Pasca Pemilu, Yang Ngaji Bareng PKS Tambah Banyak

Minggu, 11 Mei 2014

Warga kecamatan Pancoran dan sekitarnya merasa senang, beberapa warganya kini tertarik bergabung dalam agenda mengaji bareng Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pancoran. Hal tersebut diungkap kan oleh Ustadz Arief, ketua kaderisasi PKS DPC Pancoran bahwa setelah pemilu legislatif terdapat kenaikan sekitar 10 sampai 15 persen jumlah warga yang ikut mengaji bareng PKS. Ini merupakan berkah serta syukur bahagia tersendiri bagi warga Pancoran, khususnya bagi kader dan pengurus PKS DPC Pancoran.  
 
Pengajian PKS adalah adalah sebuah institusi syar’i di partai yang berperan mencetak manusia-manusia mulia, yang hatinya dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Jangan sampai dalam menjalani hidup dari tahun ke tahun menjadi rutinitas tanpa makna.   

Di pengajian PKS, ada program peningkatkan kapasitas, wawasan dan pengetahuan dari berbagai ilmu, baik pengetahuan tentang Al-Qur’an, sunnah Rasululloh SAW, maupun pengetahuan yang menyangkut masalah ekonomi, politik, budaya dan sosial kemasyarakatan. Inilah wujud PKS dalam rangka ikut mewujudkan kehidupan masyarakat yang religius, beriman, dan bertaqwa sebagai kekuatan dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Gerakan mengaji sebenarnya bukan hal baru, bahkan sudah menjadi tradisi bangsa ini dari dahulu.  Sejak dulu, masyarakat kita sudah terbiasa menyediakan waktu  untuk mengaji belajar Al-Quran dan lainnya. Sayang, tradisi ini kian meredup, tergantikan oleh kemajuan teknologi informasi, baik online maupun elektronik. Mengaji bisa juga menjadi kegiatan pembinaan moralitas, antara lain untuk menanamkan rasa keagamaan dan religiosity dalam jiwa warga masyarakat sehingga mereka dapat mengontrol diri dan  lingkungannya  karena benih-benih keagamaan masuk di dalam batinnya.[pkspancoran] *



*pkslaweyan.org




 


Read Post | komentar

Sudut Pandang Psikologi : Pedhofilia, Apa Yang Dapat Kita Lakukan ? | By Sigit Nugroho

Tulisan ini dibuat sebagai salah satu  bentuk edukasi pada masyarakat umum, khususnya yang memiliki kepedulian lebih terhadap anak anak mengenai pedofilia, hal ini terkait dengan ramainya pemberitaan akhir akhir terkait dengan kasus pelecehan seksual di JIS dan kasus ‘emon’ di Sukabumi.

Pedofilia merupakan salah salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang masuk dalam kelompok Gangguan Parafilia. Parafilia merupakan gangguan dalam pemenuhan dorongan seksual yang ditujukan pada Objek atau subjek yang tidak lazim dan dalam proses pemenuhan dorongan tersebut menimbulkan tekanan psikologis, pemaksaan dan ancaman kematian bagi korban. 

Diagnostice and statiscal manual of mental disorder Edisi ke V atau disingkat dengan DSMS V (panduan penggolongan berbagai macam gangguan kejiwaan yang digunakan oleh psikiater, psikolog dan sosial worker lainnya ), menyatakan ada beberapa kelompok gangguan parafilia adalah gangguan voyeurism (mengintai aktivitas orang lain yang sifatnya pribadi ), exhibisionosme (memamerkan organ genital), frotteuristik (menggosokkan tubuh ke orang lain yang tidak dikenal), gangguan seksual masokis (menikmati penganiayaan yang dilakukan pasangannya ) gangguan seksual sadime (mendapatkan kepuasan  seksual dengan melakukan penyiksaan/memperlakukan pasangan seperti budak), gangguan fetistik (mendapatkan kepuasan seksual dengan menggosokkan benda-benda ke tubuh) dan gangguan pedofilia - pemenuhan dorongan seksual yang difokuskan pada anak anak, minimal anak berusia 5 tahun lebih muda dari pelaku (dimana usia pelaku minimal 16 tahun). 
 
Masih dari sumber yang sama (DSM V) Prevalensi kejadian sekitar 3-5 % pada pria dan prevalensi pelaku pedofil pada wanita ada tapi jumlahnya tidak terdata. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini belum ada data pasti terkait dengan jumlah pelaku Pedofil. Salah satu ciri yang ditemukan pelaku adalah ketertarikan pada anak-anak sejak pelaku berusia remaja.   

American psychiatric association psychiatric dalam laporannya yang terdapat dalam DSM V mengungkapkan Pedofil merupakan lifelong condition - artinya kondisi yang melekat seumur hidup, hal ini memberi indikasi sulitnya gangguan ini disembuhkan. Predisposisi kepribadian antisocial (ditandai dengan kecendrungan perlaku untuk melanggar norma atau aturan yang berlaku) juga dimiliki   oleh sebagian pelaku. 

Dilihat dari riwayat hidup pelaku juga didukung oleh literature yang ada menerangkan jika Pelaku Pedofilia pernah menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan orang dewasa ketika mereka masih kecil. Jika tidak mendapatkan penanganan serius, Ini merupakan siklus yang terus menerus, korban yang tidak mendapatkan penanganan lebih rentan menjadi Pelaku di kemudian hari. 

Proses pemulihan kondisi Psikologis untuk korban memerlukan koordinasi antar beberapa profesi seperti Dokter Anak, Psikiater, Psikolog. Masing masing profesi memiliki peran yang saling mendukung satu sama lain. 

Penanganan bagi korban pedofilia dari sisi Psikologi  sendiri cukup kompleks melibatkan penanganan yang terfokus pada anak yangdapat dilakukan dengan berbagai tehnik, misalnya : trauma-focused cognitive-behavioral therapy (cbt), trauma-focused integrative-eclectic therapy (iet),trauma-focused play therapy dan sebagainya. Dalam bentuk yang berbeda, orang tua juga mengalami trauma atas peristiwa yang dialami anak mereka, karena itu mereka juga perlu mendapatkan penanganan Psikologis. 

Hal terbaik yang dapat dilakukan semua pihak adalah melakukan tindakan preventif, pencegahan kekerasan seksual pada anak  lewat program edukasi yang ditujukan pada anak, orang tua dan sekolah. Salah satu bentuk program preventif bagi anak dapat berupa pengenalan lingkungan yang aman dan tidak mengancam bagi anak, melatih anak untuk  mengenali sinyal bahaya yang mungkin muncul dari situasi pelecehan seksual dan bagaimana mereka menanggapi situasi ini. 

Orang Tua dan Guru dapat diajarkan tehnik assesment praktis, terkait identifikasi anak anak yang mungkin mengalami kekerasan seksual.













by Sigit Nugroho, S.Psi, M.Psi
Psikolog Riau
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau (UIR)
Read Post | komentar

Inilah Sebaran Suara PKS di 77 Dapil Nasional Seluruh Indonesia

PKSMARPOYAN.ORG. Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menyelesaikan proses rekap suara nasional hasil Pemilu Legislatif 2014 yang berlangsung di Ruang Sidang Utama KPU, Jumat (9/5), pukul 23.30 WIB.

Selanjutnya, setelah menutup rapat pleno terbuka rekapitulasi suara, pada pukul 23.40 WIB, Ketua KPU RI Husni Kamil Manik menggelar rapat penetapan hasil Pemilu 2014 secara nasional dengan membacakan Surat Keputusan KPU Nomor 441/kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tahun 2014.

Keputusan tersebut selesai dibacakan Ketua KPU pada pukul 23.50 WIB. Hal ini berarti, KPU RI berhasil memenuhi target penyelesaian rekapitulasi suara nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2014 tentang Pemilihan Umum.

Pada pleno penetapan itu, PKS mendapatkan suara 8.480.204 (6,79 %) berada pada posisi 7. Berikut sebaran suara PKS di 77 Dapil Nasional seluruh Indonesia. [def/pksmarpoyan/kpu.go.id]





Read Post | komentar

PKS Siap Hadapi 50 Kasus Pemilu di MK


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) siap menghadapi 50 kasus Pemilu di MK. Tidak hanya sebagai pihak yang menggugat, PKS juga akan menjadi pihak yang digugat. Salah satu yang akan digugat PKS adalah masalah penggelembungan suara.

Ketua DPP PKS Anshori Siregar mengatakan PKS akan memfasilitasi caleg yang berurusan dengan hukum terkait Pemilu legislatif 2014.

Anshori mengaku puas dengan perolehan suara PKS di pemilu 2014 ini. Meski menilai masih banyak penyimpangan pada Pemilu kali ini, PKS tidak akan menggugat penetapan rekapitulasi suara oleh KPU pada Jum'at (9/5) kemarin.

"Saya dapat kabar, tadi malam tentang kasus itu, cuma tidak diberitakan tentang kasus apa. Paling-paling kasus biasa lah, misalnya tentang penggelembungan suara," ujar Anshori kepada beritasatu, Sabtu (10/5) petang.[dm/beritasatu/pksciktim.org]
Read Post | komentar

Tafsir 8 Juta PKS | By @erwyn2002


Hattrick. Kata itulah yang terlintas di benak saya saat hasil suara PKS dalam pemilu legislatif diumumkan tadi malam. Dari mulut Ketua KPU Husni Kamil Manik terucap angka 8.480.204 suara yang diperoleh PKS.

Ini untuk kali ketiga PKS mendapatkan suara di kisaran 8 juta. Pada pemilu 2004 memperoleh 8.206.020 suara dan pada pemilu 2009 mendapat 8.206.955. Bagaimana kita menafsirkan ini?

Agar tidak salah tafsir, kita harus melihat --meminjam istilah Priyo Budi Santoso-- suasana kebatinan masing-masing pemilu. Mari kita lihat satu per satu.

Pemilu 2004 konflik antara Megawati dan SBY mewarnai dinamika kala itu. SBY menjadi media darling dan kian melejit namanya saat istilah "Jenderal Kok Cengeng" terlontar dari bibir mendiang Taufik Kiemas. SBY mendapat simpati publik. Citranya semakin positif. Bisa dibilang, pemilu 2004 menjadi titik awal bagi upaya pencitraan massif capres dan SBY sebagai ikonnya.

Imbasnya, Partai Demokrat yang didirikan SBY mendapat duruan runtuh. Baru ikut pemilu pertama kali, partai berlambang mercy itu memperoleh 7% suara.

PKS pun mengalami lonjakan serupa. Tidak lolos parliamentary treshold dalam pemilu 1999 sehingga harus berganti nama dari PK ke PKS, partai ini melejit.

Dalam pemilu 2009, sosok SBY begitu dominan, tak memiliki lawan setimpal. Semua partai terkena tsunami Demokrat karena suaranya turun. Hanya dua partai yang naik: PD dan PKS.

Pemilu 2014 berlangsung saat badai dahsyat masih menyisakan perih di tubuh PKS. Kurang lebih satu tahun jelang pemilu, Presiden PKS dikriminalisasi dengan tuduhan suap. Citra PKS merosot drastis. Tapi kapal yang diharapkan karam oleh musuh-musuhnya itu justru mampu bertahan dan terus berlayar. Dan angka 8 juta kembali didapat.

Banyak pihak yang menafsirkan bahwa suara PKS stagnan, mandek dan tidak mengalami perkembangan. Pendapat ini benar jika kita melihatnya pada perolehan suara an sich. Tapi, jika kita melihat secara menyeluruh termasuk suasana kebatinan setiap pemilu, maka pendapat di atas perlu dikoreksi.

Dua pemilu terakhir kita mengalami suasana yang tak normal. Jika pemilu 2009 semua partai coba dibumihanguskan, maka dalam pemilu 2014, terlihat jelas PKS yang menjadi satu-satunya partai yang ingin dihabisi.

Bercermin dari itu, angka 8 juta memiliki bobot berbeda. Pemilu 2004 ibarat ujian SD, lalu naik level ke SMP pada 2009 dan ujian SMA pada pemilu 2014. Jenjang yang berbeda tentu saja memiliki soal yang juga berbeda kualitasnya. Dan cara kita menjawab soal pun berbeda pula.

Pemilu 2004 boleh dibilang suasana yang relatif bebas bagi PKS. Musuh-musuh tak memperhitungkan mengingat dalam pemilu sebelumnya tak lolos PT. PKS tak begitu diperhatikan sehingga suaranya melonjak drastis.

Angka 8 juta kala itu merupakan suara publik yang berharap besar PKS membawa perubahan. Dan suara itu terus bertahan pada pemilu selanjutnya dengan tingkat ujian yang sungguh luar biasa.

2004 periode publik yang berharap besar. Tahun 2009 masa ketika publik masih berharap pada PKS meski SBY menerjang dengan gelombang tsunaminya. Dan pada 2014, suara itu tetap bertahan pada saat yang menurut saya menjadi critical mass PKS. Ini sungguh fenomenal.

Critical mass PKS sudah kita lalui. Kita berharap, pemilu 2019 suasana kebatinannya berlangsung normal tanpa prahara. Jika itu yang terjadi, kita layak meniup balon optimisme akan melambungnya suara PKS. Tentu saja dengan syarat evaluasi internal dilakukan dan hasilnya dieksekusi dengan optimal.

Bukankah kita tak mau membuat quatrick dengan empat kali berturut-turut memperoleh 8 juta suara?

By: Erwyn Kurniawan
Follow @Erwyn2002 on Twitter
[pksciktim.org]
Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all