih saja ke kantor menggunakan mobil. Jauh alasannya.

Ini jelas preseden yang kurang baik. Karena sikap itu berpotensi di-copy paste pejabat di bawahnya. Program yang bagus bisa jadi sia-sia karena kurang kompaknya pimpinan.

Karena Walikota dan wakilnya senafas, bisa diharapkan program Selasa Tanpa Rokok ini berhasil. Sehingga slogannya kelak berubah tidak lagi Selasa Tanpa Rokok tetapi menjadi Hidup Tanpa Rokok.*



Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all