Masalah HIV/AIDS, sebenarnya bukan sekedar
masalah kesehatan saja, akan tetapi jika kita kaji lebih dalam lagi, maka
masalah HIV/AIDS juga terkait dengan masalah sosial. Betul,
seseorang yang terjangkiti HIV dan nantinya menjadi penderita AIDS, maka
masalah kesehatan lebih menonjol. Demikian menonjolnya HIV/AIDS sebagai masalah
kesehatan karena hingga saat ini, belum ada pengobatan yang mujarab untuk
menanggulangi penyakit HIV/AIDS.
HIV/AIDS menjadi masalah sosial, karena penyakit
ini menular melalui perilaku seksual bebas dan suka berganti-ganti pasangan,
pasangan sejenis, dan penguna narkoba. Apalagi menurut data yang ada,
sebagaian besar penularan HIV/AIDS di Provinsi Kepri didominasi oleh perilaku
seks bebas.
Dengan demikian, dapat dianalisa bahwa
sesungguhnya persoalan ini adalah persoalan moralitas dan penyelesaiannya
melalui penyadaran agama. Namun, kadang penyadaran agama dalam masalah
HIV/AIDS secara kebijakan dan politik tidak memuaskan. Mengapa? Karena secara
kebijakan masalah tersebut hanya dipandang sebagai persoalan kesehatan.
Sehingga para juru dakwah atau pemuka agama kadang hanya dilibatkan ketika penderita
HIV/AIDS sudah positif mengidap atau dalam kondisi kritis, atau kadang tidak
dilibatkan sama sekali.
Untuk sekedar memberikan motivasi hidup pada
penderita. Memang betul pemberian motivasi hidup adalah hak pasien
HIV/AIDS, akan tetapi bukan itu akar permasalahannya. Persoalan utama
masalah HIV/AIDS tetaplah pada dekadensi moral seperti masalah pelacuran,
seks bebas dan narkoba.
Bisa jadi PKN adalah hal yang wajar di negara
sekuler, di negara yang mengakui keberadaan agama seperti Indonesia tentu hal
tersebut sangat tidak wajar. Sehingga PKN adalah langkah yang terlalu
sembrono. Karena menciderai hati masyarakat Indonesia yang beragama.
Terlepas, masalah tersebut di atas, sejatinya
pemerintah perlu menggali kembali kebijakan yang telah ada. Misalnya masalah
kesehatan, bagaimana fokus yang harus diselesaikan. Masalah sosial, apa fokus
yang harus diatasi, masalah moral, apa fokus yang harus perbaiki.
Pembentukan Komisi-komisi untuk menjembatani masalah tersebut adalah cukup
baik. Akan tetapi, akan lebih bermakna, pemerintah menunjuk kementerian
yang ada untuk penanggulangan masalah HIV/AIDS dari sisi sosial.
Karena persoalan utama penyebarluasan AIDS adalah sisi sosial dan moralitas.
Selama masalah ini tidak dilibatkan secara massif dan fokus. Maka dapat
diperkirakan persoalan HIV/AIDS akan selalu menjadi masalah besar. Fenomena gunung es dalam masalah AIDS, sebenarnya
adalah masalah sosial keagamaan, bukan hanya kesehatan. Karena kerangka
utamanya adalah sosial keagamaan, maka pelibatan keluarga, orang tua, guru dan
pemuka agama adalah keniscayaan. Kasus seks bebas di kalangan pelajar dan
mahasiswa adalah persemaian merebaknya HIV/AIDS. Penggunaan narkoba adalah
persemaian HIV/AIDS.
Apakah masalah itu hanya dapat didekati dari sisi kesehatan?
Tentu tidak, karena masalah sesungguhnya adalah dekadensi moral. Oleh karenanya, HIV/AIDS adalah persoalan
bersama. Untuk itu perlu didorong kebijakan yang mendorong kementerian terkait
dengan HIV/AIDS dari sisi masalah sosial seperti Kementerian Agama dan
Kementerian Sosial untuk memberikan fokus pada masalah HIV/AIDS, sementara
Kementerian Pendidikan dengan kurikulum akhlak dan budi pekerti. Sehingga
persoalan AIDS menjadi perhatian dari sisi moral dan keagamaan, tak hanya dari
sisi kesehatan.
Dra. Hj. Herlini Amran, MA
sumber : http://herliniamran.com/moralitas-akar-masalah-hivaids/
Dra. Hj. Herlini Amran, MA
Anggota DPR RI Komisi X Fraksi PKS
sumber : http://herliniamran.com/moralitas-akar-masalah-hivaids/
0 komentar:
Posting Komentar