Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM),
Yogyakarta, membedah sejarah bangunan kebangsaan Indonesia. Dengan mengundang
tokoh partai politik (parpol), mantan kepala daerah, dan unsur lembaga riset,
UGM menelisik sosok tepat pemimpin nasional mendatang.
Seminar Nasional dan Dialog Kebangsaan bertema "Dari kampus Mencari
Pemimpin Indonesia" itu digelar di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, UGM,
Kamis (24/10). Seminar diikuti sejumlah gurubesar politik, dosen muda, dan
ratusan mahasiswa.
Tampil sebagai narasumber Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis
Matta, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Asosiasi Pemerintahan Kabupaten
seluruh Indonesia (Apkasi) Isran Noor, Direktur Eksekutif Pol Tracking
Institute Hanta Yudha, dan mantan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto.
Presiden PKS Anis Matta mengawali ulasannya dengan menegaskan hakikat
politik yang seharusnya menjadi "industri pemikiran" bukan
"industri kekuasaan". Dengan menjadikan politik sebagai bursa
gagasan, maka segenap komponen bangsa mengenal secara tepat arah perjalanan ibu
pertiwi.
Karenanya pula, Anis Matta mengapresiasi seminar yang digelar UGM,
"kampus memang panggung mini demokrasi, tetapi paling bertanggungjawab
atas tepat atau tidak tepatnya arah perjalanan bangsa," tuturnya.
Atas dasar tersebut, Anis Matta menegaskan, Pemilu 2014 harus didudukkan
bukan sekadar pintu masuk peralihan kekuasaan. Pesta demokrasi ini lebih pas
dijadikan gerbang menuju gelombang perubahan ketiga Indonesia, atas setidaknya
tiga tahapan sejarah perjalanan bangsa.
Menurut mantan Wakil Ketua DPR-RI ini, gelombang pertama yakni proses
peralihan sejarah yang berawal pada abad XVII sampai abad XX. "Saya
menyebut tahap ini sebagai gelombang menjadi Indonesia," ujar Anis Matta.
Saat itu, rinci Presiden PKS, penderitaan panjang di bawah kerajaan-kerajaan
membawa rakyat bergerak dalam satu solidaritas sehingga lahirkan sebuah bangsa
besar.
"Gelombang kedua ketika kita menjadi sebuah bangsa pada momentum Sumpah
Pemuda pada 28 Oktober 1928 dan peristiwa Proklamasi yang mengantarkan kita
memiliki sebuah negera," papar Anis.
Sementara era reformasi, lanjutnya, lahir dari sisi kelam orde sebelumnya.
Namun, anak bangsa yang mampu menangkap ruh zaman dengan memanfaatkan
nilai-nilai positif orde lalu, membawa bangsa memasuki Orde Reformasi.
Perjalanan cukup panjang di atas, masih pendapat Presiden PKS, membawa
Indonesia memasuki gelombang perubahan ketiga. Tuntutan perubahan ini terjadi
di atas fakta bahwa kini lahir kelompok mayoritas baru yang menentukan arah
bangsa ke depan.
"Sekarang kita berhadapan dengan "new majority", yakni
munculnya kelompok usia 45 tahun yang menguasai 60 persen populasi,"
pungkas Anis Matta.
Seminar dan dialog kebangsaan berlangsung seru karena para peserta aktif
menyampaikan tanggapan atas paparan narasumber. [pks.or.id]
0 komentar:
Posting Komentar