Aku Percaya Masa Depan Indonesia, Tapi KPK...? | by @FahriHamzah

Jumat, 15 November 2013






Fahri Hamzah
@Fahrihamzah









" Tabqa ad-daulatul adilatu wa in kanat kafiratan (Ibn Taimiyah).

Wa Tafna addaulatud dhalimatu wa lau ka nat muslimatan. (Ibn Taimiyah)

Dosa kita pada Tuhan dpt ditunda balasannya tp KEZALIMAN yang kita lakukan kepada manusia cepat sekali DIA balas. (Hikmah)

Setuju bahwa kalau inisiatif tersangkakan @anasurbaningrum orang lain maka sulit proses mau diterusin...

Mau digerebeg kayak apapun rumah ketum @anasurbaningrum sama juga boong lah...KPK tunggu hancur aja...

Nanti orang-orang akan terbagi menjadi beberapa kelompok...:

Pertama, yg bisanya cuman marah2...ngamuk dan nggak ngerti persoalan...

Kelompok ini paling banyak...bisa2 minta KPK bubar atau SBY turun tangan...sok jago dan sok pahlawan...

Biasanya orang2 lugu ikut mereka..kebanyakan orang yg menitipkan harapan terlalu besar...macam orang putus cinta..

Tidak rasional kelakuannya...dan biasanya media senang meliput ini di awal2....hebboh deh...

Kedua, kelompok yang selama ini cari makan dengan isu yang mereka bangun...

Jangan lupa, kelompok ini paling pragmatis pada dasarnya...yang penting mereka dapat apa...persetan kpk ada atau tdk..

Lalu mulailah mengatur Isu baru...agar suasana tetap keruh...mereka ini hidup kalau suasana keruh kayak sekarang...

Media, LSM dan banyak perusahaan di Indonesia sekarang kaya raya oleh isu pemberantasan korupsi...

Dengan isu pemberantasan korupsi mereka menulis berita, menawarkan advokasi dan bahkan jasa konsultasi...

Ketiga, para korban, mantan korban dan calon korban...mereka ini takkan tinggal diam...hidupnya sdh hancur 7 turunan..

Dan yang akan mereka lakukan adalah...membuka apa yang selama ini mereka tutup mulut...

Mereka tutup mulut karena ancama dipermalukan dan diperberat hukuman...

Mata kita akan terbelalak...oleh betapa kasarnya modus permainan yang tak bisa kita sadap...

Keempat, sy tak mau sebut siapa mereka tetapi adalah kelompok yang mengerti bagaimana hukum dan kekuasaan bekerja..

Jika hukum, kekuasaan, media, LSM termasuk pasar dll bekerja pada tempat dan porsinya aman negeri kita..

Tidak terlalu sulit memimpin Indonesia dan tidak terlalu lama kita mencapai peradaban...

Kepemimpinan yang akan datang adalah kombinasi dari hati yang bersih, pikiran yang cerdas dan kesehatan jiwa raga pemberani..

Bersih hatinya
Tajam pikirannya
Sehat jiwaraganya
Adalah sumber keberanian..

Seorang pemimpin haruslah pemberani...dan sumber keberaniannya adalah keyakinanya...

Keyakinan bermula dari ilmu dan kebenaran yang ia pegang...

Orang yang hidup di jalan yang benar maka dia akan mengakumulasi kebenaran...sebagai dasar keberaniannya.

BERANI KARENA BENAR...itu semboyan yang lebih tepat dari jujur itu hebat...

Orang yang nampak jujur bisa karena pura2...misalnya karena tepuk tangan...

Tapi orang berani tidak bisa pura2...tatap matanya...kalau salah dia menunduk...

Dan berani tidak nampak pada kemarahan atau kata2 sesumbar...dia bersemayam dalam hati.

Orang berani nampak bukan pada banyaknya bicara tapi seberapa kuat kata2nya dia pegang...

KAWAN, KITA AKAN MELEWATI MASA INI...kepalsuan akan telanjang...dan yang asli akan datang...

Aku hanya ingin pada hari itu melihat bangsaku bangkit kembali dengan percaya diri bak rajawali yg terbang tinggi..

Setelah saban hari kita mencakar diri kita dengan hinaan dan tuduhan...membuat bangsa kita tertunduk malu dan gamang..

AKU PERCAYA INDONESIA. ...AKU PERCAYA KEJAYAAN...AKU PERCAYA MASA DEPAN...
Read Post | komentar

Hujan, Kau Ingatkan Aku

Membiarkan jemariku berinteraksi dengan keypad handphone untuk meninggalkan jejak kebaikan. Membiarkannya tuliskan apa yang terpikirkan dan dirasakan. Mungkin takkan banyak yang ia tuangkan, tapi aku pun takkan mencegahnya jika ia sampaikan lebih dari yang kupikirkan.
Kau tahu kawan? Bagaimana gelap dan pekatnya malam? Atau sepinya malam tanpa kilauan bintang? Sangat mengerikan. Entah bagaimana pandanganmu tentang ini. Aku takkan memaksamu sepaham denganku, tapi mari sejenak kita renungkan. 

Siapa di antara kalian yang tahu, kapan waktu kita berpulang? Atau, adakah di antara kalian yang tahu bagaimana keadaan saat kembali pada Penggenggam jiwa? Aku yakin, tak seorang pun mengetahuinya. Dan kau pun meyakininya, aku yakin itu. Sangat yakin.
Di sela mengerjakan tugas perkuliahan, membuka-buka folder tempat video kusimpan. Pilihan jatuh pada satu judul yang tak pernah bosan kuputar ulang. Pada satu judul yang mungkin kan sering kuputar ulang, untuk mencari spirit yang hilang. Sang Murobbi. Ya..., itulah judulnya. 

Ada banyak hikmah terkandung di dalamnya. Tapi kali ini, aku hanya ingin menyoroti dua ayat yang dibaca ketika pemeran Ustadz Rahmat shalat (setelah ibunya berat melepas kepergiannya untuk belajar di Mesir). Al-Hasyr (59) ayat 18-19. 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”.

Dengan segala keterbatasan pengetahuanku, tak ingin kusampaikan lebih dari apa yang aku pahami tentang pesan cintaNya tersebut. Tapi akan kucoba sampaikan sebagai pengingatmu, terlebih bagiku.
Sering kali kita membuat rencana masa depan yang sifatnya hanya cita yang hendak dicapai dalam kehidupan dunia, tak lebih. Mempersiapkan segala bentuk perbekalan agar tak kekurangan persiapan selama perjalanan. Dan sering pula, kita lupa akan ada kehidupan yang berkekalan..., kampung akhirat. 

...dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)...”. Mari tanya pada hati, sudahkah??? Saudaraku..., telah Allah sampaikan lewat pesan-pesan cintaNya bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, dan yang berkekalan adalah kehidupan setelahnya, akhirat. Tapi mengapa sangat jarang kita mengingatnya, sedang kematian kapan saja datangnya. Ia tak peduli masa, tak peduli siapa, tak peduli dimana, dan tak peduli bagaimana keadaan kita ketika menghadapinya.

Aku pun tak tahu bagaimana aku ketika menghadapinya, ketika tiba masanya. Dan aku tak sedikitpun tahu kapan dan dimana aku dihadapkan padanya. Tapi kembali aku ingatkan kepadamu, terlebih kepadaku. Siapkanlah perbekalan terbaik sebagai persembahan untuk Ia yang menciptakan dan mematikan semua makhluk. Gemetar jemari menuliskan ini kawan. Tak tahu ia apakah setelah menuliskan ini dapat kembali menari di atas huruf-huruf tertata? Tak tahu pula apakah tulisan ini sudah kalian baca ataukah masih tersimpan. Hanya bermohon sederhananya tiap ketikan beroleh keberkahan.

Deras hujan suaranya masih sayup terdengar, dari luar kamar rumah kontrakan. Tapi mata masih terjaga dalam penglihatannya, menatap tiap huruf yang tampak di hadapan. Sesekali kupandangi tiap sudut ruang. Oh Allah..., apakah di sini ataukah dimana? Apakah kini ataukah nanti? Bagaimana keadaanku nanti ketika ajal di hadapan? Saat nyawa lepas dari raga, saat tak ada lagi kesempatan berbenah diri, saat tak ada lagi kesempatan menghambakan diri. 

Duhai Allah, aku masih ingin terjaga dalam sadarku. Mengingat kembali perjalanan sehari, ahh..kenapa hanya sehari? Aku tak mampu menghitung salahku jika harus kuingat kembali perjalanan hingga kini, karena sungguh mungkin sudah menumpuk di catatan malaikat Atid. Bagaimana catatanku di malaikat Raqib yaaa??? Oh Allah..., aku ingin menghisab diriku kini sebelum Engkau menghisabku nanti. 

Sudah hampir berganti hari, tapi aku masih sadarkan diri. Mata enggan tertutup, membayangkan jika esok mungkin sudah tak lagi menatap indahnya pagi. Allah..., bolehkah aku meminta? Ahh..aku yakin Kau membolehkannya. Iya kan, Allah... J

Pintaku padaMu...

Jika sangkaku tak baik kepadaMu, mampukan aku bersihkan hati agar hanya sangka baik yang kupikirkan.
Jika pikirku tak sejalan denganMu, mampukan aku bersihkan hati agar hanya pikir lurus yang kulakukan.
Jika jalanku tak searah denganMu, mampukan aku bersihkan hati agar langkahku terarah padaMu.
Jika langkahku berbelok dari jalanMu, mampukan aku kembali sebelum aku kembali padaMu.
Jika kembaliku tak kepadaMu, sungguh aku takkan mampu. Maka mampukan aku senantiasa menghambakan diri padaMu.
Oh Allah..., dimanapun, kapanpun aku kembali, hanya satu pintaku...matikan aku dalam penghambaan tunduk patuh kepadaMu. [tarqiyah]

Oleh : Hajiah Nurdiani
Read Post | komentar

PKS Khawatir Ada Dramatisasi Penggembosan MK

Kalangan Komisi Hukum DPR khawatir, saat ini ada gejala delegitimasi atau ketidakabsahan terhadap Mahkamah Konstitusi (MK), dengan seolah MK tidak bisa diandalkan lagi.

Demikian disampaikan Anggota Komisi III dari Fraksi PKS Fahri Hamzah, menanggapi kerusuhan akibat amukan massa dalam sidang sengketa Pilkada Maluku di Gedung MK Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta, tadi siang (Kamis 14/11).

"Hal ini patut dicurigai sebagai upaya yang berlanjut untuk merusak kredibilitas lembaga negara yang inti," terang Fahri.

Menurutnya, penggembosan ini mulai berbahaya dan didramatisasi oleh kelompok yang menginginkan agar sebelum atau saat pemilu 2014 nanti, tak ada lagi lembaga negara yang kredibel. Padahal, kata Fahri, kalau itu terjadi akan dapat membuat proses transisi politik mengalami jalan buntu.

"Semua pihak harus mewaspadai gejala ini dan secara khusus saya minta kepada kapolri yang baru agar memberikan penjagaan kepada gedung MK, khususnya dalam masa persidangan agar prosesnya jangan dikacaukan oleh intervensi para pengacau," tandas Wakil Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini. [rmol]
Read Post | komentar

Memaknai Curhat-Curhat SBY

Tiga presiden terakhir Indonesia memiliki ciri tersendiri dalam hal omongannya. Gus Dur disebut sebagai presiden yang doyan ngomong, cerewet. Apa saja ia komentari. 

Bahkan punya hari khusus: Jumat. Megawati dikenal irit bicara, seperti bisu. Sedangkan SBY dinilai sebagai presiden yang suka curhat, mengeluh. Tentu saja publik memiliki legitimasi untuk memberikan penilaian terhadap presidennya. Itu hak mereka. Itu semacam kritik atau protes.

Tulisan ini tak hendak mengulas tiga presiden tersebut. Tulisan ini hanya akan mengupas presiden saat ini, yaitu SBY. Pada 20 Oktober lalu, SBY genap memerintah selama sembilan tahun. Pada Oktober tahun depan, ia akan mengakhiri jabatannya selaku presiden untuk periode kedua. Sesuai aturan yang berlaku, SBY tak bisa lagi maju sebagai capres pada pemilu tahun depan. Ia bisa maju lagi pada pemilu berikutnya ataupun berikutnya lagi. Konstitusi kita hanya mengizinkan dua kali berturut-turut.

Dalam sembilan tahun kepemimpinannya, SBY telah membawa Indonesia ke posisi yang spektakuler. Saat naik menjadi presiden pada Oktober 2004, APBN kita hanya di kisaran Rp 300 triliun. Kini, sudah lebih dari Rp 1.600 triliun. Tak lama lagi nilai APBN kita bisa mencapai Rp 2.000 triliun. Pendapatan perkapita Indonesia juga meningkat drastis, dari kisaran 1.000 dolar AS menjadi sekitar 4.000 dolar AS. Angka pertumbuhan ekonomi juga stabil di kisaran 5-7 persen per tahun. Sejumlah indikator-indikator makro lainnya juga memperlihatkan kemajuan yang berarti yang bisa dicapai SBY. Itulah yang membuat posisi Indonesia bak gadis molek yang diminati banyak pihak.

Semua itu tak lepas dari kepemimpinan SBY. Strateginya di bidang ekonomi dan didukung strateginya di bidang politik telah membuat Indonesia bisa bergerak maju. Tentu saja banyak kritik terhadap kebijakan SBY. Misalnya soal angka kemiskinan, pengangguran, pemerataan, kedaulatan ekonomi, dan sebagainya. Kritik yang tak kalah pedas adalah dalam hal pemberantasan korupsi. Namun yang membuat SBY pusing adalah persoalan politik. Hal ini akan menimpa siapa saja yang menjadi presiden Indonesia. 

Ini karena tak ada partai yang bisa menguasai mayoritas mutlak di parlemen. Walau SBY memenangkan pilpres 2009 dengan 60,8 persen dalam satu kali putaran, tapi Partai Demokrat hanya menguasai 26,7 persen kursi di parlemen. Hal ini membuat SBY tak aman di parlemen. Karena itu ia merangkul banyak partai di kabinet, bahkan jika perlu semua partai memiliki wakil di kabinet. Gerindra dan PDIP sudah coba dirangkul, namun gagal. Hanya Hanura yang tak pernah terdengar untuk masuk kabinet.

Posisi Demokrat yang tak bisa menguasai parlemen membuat SBY berpaling ke publik. Itulah yang ia jaga. Tak heran jika kemudian SBY selalu menjaga pesonanya. Walau mungkin tak secara sadar, ia selalu menjaga tingkat popularitasnya di mata publik. Ia memperhatikan betul rating dirinya di lembaga survei. Hal ini menimbulkan tudingan miring pada dirinya sebagai presiden yang selalu tebar pesona dan gemar pada pencitraan. 

TB Silalahi, salah satu penasihat penting SBY, bahkan mengemukakan untuk menjaga penampilannya agar sesuai dengan karakter dasarnya, SBY menyewa konsultan dari Inggris. Gerak tengan dan bahasa tubuh SBY menjadi ciri khasnya saat berpidato. Bagi yang mengikuti SBY sejak di militer, tentu tak mendapati gayanya yang seperti itu – walaupun kesantunan dan kecerdasannya sudah melekat.

Namun kegaduhan politik tetap saja membuat siapapun yang menjadi presiden Indonesia menghadapi tekanan yang luar biasa. Hal ini bisa kita saksikan di awal-awal SBY menjadi presiden. Karena itu ia selalu hati-hati dalam membuat kebijakan. Namun kantung matanya demikian menebal dan menggantung tak lama setelah ia menjadi presiden. Wajahnya tak sesegar di masa kampanye pada 2004. Seperti kata Megawati, menjadi presiden itu gampang, yang susah adalah menjadi pemimpin. Ia pernah merasakan itu dalam kepemimpinannya yang singkat sebagai presiden. 
Seperti pepatah Belanda, //leiden is lijden//. Memimpin adalah menderita. Harus mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan diri dan keluarganya. Tak akan makan sebelum seluruh rakyatnya makan. Mengorbankan seluruh kepentingan dirinya sebelum menuntut rakyatnya berkorban. Memikul tanggung jawab lebih dulu sebelum meminta rakyatnya bertanggung jawab. Tak menuntut hak sebelum rakyatnya mendapatkan hak-haknya.

Tapi presiden tetaplah manusia. Ia ingin berbagi cerita. Ia ingin melaporkan apa yang ia sudah perbuat. Tujuannya bisa macam-macam, salah satunya agar semua bisa belajar dan berkembang bersama. Karena itu ketika berbicara di hadapan pimpinan media, ia mengatakan bahwa dirinya korban pers. Ketika berbicara dengan peternak ia menyampaikan banyaknya kritik terhadap dirinya. Saat berdialog dalam rapim Polri ia menyampaikan dirinya tak henti dihujat. Ia juga berencana membuat buku tentang pengalamannya memimpin Indonesia, yang oleh sebagian pihak justru disebut buku curhat. Namun SBY mengatakan bahwa ia ingin berbagi pengalaman agar siapapun yang menjadi pemimpin harus siap dengan segala risikonya dan menyiapkan diri tentang hal ihwalnya.

Memang, pada akhirnya, menjadi pemimpin itu menjadi penyendiri. Ia sendiri di puncak pohon, di puncak piramida. Tak ada kawan, tak ada tim sukses. Butuh pribadi kuat untuk bisa melaluinya. Karena itu, tak jarang, di balik setiap tokoh besar ada tokoh kecil yang berfungsi menjadi tempolong dan keranjang sampah. Ini semata agar sang pemimpin selalu tampak gagah dan kuat di hadapan publik. Menjadi presiden itu banyak urusannya, hilang dan menyatu dengan rakyatnya. Di sanalah integritas dan harga diri kita. [republika]

Oleh Nasihin Masha
Read Post | komentar

[Wajib Baca] Skema Kejahatan Terbesar di Muka Bumi (2)

Munculnya Uang Kertas

Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.

Dia pun berpikir, “Saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas.

Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali.”

Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku.
Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan sebagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.

Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nilainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya “daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menulis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku.” Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap di gudang Fabian! Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri.

Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka. Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali lipat dari yang sebenarnya dia miliki. Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.
Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya.

Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.

Mafia Perbankan

Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini.
Seandainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis ini.
Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian.

Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian. Ketika seorang pedagang ingin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening lainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan “cek.”

Dilindungi Pemerintah dan Diterima Secara Umum

Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, “Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer. Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas-jelas sangat memuaskan. Namun, sebagian kwitansi ini telah dipalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan!”

Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. “Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka. Jawaban Fabian “Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur. Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak ini, ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi.” Para anggota pemerintah berpikir “Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal.” Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.

“Yang kedua”, kata Fabian, “sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru.”

Ide ini pun mulai dijalankan. Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas.
Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transaksi masyarakat. Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transaksi dilakukan dengan cara pindah buku (cek).

Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.

Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya. Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik.

Fractional Reserve Banking

Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.

Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya. Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42! Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang. Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka.

Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan. Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah. Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini. Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga percaya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos.

Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan dengan biaya cetak yang sangat kecil.

Sebagian Orang Mulai Curiga dan Mempertanyakan

Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. “Bunga yang Anda tagih ini salah,” katanya. “Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis.

”Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210). Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!”

“Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar”

Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, “Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja. Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu.”

Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab.
Orang-orang menghormati Fabian dan kata-katanya. Dia adalah pakar, orang yang tidak setuju dengannya pastilah orang bodoh. Lihatlah betapa negara ini bertambah maju, produksi kita juga terus bertumbuh, kehidupan kita sudah jauh lebih baik.

Munculnya Inflasi

Untuk menutup bunga dari uang yang mereka pinjam, para pedagang dan pengusaha meninggikan harga dagangan mereka. Karyawan senantiasa memprotes mereka dibayar terlalu rendah dan pemilik perusahaan senantiasa menolak membayar lebih. Petani tidak bisa mendapatkan harga jual yang adil dari produk pertanian mereka. Para Ibu rumah tangga terus merasa tidak puas karena harga barang di pasar dinilai terlalu tinggi.

Pada suatu ketika, orang-orang akhirnya mulai berdemonstrasi, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian orang tidak sanggup melunasi hutang mereka dan menjadi miskin. Teman dan saudara mereka pun tidak sanggup untuk menolong. Mereka lupa kekayaan yang sebenarnya masih berlimpah di sekeliling mereka: tanah yang subur, hutan yang kaya, mineral yang berlimpah dan juga ternak-ternak yang sehat. Yang mereka pikirkan sepanjang hari adalah uang yang rasanya selalu kurang. Mereka tidak pernah bertanya tentang sistem. Mereka percaya pemerintahlah yang sedang menjalankan sistem ini.

Munculnya Perusahaan Pembiayaan

Sebagian kecil orang di masyarakat yang kelebihan uang mulai membentuk perusahaan mereka sendiri untuk meminjamkan uang mereka. Mereka menagih bunga 6% atas uang mereka, lebih besar dari 3% yang ditawarkan oleh Fabian. Namun orang-orang ini meminjamkan uang mereka sendiri, tidak seperti Fabian yang bisa meminjamkan uang / menciptakan kredit tanpa modal.
Perusahaan-perusahaan pembiayaan ini tetap membuat khawatir Fabian dan kawan-kawannya, jadi mereka pun membentuk perusahaan pembiayaan mereka sendiri. Dalam kebanyakan kasus, mereka membeli perusahaan-perusahaan pembiayaan saingan mereka tersebut. Pada akhirnya, semua perusahaan pembiayaan dimiliki ataupun dalam kendali mereka.

Dana Sosial

Situasi ekonomi terus memburuk. Para pegawai mulai yakin bos mereka mendapatkan terlalu banyak keuntungan. Pemilik perusahaan pun menilai pegawainya terlalu malas dan tidak cukup bekerja keras. Semua orang mulai menyalahkan orang lain. Pemerintah bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini. Masalah paling mendesak tentunya adalah bagaimana menolong orang yang paling miskin.
Pemerintah pun memulai sebuah program sosial dan memaksa anggota masyarakat untuk membayar sistem ini. Hal ini membuat marah sebagian orang, mereka percaya kepada gagasan lama bahwa membantu orang seharusnya adalah usaha suka rela, bukan paksaan.

“Peraturan ini adalah perampokan yang dilegalkan. Mengambil sesuatu dari seseorang, dengan menentang keinginan dari orang yang bersangkutan, apapun tujuannya, tidaklah berbeda dengan mencuri darinya.”

Namun orang-orang tak berdaya karena bila tidak membayar mereka akan dimasukkan ke dalam penjara. Program sosial ini selama beberapa waktu memang membantu keadaan, tetapi tak lama kemudian masalah kemiskinan muncul kembali dan uang yang diperlukan untuk menjalankan sistem ini pun terus bertambah. Ongkos sosial terus meningkat, demikian juga dengan skala pemerintahan.

Kebanyakan wakil rakyat adalah orang-orang yang tulus melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Mereka pun tidak menyukai gagasan terus-menerus meminta uang dari masyarakat. Akhirnya, mereka mencari pinjaman dari Fabian dan kawan-kawannya. Mereka bahkan tidak mengetahui bagaimana mereka bisa membayar. Orang tua mulai tidak sanggup membayar biaya sekolah anak-anaknya. Sebagian orang tidak sanggup membayar biaya dokter dan obat-obatan. Operator transportasi pun mulai gulung tikar.

Satu demi satu usaha diambil alih pemerintah. Guru, dokter, dan banyak pekerjaan lainnya mulai menjadi tanggung jawab pemerintah.
Tidak banyak orang yang mendapatkan kepuasan di pekerjaannya. Mereka dibayar gaji yang wajar, tetapi kehilangan jati diri. Mereka menjadi budak dari sebuah sistem.
Tidak banyak ruang untuk inisiatif, sedikit penghargaan atas usaha pribadi, pendapatan mereka relatif tetap dan naik pangkat terjadi hanya kalau atasan mereka pensiun ataupun mati.[rz]

Bersambung..........................

Baca : [Wajib Baca] Skema Kejahatan Terbesar di Muka Bumi (1)
  
* Tulisan ini diterjemahkan dari artikel Larry Hannigan, merupakan bab I pada buku Masa Lalu Uang dan Masa Depan Dunia (Pustaka Pohon Bodhi)
** Sekali lagi, kiranya artikel ini dibagikan sehingga lebih banyak yang sadar dan tercerahkan, seperti Anda yang telah tercerahkan. Terima kasih.
Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all