Jumat, 30 Mei 2014

Konsep 'Mubadzir' Dalam Organisasi Dakwah | by DR. Saproni

Untuk tidak terjatuh pada kemubadziran, perlu kiranya kita bahas tentang sebab efektivitas dalam pengelolaan organisasi. Dalam hal ini ada 3 faktor pendukung  yang dapat menunjang efektivitas dalam pengelolaan organisasi yaitu :

1. perencanaan,
2. pemberdayaan potensi,
3. monitoring.

Target semestinya jelas meski kadang tidak harus selalu terukur, terkhusus pengelolaan dakwah islamiyah. Sering kali yang diperlukan adalah keyakinan bisa untuk mencapainya. Pandangan jauh dan optimisme besar itulah yang menjadikan pembebasan Yaman, Persia dan Romawi tergambar jelas, bahkan saat-saat tersulit sekalipun. Meskipun demikian target harus selalu ditentukan dan disesuaikan dengan kajian analisa dimensi ruang dan waktu tertentu.

Disinilah pentingnya peran think tank dalam membantu melihat masalah secara utuh, mengkaji peluang dan tantangan serta kekuatan dan kelemahan. Pengenalan potensi dan sumber daya adalah setengah dari keberhasilan suatu organisasi, namun diakui hal ini bukanlah perkara mudah. Mengenal potensi dan sumberdaya perlu ada pelatihan khusus sehingga menjadi skill yang bisa menghindarkan kita dari kemubadziran

Dalam merealisasikan target perlu juga diawali dengan pemetaan potensi dan sumberdaya yang ada sehingga tidak ada yang tak terbedayakan sehingga disebut dengag mubazir. Jadi salah satu problem pemberdayaan potensi adalah keengganan pemilik potensi untuk penyelesaian tugas besar, dan ini harus dicari akar masalahnya.

Kejelasan sebuah visi tidak boleh mengendap hanya pada tataran pengambil kebijakan, ia harus menjadi sesuatu yang tersebar secara utuh dalam seluruh level. Visi harus di pahami sama terang disetiap level pengambilan kebijakan sehingga semua bisa bergerak fokus pada target yang dituju.

Potensi itu tidak harus bersumber dari sumberdaya internal organisasi, bahkan yang lebih penting adalah potensi luar. Kemampuan memberdayakan potensi luar untuk tercapainya sebuah target adalah skill mahal yang juga harus ada pelatihannya. Inilah yang kemudian kita maknai sebagai upaya amar makruf, yakni upaya penghimpunan potensi kebaikan sedang kita berlaku sebagai dirigent pengatur irama orchestra.

Makruf yang dalam bahasa arab berarti sesuatu yang baik, konteksnya selalu berkembang seiring dengan berkembangnya daya kemampuan kita dalam memberikan pelayanan. Contohnya saat kita sebagai rakyat jelata, kemampuan pelayanan kebaikan kita mungkin terbatas, sekedar mengajak orang ibadah dan aksi-aksi sosial sesuai kemampuan.

Saat Allah berikan amanah mengelola sesuatu yang lebih besar, tentu makruf harus kita maknai lebih luas dari sekedar mengajak orang beribadah dan aksi sosial. Memobilisir seluruh potensi kebaikan baik dari internal maupun eksternal, muslim maupun non muslim, untuk sebuah tujuan dakwah adalah luar biasa. Dan lebih luarbiasa lagi tatkala konspirasi musuh mampu kita rubah menjadi potensi positif, ini baru pemimpin. 




diolah dari kultwit DR. Saproni M  Samin, @saproniriau
Ketua DSW PKS Riau
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all