Jumat, 22 November 2013

Katakan Kebenaran Walau Pahit

“Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit” (Hadis Riwayat Ahmad, Ibn Hibban, al-Hakim)
Barangkali pernah kita mendengar hadis di atas dalam ceramah-ceramah di masjid-masjid atau majelis-majelis taklim. Sebuah hadis yang cukup populer teksnya namun ternyata kurang populer tafsirnya.
Sejenak kalau kita perhatikan hadis ini hadis yang simpel ditafsirkan. Katakan saja kebenaran walaupun (kebenaran) itu (terasa) pahit. Begitu dengan mudahnya kita artikan. Tapi kalau saya tanya balik "pahit untuk siapa?" Mungkin kita akan kembali berfikir ulang, "Oh iya ya? Buat siapa ya?"
Nah, kita akan bahas secara ringkas sebenarnya seperti apa sih ceritanya ketika Nabi SAW mengatakan hadis ini, kepada siapa Nabi SAW berkata, dan apa maksudnya.
Hadis ini bermula dari pertemuan Nabi SAW dengan seorang pedagang buah(maaf saya lupa dimana, mungkin nanti bisa dikoreksi). Sang pedagang ini nampaknya sedang mengalami kegalauan yang sangat, terlihat dari raut wajahnya ia nampak kebingungan yang luar biasa ketika Rasulullah SAW menghampirinya.
Lalu Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya ada apakah gerangan. Sang penjual buah ini pun menceritakan sebab kegalauannya pada Nabi SAW. "Begini yaa Rasul, saya biasa memesan buah kepada si fulan untuk saya jual kembali. Tapi kali ini saya kecewa lantaran buah yang dikirim tidak sebagus biasanya. Saya bingung apa yang harus saja jelaskan kepada para pelanggan saya nanti."
Kemudian Rasulullah SAW menjawab "Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit." Maksudnya adalah, katakanlah kebenaran(bahwa buah yang kamu jual kali ini kualitasnya tidak bagus) walaupun itu pahit(bagimu).
Jadi begitulah kira-kira sejarah hadis ini berlangsung. Seringkali kita yang awam dengan mudahnya mengimplementasikan hadis ini ketika kita ingin mengkritisi seseorang. Seakan-akan hadis ini menjadi pembenaran bahwa kita boleh "mencela" orang lain atas kesalahannya karena kita membawa "kebenaran".
Jikalau itu yang kita artikan, lalu bagaimana dengan surat al-Nahl ayat 125 yang di sana Allah berkata "Serulah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan bantahlah dengan bantahan yang baik."? Tentu akan menjadi bertentangan bukan?
Maka dengan tahunya kita sejarah hadis tadi, kita menjadi semakin faham bahwa tidaklah baik bagi seorang Muslim menasehati Muslim lainnya dengan cara yang tidak ahsan(baik) sehingga orang yang kita nasehati tersakiti hatinya. Menyampaikan kebenaran haruslah dengan cara-cara yang benar pula, sehingga kebenaran itu menjadi sempurna, untuk kita, dan untuk mereka. [tarqiyah]
Wallahu a'lam bisshowab
Oleh : Chandra Alif Irawan
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Indonesia Bangkit ! 2013 - Redesigned by @defio84 | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all