Ustad Hilmi Akui Sering Bertemu Bunda Putri

Senin, 21 Oktober 2013


JAKARTA – Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui sering bertemu dengan Bunda Putri. Menurut keterangannya, mereka berdua sering berdiskusi tentang beragam hal.

“Ya diskusi macam-macam, sosial, politik, juga ekonomi. Termasuk isu-isu reshufle,” kata Hilmi Aminuddin menjawab pertanyaan penasehat hukum Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam sidang lanjutan perkara dugaan korupsi dan pencucian uang impor daging sapi, Senin (21/10) di Pengadilan Tipikor Pusat, Jakarta.

Hilmi kemudian diminta menceritakan bagaimana awal mula perkenalannya dengan Bunda Putri. Menurut Hilmi pertemuannya dengan Bunda Putri dalam kapasitas dia sebagai sesepuh pengusaha di Jawa Barat. Sering mereka bertemu dalam resepsi-resepsi.

Terhadap pertanyaan penasihat hukum tersebut, Ketua Majelis Hakim Gusrizal mengingatkan agar fokus kepada persoalan daging saja.

“Reshuffle bukan urusan kita,” kata Gusrizal.
 Majelis hakim pun menanyakan apakah dalam pembicaraan dengan Bunda Putri pernah menyinggung soal daging sapi.
“Apa juga membicarakan soal daging sapi,” tanya Ketua Majelis Hakim Gusrizal kepada Hilmi Aminuddin.
“Tidak ada,” jawab Hilmi tegas.

Tanda Tangan Palsu
Dalam kesempatan persidangan tersebut, Hilmi juga menjelaskan ihwal kuitansi pembelian rumah di kawasan Puncak, Jawa Barat. Menurut dia, tanda tangan dalam kuitansi pembelian itu bukan tanda tangannya.
“Itu palsu. Tanda tangan saya tidak seperti itu. Saya sudah jelaskan ini di hadapan penyidik,” urai Hilmi.

Di akhir persidangan, majelis hakim meminta saksi Hilmi Aminuddin untuk membuat tiga buah tanda tangan dan kemudian dicocokan dengan tanda tangan yang ada dalam kuitansi itu.
“Tanda tangannya sangat jauh berbeda,” kata penasihat hukum LHI, Zainuddin Paru usai persidangan. (tajuk.co)
Read Post | komentar

Agar SBY Tidak Pusing, KPK Harus Hadirkan Bunda Putri di Persidangan

Bunda Putri sebaiknya dihadirkan Jaksa KPK dalam persidangan kasus suap pengaturan izin impor daging sapi. Alasannya, namanya sudah terungkap di pengadilan, meskipun disebut-sebut tidak terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan Luthfi Hasan Ishaaq.

Demikian disampaikan pakar hukum Margarito Kamis usai diskusi "Ada Ragu dibalik Perppu" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/10).

"Harus ditelusuri. Karena keterangannya pasti bernilai. Tidak usah peduli dengan komentar Istana yang saya juga tidak paham maksudnya apa," tegas Margarito.

Apalagi, sebut Margarito, menghadirkan Bunda Putri ke persidangan akan membuat jelas siapa sebenarnya sosok tersebut dan apa perannya. "Biar semua clear. SBY juga tidak perlu pusing," demikian Margarito.

Sosok Bunda Putri menjadi pembicaraan setelah SBY marah besar kepada Luthfi Hasan Ishaaq karena dalam persidangan kasus suap daging sapi menyebut sosok tersebut orang dekat Presiden. "Bunda Putri orang yang sangat dekat dengan presiden. Seribu persen Luthfi bohong. Dia (Bunda Puteri) sangat tahu dengan kebijakan reshuffle, 2000 persen bohong," sergah Presiden.

Belakangan, beredar foto-foto yang diduga Bunda Putri dengan berbagai pesohor di negeri ini.(rmol)
Read Post | komentar

Manajemen Keuangan Keluarga Muslim

PENDAHULUAN

Manajemen keuangan keluarga bagi keluarga muslim merupakan suatu bagian penting dalam membantu mewujudkan rumah tangga yang harmonis dan mampu menjadi pendukung bagi aktivitas keislaman dan keseharian rumah tangga yang islami.

Sebab sangat banyak masalah ekonomi atau keuangan keluarga yang menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan akhirnya mengganggu aktivitas seorang muslim dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai seorang istri, suami, anak ataupun sebagai hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya.

Dalam kaidah fikih, ekonomi keluarga mutlak tanggung jawab suami. Jika istri bekerja, hasilnya untuk diri sendiri. Bila ditujukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka bernilai sedekah.
Rumah tangga, yang di dalamnya ada suami, istri dan anak-anak, merupakan unit keuangan yang terkecil. Pada umumnya saat awal menikah, sering terjadi kesulitan mengatur keuangan rumah tangga, yang berakibat terjadi ‘deficit cash flow’ pada akhir bulan, karena pengelolaan keuangan belum tertata dengan baik, dan belum ada perencanaan secara komprehensif.

Manajemen keuangan keluarga yang baik senantiasa menjaga keseimbangan (tawazun) antara besarnya pendapatan keluarga dengan besarnya pengeluaran. Dalam hal ini Islam mengajarkan kita untuk senantiasa bersifat qona’ah ketika pendapatan keluarga tidak begitu besar dan berusaha untuk mengpotimalkan pos-pos pengeluaran dengan baik, jangan sampai ‘besar pasak daripada tiang’.

POS KEUANGAN KELUARGA
Pos apa yang pertama kali kita sisihkan saat pertama kali menerima gaji? Banyak ibu rumah tangga dan para bapak menjawab “belanja rutin”. Menurut perencana keuangan keluarga Achmad Ghazali, jawaban itu kurang benar. ”Yang benar adalah sisihkan dulu untuk zakat, infak dan sedekah (ZIS), bayar utang, menabung baru belanja rutin.”

Mengapa demikian, menurutnya karena belanja adalah pos yang paling fleksibel. Besar atau kecilnya tergantung kebiasaan dan kemauan personal.
ZIS berurusan dengan dunia dan akhirat. Utang berkaitan dengan urusan dunia sehingga jika telat dibayar, maka orang yang bersangkutan harus membayar denda, bunga, dan diteror debt collector. Tabungan berkaitan dengan masa tua sehingga harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum uang gaji dibagikan untuk pos belanja rumah tangga.

Disinilah diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam merencanakan, menyusun, dan melaksanakan rencana keuangan seseorang khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Prioritas alokasi pengeluaran dari gaji yang diterima ada dalam 4 titik, yaitu:

1. Untuk dikeluarkan zakatnya.
2. Pengeluaran kepada pihak ketiga sebagai salah satu kebijakan mendahulukan kewajiban daripada hak.
3. Investasi dan tabungan untuk kehidupan masa depan.
4. Terakhir untuk alokasi kebutuhan kita sekarang.

Dari ke empat titik tersebut seringkali berbalik, titik terakhir malah menjadi yang utama dan titik paling utama justru menjadi yang terakhir. Seperti dalam gambar di bawah ini :

Ilustrasi

Sebagaimana sifat air, selalu mengalir dari atas ke bawah, begitu pula Cash Flow kita. Seringkali terlihat seperti gambar di atas. Setelah menerima gaji, maka akan langsung mengalir ke bawah, yaitu ke arah konsumsi. Baru setelah itu kalau ada sisa, kita tabung. Kalau masih juga ada sisa dari yang kita tabung, kita buat bayar cicilan sepeda motor, rumah, dan lain-lain. Kalau ternyata masih juga ada sisa, barulah kita mengeluarkan untuk infaq dan shodaqoh.

Cash Flow seorang muslim,digambarkan seperti segentong air yang mana selalu mendapat aliran secara berkala dalam setiap bulan. Langkah awal yang harus dilakukan bagi seorang muslim adalah tidak menyediakan sembarang gentong. Gentong yang kita sediakan adalah gentong yang bermerek Gentong Q ( Qona’ah). Karena sebesar apapun pendapatan kita, tidak akan bisa cukup kalau kita sendiri tidak merasa cukup dengan yang kita dapat. Sebelum masuk dalam gentong, air harus melewati Filter Halalan Thoyyibah.

Setelah air masuk ke dalam gentong, Kran Air harus ditutup dulu. Kenapa harus ditutup dulu? Karena ”Air” masih harus membasahi bagian terpenting. Yaitu Hak Allah, (Zakat Infaq dan Shodaqoh). Baru setelah Hak Allah kita tunaikan, ”Air” kita alirkan ke saluran “Hak pihak Ketiga”. Apakah hak pihak ketiga itu? Ia adalah hutang dan cicilan yang wajib kita tunaikan. Barulah setelah itu, kita tentukan seberapa banyak ”Air” harus kita sisakan sebelum dihabiskan. Kita alirkan ”Air” ke saluran “Hak Pribadi Masa Datang”. Yaitu untuk menabung dan investasi (pendidikan anak, ibadah haji, dll).
Setelah melewati saluran-saluran tersebut, barulah ”Air” bisa kita nikmati untuk mencukupi kebutuhan. Dan ingat! Kran harus tetap difungsikan. Artinya, kita harus bisa hidup hemat, menyesuaikan konsumsi kita dengan ”Air” yang tersedia.

TIPS BELANJA HEMAT
1. Perhatikan baik-baik ke mana uang kita pergi. Catat di memo apa yang dibutuhkan dan mencatat apa yang anda beli. Terbiasa mencatat akan membantu anda menjadi lebih cermat dan tentu lebih hemat saat belanja.
2. Jangan suka belanja mendadak. Makin banyak waktu untuk belanja, makin hematlah anda. Anda bisa membandingkan harga, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Hukum ini berlaku lebih pada momen-momen tertentu seperti persiapan merayakan hari besar, ulang tahun, dan lain-lain.
3. Kalau belum jadi konglomerat dengan limpahan uang di deposito, lebih baik bawa uang cash di dompet untuk dibelanjakan, dibandingkan memakai kartu kredit.
4. Jangan malu untuk menawar serendah mungkin. Dengan begitu anda bisa menghemat sejumlah uang walau tidak terlalu besar jumlahnya, dan uang itu bisa dialokasikan untuk keperluan yang lain.
5. Jangan lupa membawa daftar belanja anda. Dan biasakan untuk tidak membeli apapun yang tidak ada dalam daftar tersebut.
6. Jangan pergi belanja dalam keadaan lapar. Itu akan membuat anda jadi boros membeli makanan yang harganya bisa relatif mahal. Kalau bisa makan dulu di rumah sebelum pergi, itu akan jauh lebih baik. Kecuali memang niat makan diluar.
7. Jangan belanja dalam keadaan bingung, sedih atau sedang dalam masalah lain. Terutama pada wanita, belanja dalam keadaan seperti ini akan membuat anda ”lapar mata” dan akhirnya membeli sesuatu yang sama sekali tidak perlu.
8. Belanjalah sendirian. Bawa pasangan atau anak ketika belanja akan membuat anda ‘tergoda’ untuk membeli sesuatu untuk mereka.
9. Jangan langsung buang bukti pembayaran. Anda bisa baca ulang bukti itu untuk menjadi bahan perhitungan dan ‘perenungan’. Dan siapa tahu barang yang anda beli rusak, anda bisa mengembalikannya dengan membawa bukti itu.
10. Jangan malu cari barang tertentu di toko barang bekas. Jika pandai memilih, anda bisa menghemat sejumlah uang untuk barang yang masih berkualitas baik.

PENUTUP
Semoga materi yang singkat ini dapat menjadi masukan berguna bagi kita semua untuk mulai menata dan mengatur manajemen dalam keuangan keluarganya. Sehingga terwujudlah sebuah tatanan keluarga yang harmonis dan dapat memberikan kontribusi bagi dakwah Islam secara luas.
Wallahu A’lam bis Showab

H. Hendry Munief Se.Ak, MBA
* Penulis adalah seorang usahawan yang menyelesaikan studi masternya di bidang Master of Business Administration Faculty of Economics and Business Universiti Kebangsaan Malaysia.

* Caleg PKS DPR RI Dapil Riau 1 di Pemilu 2014

* Kader PKS, tinggal di Kecamatan Marpoyan Damai



Read Post | komentar

Di PKS Banyak Suami-Istri yang Sama-Sama Kader Hebat

Foto : Ketua DPC PKS Marpoyan Damai bersama anak & istri
Dinasti politik terjadi karena partai merestui, bahkan mencalonkan. Karena itu, partai harus memberikan pendidikan politik tentang dampak politik dinasti.

"Kalau partai ingin mendidik publik, partai tidak mencalonkan mereka-mereka yang terindikasi politik dinasti," jelas Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid seperti dilansir RMOL, Minggu (20/10).

Setelah diberikan pendidikan politik, rakyat harus mengawasi bahkan dengan kedaulatannya memberikan punishment bagi yang melakukan politik dinasti dan mengganjar reward bagi yang menghindari.  

 "Terakhir, dinasti itu sendiri. Mereka harus cukup kritis. Dengan pengalaman yang ada, yang bisa mencoreng keluarganya sendiri, jangan asal dicalonkan. Harus juga mendidik. OK kita keluarga besar, kalau ada yang terbaik, kita dukung yang lain," ungkap Hidayat.

PKS sendiri sudah sejak awal menghindari politik dinasti. Istri kepala daerah dari PKS tidak boleh maju menjadi calona anggota legislatif, begitu juga sebaliknya. Suami-istri, termasuk anak-bapak juga tidak boleh sama-sama nyaleg.

"Itu sudah kita putuskan dan sudah dijalankan secara efektif. Padahal di PKS banyak suami-istri yang sama-sama kader hebat. Itu akan memberi ruang kader lebih banyak tampil," jelasnya seraya menambahkan, di PKS juga tidak boleh rangkat jabatan di partai dengan jabatan publik. (nabawia)

Read Post | komentar

PKS Masih Punya Mimpi Jadi Partai Sederhana dan Jujur, Bisakah?

Jakarta - PKS masih punya mimpi menjadi partai sederhana dan jujur. Mimpi ini seperti era Partai Keadilan (PK) dahulu yang penuh dengan kader yang memikat publik. Mungkinkah, dengan kondisi saat ini PKS masih bisa mencapai mimpi itu?

"Kita ingin menyampaikan ke publik, bahwa ada PKS yang beda loh," kata Kepala Bidang Humas PKS Mardani Alisera dalam surat elektroniknya, Senin (21/10/2013).

Mardani punya gambaran soal sederhana dan jujur itu dalam bentuk partai asketis. Berikut curahan hati dia soal PKS yang diimpikannya.

Politik Asketis

Dalam sebuah dialog membahas masa depan partai politik Indonesia menjelang 2014 pada medio Februari lalu, Burhanuddin Muhtadi menyampaikan kerinduannya pada parpol aksetis. Partai yang mampu menampilkan kinerja optimal dengan memberikan contoh melalui pengelolaan keuangan partai yang transparan, menjadikan politik sebagai wadah perjuangan nilai bukan transaksional-pragmatis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asktisisme adalah paham yg mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban. Jadi, politik asketis adalah pilihan politik yang mengedepankan fungsionalitas dengan menjadikan kesederhanaan, kejujuran dan berkorban jalan hidup. Dalam hiruk pikuk dunia politik Indonesia menjelang 2014, adakah politik asketis di Indonesia?

Pertanyaan ini menarik ditengah rendahnya citra parpol dan politisi di Indonesia saat ini. Bukan hanya perilaku koruptif yang mengemuka tapi juga masalah etis yang kian jarang terlihat. Sikap kenegarawan, sikap politik perjuangan serta iklim politik yang dinamis namun penuh dengan nuansa saling menghargai jarang dirasakan publik.
Bagi PKS sendiri, hingar bingar berita yang muncul berbeda jauh dengan suasana saat menjelang Pemilu 2004. Bukan berita tentang impor sapi, tentang uang mahar untuk pilkada atau cerita tentang kemewahan. Melainkan cerita yang mempesona publik yang dekat dengan iklim politik asketis.

Dalam sebuah perbincangan dengan Mas Silih Agung Wasesa, penulis best seller Political Branding, mengatakan bahwa bukunya tersebut murni terispirasi oleh apa yang dilakukan PKS pada periode 1999-2004 tatkala jargon bersih dan peduli benar-benar nyata dirasakan masyarakat. Di Yogya, tempat kuliah beliau, klinik pelayanan kesehatan PKS buka 24 jam melayani. Bahkan tidak jarang menjemput pasien. Para dokter dan perawat yang mayoritas kader dan simpatisan, bekerja tekun tanpa berharap imbalasn bahkan tak jarang nombok dana sendiri agar klinik tetap berjalan.

Di Kelapa Gading tatkala terjadi banjir besar, kepanduan PKS dengan seragam cokelatnya menolong sampai kepelosok di mana aparatpun kadang sulit menjangkaunya. Banyak diantara yang dibantu itu warga keturunan. Semua dilayani dengan ihsan. Tatkala diberikan imbalan, pejuang keadilan itu dengan senyum tulus menolak sambil mengatakan,” Kami gembira dapat menolong Bapak dan Ibu. Ini peluang pahala dan nilai yang diajarkan oleh PKS pada kami.”

Di ranah legislatif, kita temukan gelombang para aleg DPRD PKS yang dengan teguh menolak politik uang. Mulai dari akhYuswar Hidayatullah di DPRD Sumsel dan diikuti oleh kader lain dipelosok Idonesia. Di Pusat sosok Hidayat Nurwahid yang tampil lugas dengan kebersahajaannya mempesona publik. Salah satu stasiun TV sampai kesulitan untuk membawa peralatannya karena harus masuk jalan sempit menuju rumah Pak Hidayat.

Salah satu kenangan indah tatkala pendiri Forum Lingkar Pena ukhti Helvy memindahkan sketsa indah kehidupan kader PKS itu kedalam buku fenomenal Bukan Dari Negeri Dongeng. Bahwa, kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban itu bukan hanya ada dalam nash Al Qur’an atau tuturan baginda Nabi Muhammad SAW atau teks buku akhlaq tapi wujud dalam sekumpulan orang-orang biasa yang terduduk dalam madrasah tarbiyah dalam lingkungan kader PKS.

Satu dekade telah berlalu. Panggung politik kini banyak dihiasi cerita pak Jokowi yang blusukan mendengar dan menyapa masyarakat. Di banyak hasil survei, popularitas dan elektabilitas Jokowi jauh mengungguli calon yang nota bene sudah beriklan untuk menjadi salah satu kandidat Presiden RI. Profil Jokowi yang merendah, blusukan, mendengar dan mencoba sibuk melayani masyarakat sebetulnya mengulang kembali pesan bahwa publik dari dulu memiliki nurani dan connected dengan organisasi, orang atau siapun yang memang fokus menjalankan politik asketisme ini.

Kita, para aktivis dakwah, sebenarnya sejak awal diingatkan menjalankan sikap ini. Imam Hasan Al Bana, pernah menggadaikan rumah tanpa ada seorangpun yang tahu untuk membiayai dana bulanan beberaga keluarga dakwah yang sang suami sedang ‘sekolah’ di madarasahnya Nabi Yusuf.

Kata Imam Hasan Al Bana,” Andai masyarakat tahu, kita lebih mencintai mereka ketimbang kita mencintai keluarga kita sendiri.” Sehingga wajar tatkala seorang ikhwah mengingatkan dulu 90% waktu kita untuk dakwah dan hanya 10% untuk diri dan keluarga. Sekarang, kita para aktivis dakwah, perlu berbenah agar harapan publik pada politik asketis bisa terwujud. 
(detikcom)
Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all