Kamis, 27 Maret 2014

Ketika Tim Pengamanan Kampanye PKS Yang Bugar Itu Menangis Terisak-Isak

Malam itu, ada instruksi Rapat mendadak: "jam 20.30 wib semua kepanduan berkumpul di bilangan jalan Mawar!" Satu persatu anggota kepanduan datang memenuhi panggilan Komandannya. Setelah semua yang diundang telah hadir, majelis pun dibuka. Seperti biasa, tidak ketinggalan membuka majelis dengan melafazkan Basmalah dan Ayat Al Qur’an, sebuah hal yang tidak boleh tertinggal dalam setiap agenda. Dengan harapan, agar Allah meridhoi majelis tersebut.

Salah seorang Korsad memulai tausiah dengan membacakan “CAD’s Stories (baca disini ) ” yang didapatnya dari sebuah milis internal pada tanggal 22 Maret yang lalu. Tidak berapa lama Suara yang terdengar mulai “berat”, bahkan sesekali Ia menyeka matanya yang telah basah tidak bisa menahan haru. Namun Ia tetap melanjutkan hingga akhir cerita.

Terdengar isakan lirih dari para Korsad dan Kepanduan yang sebenarnya identik dengan ketegasan dan ketangguhan. Sungguh, dengan tetesan air mata Mereka itu, mencerminkan kelembutan Jiwa dan Cinta mereka yang sangat Luar biasa kepada Dakwah. Karena Kisah yang dibacakan adalah sebuah cerita tentang keikhlasan dan pengorbanan di jalan dakwah.

Beberapa saat kemudian, Sang Komandan membuka kata. Namun kepalanya tertunduk dan suaranya yang biasanya lantang dan tegas, kali ini lembut dan dalam. Ia menceritakan bahwa Ia tidak tahu lagi harus berkata apa kepada Sang Istri, karena Siang  tadi Ia telah membuat sebuah keputusan yang cukup penting dalam karir kehidupannya. 12 jam yang lalu Ia mendapat telpon dari sekolahnya (Beliau ini sedang megambil Kejar Paket C atas ide dan dorongan dari Istri tercintannya) bahwa pagi itu Ia harus mengikuti Ujian kenaikan tingkat. Namun Ia dengan tanpa Ragu menjawab;

“Pak, Kalau memang Saya Tidak Lulus maka mungkin itu takdir Saya”

Ya, Takdir yang dipilihnya sendiri, karena Ia lebih memilih menjadi Komandan di acara Apel Siaga PKS Mandau, untuk memastikan dan mengendalikan semua pasukan kepanduan dan santika agar Apel berjalan sesuai sekenario.

Tidak sedikit pun Ia rela membiarkan acara yang memang diamanahkan oleh struktur kepada Bidang Kepanduan berjalan tanpa andil dirinya, dan itu sangat sering Ia lakukan di agenda yang sejenis.

Tidak diduganya Istri tercintanya menangis mengetahui Sang Komandan melakukan “hal itu” lagi untuk yang kesekian kalinya. Bukan, bukan sedih karena Suaminya tidak lulus, tetapi karena sedih mengingat bahwa ia begitu peduli dan sangat ingin memuliakan Suaminya dengan wadah pendidikan, karena Ia adalah seorang Guru. Namun bukan kali itu saja Sang istri berkorban untuk dakwah yang dicintainya. Bahkan suatu hari Ia berujar:

“Bi, Ummi tu sangat ingin seperti ummahat lain bisa ikut LT3Besar, jadi panitia dan berkotribusi maksimal disetiap agenda dakwah, tapi kan abi tahu sendiri kalau ummi pergi siapa yang jaga anak-anak, siapa yang masak dan mengurusi kebutuhan mereka. Abi pulangnya pun hanya sebentar lalu pergi lagi. Bahkan malam hari pun abi pulangnya menjelang subuh terus. Ummi punya tabungan Haji. Pakailah, Bi...”.

Tangis haru pun meledak, semua Korsad dan kepanduan yang hadir tak kuasa menahan haru. Tidak cukup sampai disitu pengorbanan keluarga dakwah ini, Komandan menuturkan bahwa Ia juga telah memakai tabungan anaknya yang telah berstatus Piatu. Karena memang sering agenda-agenda kepanduan dan korsad membutuhkan dana namun kas yang ada minus. Sehingga tanpa sepengetahuan anggotanya Ia memakai Uang pribadi anak dan Istrinya, demi kelancaran setiap agenda korsad dan kepanduan yang memang harus terus berjalan.

Allahuakbar!!! Ya Allah, terimakasih Engkau telah mengumpulkan aku dengan orang-orang yang ikhlas dan sangat mencintai dakwah ini, Ya Allah satukanlah hati kami, dan satukanlah kami di syurgaMu kelak.

Kini Giliran anggota Korsad pindahan dari Kuansing yang angkat bicara. Sesuai karakternya Ia menyampaikan dengan tegas dan mantap:

“Akhi, ana dan Istri sudah berkomitmen untuk berinfaq semampu kami. Istri punya perhiasan kalung dan cincin seberat kurang-lebih 4,5 gram sudah diikhlaskan untuk infaq dan ana ada tabungan uang tunai 1 juta. Hanya itu yang kami mampu akh, antum tahu sendiri kan kondisi keluarga kami”.

Tiba-tiba seorang Kepanduan menginterupsi;

“Bang, Demi Allah... ana gak rela. Abang kasih kembali perhiasan Istri abang itu, biar ana yang menggantinya. InsyaAllah niat infaq itu sudah diterima di sisi Allah bang...” Ungkap Sang kepanduan sambil terisak-isak.

Sesa’at susana riuh dengan isak tangis para punggawa Team Pengamanan Pemilu ini. Sejurus kemudian seorang Kepanduan meletakkan Hand Phone Samsung Galaxy yang baru sepekan Ia beli di tengah Majelis.

“Ustadz HP ana ini masih baru, ana ikhlaskan untuk dakwah...” “Allahuakbar!!!” seorang Kepanduan bertakbir tidak kuat menahan tangis.

Beberapa saat lamanya, semua terisak, ada “sesuatu yang bangkit” dan terus membesar di dada masing-masing. Benar, sesuatu yang bangkit itu adalah perasaan cinta yang teramat sangat kepada dakwah, janji dan tekad pribadi untuk memberikan yang terbaik untuk perjuangan di jalan Allah ini. Tidak mengenal usia, tidak terpaut jenjang marhalah tarbawi, malam itu semua berikrar dalam hatinya: “Ya Allah... pada malam hari ini Engkau saksikan, Jadikanlah kami mujahid di jalanMu, akan kami berikan yang terbaik untuk agamaMu ya Allah...”

Korsad yang menjadi protokol acara berkata;

“Ya sudah, kalau kita semua memang komitmen, nanti ana susun RAB untuk kebutuhan pengamanan butuhnya berapa dan sebisa mungkin kita mandiri, tidak minta lagi ke Structur karena kita tahu Ustadz-Ustadz kita itu mungkin juga sedang pusing memikirkan kebutuhan pemilu yang tidak sedikit jumlahnya.”

Semuanya Diam tanda setuju. Akhirnya ditutuplah rapat malam itu dengan lantunan do’a Robithoh dan pecahnya tangis  yang merupakan representatif kekhusukan do’a. ;

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini telah berkumpul karena cinta-Mu, dan berjumpa dalam ketaatan pada-Mu, dan bersatu dalam dakwahMu, dan berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya, dan kekalkanlah cintanya, dan tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah ia dengan cahaya yang tiada pernah Padam, dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu, dan indahnya takwa kepada-Mu, dan hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu, dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Aamiin...”

Setelah majelis ditutup dengan hamdalah dan do’a penutup majelis. Dan semua pun berpindah tempat untuk melaksanakn tugas yang harus diselesaikan malam itu. Ada seorang kepanduan yang ‘ngajak bersalaman’ sambil berkata:

“Mas ini untuk tambah-tambah keperluan team Pengamanan”,

Subhanallah! ternyata Uang cash 1 juta. Dan ada seorang kepanduan lagi berbicara ‘empat mata’,

“Ustadz sebenarnya ana sudah menabung cukup lama untuk beli motor, tapi setelah rapat tadi ana berpikir untuk menunda keinginan itu. Kapan ana serahkan uangnya ya Ustadz?” Mata ini basah kembali... Ya Allah Saksikanlah ini semua... #semogajadii’tibar *

Ditulis oleh: Anjasmara, Tim Pengamanan Pemilu DPD PKS Bengkalis
 

*pksbengkalis
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all