Dahulu,
mereka girang gembira, sekali pun hartanya habis, rumahnya terbakar dan anaknya tewas di
medan pertempuran, kini mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam negara yang
merdeka, yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan berates tahun yang
lampau… semua orang menghitung pengorbanannya dan minta dihargai.
Sengaja ditonjol-tonjolkan kemuka apa yang telah dikorbankannya itu,
dan menuntut supaya dihargai masyarakat.
Dahulu mereka berikan pengorbanan untuk masyarakat dan sekarang dari masyarakat itu pula
mereka harapkan pembalasannya yang setimpal …. Sekarang timbul penyakit bakhil.
Bakhil keringat, bakhil waktu dan merajalelanya sifat serakah. Orang
tidak bekerja sepenuh hati lagi. Orang
sudah keberatan memberikan keringatnya sekalipun untuk tugasnya sendiri. (M.Natsir)
Nasionalisme Indonesia
Sesungguhnya
Cinta dan pengorbanan tanpa pamrih untuk kemaslahatan negara dan bangsa adalah nasionalisme
yang sebenarnya. Cinta kampung halaman adalah naluri dan fitrah yang dianugerahkan kepada
manusia. Tidakkah kita melihat burung-burung yang bermigrasi, melakukan
perjalanan ribuan mil akan kembali ke habitat aslinya walaupun akan melewati
tantangan berupa kerasnya cuaca atau iklim yang berbeda.
Ini
adalah fitrah manusia yang tidak bisa dipungkiri. Tidaklah seorang manusia
dianggap sempurna kecuali memiliki rasa cinta terhadap negerinya dan rindu
padanya, berambisi atasnya, berjuang dengan jiwa dan hartanya untuk membelanya,
bahkan berusaha mengerahkan seluruh potensi untuk menjaga kemuliaanya,
kekuatannya dan kekayaannya.
Maka
sangat musykil jika dalam pilpres saat sekarang ini ada calon pemimpin
Indonesia belum apa-apa sudah menyerahkan lehernya kepada pihak asing. Menjual
aset bangsa sehingga kita menjadi bangsa budak. Ini bukanlah nasionalisme
walaupun setiap hari sosok ini digadang-gadang berbagai media merupakan sosok
yang paling nasionalis.
Ketika
nasionalisme diiringi oleh spiritualitas dan religiulisme maka ia akan
menghasilkan keteladanan. Keteladanan dalam berkorban dan keberanian, tidak
takut terhadap tipu daya musuh, kebencian orang-orang yang membenci, para
penghambat yang hina dina. Sungguh telah banyak terjadi gerakan pembebasan
bangsa di atas dunia ini yang diperjuangkan generasi awal yang tangguh yang
rela berkorban dengan semangat cinta yang tulus dicuri oleh generasi yang
tumbuh diatas hidangan materialisme, sekularis dan atheis.
Mereka runtuh
menerima pengaruh asing baik itu berbentuk tekanan politik, embargo ekonomi dan
penjajahan pemikiran anak bangsa.
Para
penghianat serakah dan bakhil ini dibesar-besarkan media milik para pemilik
modal yang culas. Menjual dan menguasai kebutuhan rakyatnya. Menjual perasaan
dan pemikiran mereka, menghianati tanah air mereka, mencari dukungan kekuatan
dari musuh-musuh eksternal atas nama kestabilan dan kepentingan rakyat. Akhirnya
akan datang waktu ketika jati diri mereka tersingkap dan tipu daya mereka akan
dikalahkan oleh nasionalisme murni yang berintikan cinta dan pengorbanan tulus
bagi kepentingan bangsa dan negara.
Poros Keteladanan
Keteladanan
mengalahkan kekuatan perkataan. Pemimpin adalah matahari bangsa, semangat,
energi penggerak dinamika perubahan bangsa untuk mencapai harapan, tujuan dan
cita-citanya. Indonesia membutuhkan
pemimpin yang ketika berada di tampuk pemerintahan bisa mewujudkan pemerintahan
yang bersih dan dan berpihak kepada rakyat.
Poros
koalisi keummatan dan kenegaraan yang akan terbentuk harus menjadi poros
keteladanan yang mempunyai standarisasi sebagai berikut:
Pertama, Keteladanan
kepemimpinan harus harus menjadi garda terdepan dalam gerakan politik santun,
penjaga moral dan etika politik dalam setiap proses demokrasi sehingga
terhindar dari praktik politik kotor, menghalalkan segala cara dan menggunakan
kekerasan atau premanisme.
Kedua, Keteladanan
kepemimpinan juga tidak terjebak dalam pragmatisme politik, menghormati hak dan
kewajiban orang lain serta menghargai perbedaan di masyarakat.
Ketiga, keteladan
kepemimpinan dapat melakukan pendekatan persuasif dan tidak mengekslusifkan
diri serta bergabung dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan sehingga timbul
kedekatan dan kepercayaan dari masyarakat.
Keempat, berkontribusi
aktif dan yang terbaik kepada negara seperti pernyataan Presiden Amerika Seikat
ke 35 Jhon F Kennedy:” jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi
tanyakanlah apa yang kamu berikan kepada negaramu!.” Atau
pernyataan KH Ahmad Dahlan:” Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah, jangan mencari
hidup di Muhammadiyah!”
Sosok-sosok
pemimpin yang akan menjadi Poros keteladanan adalah hasil rekrutmen dan
pembinaan pengkaderan dari Rahim Partai-partai politik dan Organisasi
kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Potensi-potensi terbaik umat dan rakyat
yang tertapis di berbagai organisasi kemasyarakatan dan partai politik bukanlah
penganut dan pendukung saja namun mereka adalah pelopor kebaikan.
Sesungguhnya
semua orang adalah pemimpin, setidaknya untuk dirinya sendiri. Dalam tataran
struktural kenegaraan dibutuhkan kepemimpinan dalam berbagai sektor yang
mengutamakan spesialisasi tertentu. Karena negara adalah organisasi besar suatu
bangsa yang sepakat untuk bekerjasama dalam mewujudkan harapan, tujuan dan
cita-cita bersama. Kepemimpinan akan bertenaga apabila ada kerjasama yang apik
dalam sistem yang tertata rapi untuk menggapai harapan, tujuan dan cita-cita
bersama bangsa.
Semua
potensi-potensi bangsa harus berkolaborasi dalam harmoni dan rentak yang sama.
Banyak sekali beban-beban berat yang tidak bisa kita pikul sendiri. Persis
seperti manusia itu sendiri. Keteladanan kepemimpinan nasional Indonesia harus
bisa menjadi otak, hati dan tulang punggung Indonesia. Inilah harapan besar
yang harus diemban dan diwujudkan oleh poros koalisi keummatan dan kenegaraan
dalam pilpres 2014 ini.
Power Keummatan dan Kenegaraan
Pedoman
memilih dan memilah pemimpin telah dijelaskan Allah dalam Surat At-Taubah ayat 128.
Ada kalimat Rasul min anfusikum di sana.Kata anfus bisa dibaca dua cara
yaitu:
1.
Anfusikum: maknanya paling dikenal. Rekam keturunan. Maksudnya
individu yang merupakan bibit unggul. Kualitas individunya unggul dari sisi
bibit, bobot dan bebetnya.
2.
Anfasakum: maknanya paling terbaik. Rekam karya (track recordnya).
Berhubungan dengan dengan rekam jejaknya berkontribusi kebaikan, rahmat,
keberkahan dalam mengadvokasi kepentingan ummat, bangsa dan negara dalam ruang
lingkup keluarga, kemasyarakatan, organisasi social, partai politik, daerah,
bangsa dan dunia internasional.
Sosok
inilah yang akan menjadi otak dibalik pemikiran politik memajukan bangsa,
menjadi hati, sumber keteladanan dan kredibilitas moral dan terakhir menjadi
tulang pungung yang merupakan kekuatan semangat kerja untuk mengadvokasi
kepentingan bangsa dan negara.
Kebaikan
pemimpin yang terpilih tersebut harus sudah diketahui dan dinikmati oleh
keluarga, masyarakat sekitarnya bangsa negara bahkan melewati batas-batas
regional dan internasional. Jadi bukan hanya dikenal di suatu daerah saja.
Pemimpin
seperti inilah yang seharusnya menjadi pilihan untuk menentukan tokoh pilpres
2014 dari koalisi keummatan dan kenegaraan saat sekarang ini. Bisa saja dari
pertemuan silaturrahim partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang sedang
digadang-gadang saat sekarang capres dan cawapres bisa saja calonnya berasal
dari partai politik yang suaranya kecil atau dari tokoh salah satu dari
organisasi kemasyarakatan yang ada.
Sikap
psikologis yang harus ada pada masing-masing partai-politik dan organisasi
kemasyarakakatan yang sedang duduk bermusyawarah saat sekarang ini adalah:
- Menyeimbangkan
sifat percaya diri dan tahu diri
- Menghilangkan
sifat putus asa untuk mencapai konsensus bersama
- Berjiwa
sosial, peduli, lapang dada dan mengembangkan semangat bekerjasama
- Tanggap
melihat peluang di tengah dinamika perpolitikan nasional yang sangat dinamis.
- Open mind
dapat menerima perubahan untuk kebaikan tanpa menghilangkan jati diri
- Kemoderenan
berbasis keyakinan dan keimanan sebagai modal untuk berinteraksi dengan dunia
Internasional.
Keputusan Politik Hari Ini Adalah Sejarah Bangsa Esok
Hari
Keteladanan
kepemimpinan adalah ‘power keummatan’ bangsa dan negara. Eksistensipartaipolitik dan organisasi kemasyarakatan adalah memilih dan memilah
individu-individu unggul di negarakesatuan Republik Indonesia yang demokratis untuk
kemudian dipilih menjadi pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokohnya yang ditawarkan
kepada ummat melalui media yang tersedia secara alami dan natural.
Mereka
di pilih oleh ummat karena prestasi dan rekam jejaknya, media hanya sebagai
wadah katalisator saja. Bukan seperti saat sekarang ini media menjadi wadah
propaganda dan manipulasi sosok pemimpin yang belum jelas bibit,bobot dan
bebebetnya serta rekam jejak prestasinya.
Pembinaan
dan kaderisasi adalah kekuatan utama dari ummat dan negara. Sultan Muhammad al
Fatih di akhir hayat berpesan kepada anaknya:
“Tak
lama lagi aku akan menghadap Allah Swt. Namun aku sama sekali tidak menyesal,
sebab aku meninggalkan pengganti seperti kamu. Maka jadilah engkau seorang yang
adil, saleh dan pengasih. Rentangkanlah perlindunganmu terhadap seluruh rakyat
mu tanpa perbedaan.
Bekerjalah kamu menyebarkan Islam sebab ini merupakan kewajiban
raja-raja di bumi. Janganlah kamu lengah dan lengah dalam menegakkan agama.
Janganlah kamu memakai orang-orang yang tidak peduli agama menjadi pembantumu.
Jangan pula kamu mengangkat orang-orang yang tidak menjauhi dosa-dosa besar dan
larut dalam kekejian.
Rekrutmen
dan pembinaan yang berlangsung dalam setiap rahim ormas dan parpol di Indonesia
ini adalah proses memilih dan memilah pemimpin.Kepemimpinan bagi bangsa dan
negara tercermin dalam pribadi pemimpin yang ulamanegarawandannegarawan
yang ulama. Di sampinglahirnyakader-kader bangsa pada bidangnya secara spesifik pada keulamaan dan kebangsaannya.
Epilog
Semua
yang dilakukan hari ini adalah ikhtiar manusiawi manusia, maka kita memohon
kepada Allah swt keberpihakan-Nya, dan pertolongan-Nya karena keterlibatan kita
semua dalam perbaikan bangsa, negara dan dunia ini untuk mendapatkan ridho
Allah bagi kehidupan kita semua baik di dunia maupun di akhirat.
H.
Sofyan Siroj, Lc, MM
Direktur
Utama Qolbu Re-engineering (QR) Foundation
Jl.
Cipta Karya Panam Pekanbaru- Riau