Naiknya popularitas dan elektabilitas calon presiden nomor urut 1,
Prabowo Subianto jelang Pemilihan Presiden pada 9 Juli 2014 saat ini
telah membuat panik tim pro Jokowi.
Tim Prabowo yakin pada Pilpres nanti, masyarakat dengan cerdas bisa membandingkan kedua capres yang ujung-ujungnya akan memilih Prabowo sebagai presiden mendatang.
Demikian dikatakan anggota Tim Sukses Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah kepada wartawan di DPR, Jakarta, Rabu (2/7).
"Saya ingin memberikan penjelasan bahwa kekhawatiran dan ketakutan pihak Jokowi saat ini bisa dipahami karena popularitas dan elektabilitas Prabowo sudah melewati Jokowi. Hal ini menurut saya disebabkan beberapa hal yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan sangat logis yang sejalan dengan pemikiran masyarakat Indonesia yang semakin rasional dalam memilih," ujar Fahri.
Menurut dia, kesalahan tim Pro Jokowi yang pertama adalah karena estimasi yang terlalu tinggi (overestimate) terhadap kemampuan Jokowi dan menganggap rakyat akan serta merta memilih calon yang selama empat tahun (red 2 tahun sebagai walikota Solo dan 2 tahun sebagai gubernur DKI) telah dicover media dari satu sisi saja tanpa ada diskusi dan perdebatan serta tanpa pembanding dengan luar biasa.
Dalam empat tahun di-cover oleh media, kata dia lagi, terjadi peristiwa yang membuat keyakinan mereka meningkat sampai ada yang berani mengatakan tak perlu Pilpres, Jokowi pasti menang.Bahkan salah satu tim suksesnya ada yang berani sesumbar kalau Jokowi kalah potong lehernya.
"Itu kesalahan karena politik itu selalu ada dinamika dan tidak stagnan," tekannya.
Rakyat yang dinamis, jelasnya, dan yang telah mengalami proses demokrasi selama 16 tahun pasca reformasi, telah sangat banyak belajar dan tidak bisa lagi dibohongi dengan argumentasi sepihak tanpa dasar yang kerap mereka lakukan demi menjual calonnya.
Mereka berusaha meyakinkan rakyat secara sepihak yang pada awalnya mungkin terlihat berhasil, namun pada akhirnya rakyat sadar bahwa ada kesalahahpahaman. Rakyat memiliki pemahaman sendiri dalam menentukan calon pemimpinnya.
"Dan saya melihat tim Pro Jokowi saat ini panik luar biasa karena pada akhirnya selama proses Pemilu ini, publik kemudian memiliki kesempatan membandingkan secara aple to aple antara Prabowo dan Jokowi seperti dalam bersikap, berbicara, melakukan hubungan masyarakat, berbicara ke dunia, penyampaian visi misi dan sebagainya. Kesempatan membandingkan dua sosok calom pemimpin ini juga mempengaruhi pilihan masyarakat," katanya.
Dia mengatakan, elit partai kemudian langsung sadar, kalangan menengah juga sadar karena mereka bersifat pragmatis dan hanya akan memilih pemimpin yang bisa meyakinkan. Sementara, masyarakat bawah mengalami proses pendewasaan yang luar biasa,.
Kesempatan membandingkan membuat masyarakat yang tadinya belum memilih atau swing voters akan menjatuhkan pilihannya pada Prabowo dan tidak sedikit juga yang tadinya hendak memilih Jokowi menjadi batal memilihnya.
"Ini semua bukan karena black campaign karena tim kami tidak pernah melakukan hal itu. Apa yang terjadi pada Jokowi saat ini di mana dia ditelanjangi adalah proses politik itu sendiri sehingga masyarakat pun tahu dan menyadari bahwa Jokowi tidak mantab, tidak jujur, inkonsisten, tidak amanah, tidak menepati janji, munafik dan sebagainya,” papar Juru Debat Tim Kampanye Prabowo-Hatta ini lagi. [rmol]
Tim Prabowo yakin pada Pilpres nanti, masyarakat dengan cerdas bisa membandingkan kedua capres yang ujung-ujungnya akan memilih Prabowo sebagai presiden mendatang.
Demikian dikatakan anggota Tim Sukses Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah kepada wartawan di DPR, Jakarta, Rabu (2/7).
"Saya ingin memberikan penjelasan bahwa kekhawatiran dan ketakutan pihak Jokowi saat ini bisa dipahami karena popularitas dan elektabilitas Prabowo sudah melewati Jokowi. Hal ini menurut saya disebabkan beberapa hal yang sebenarnya bisa dijelaskan dengan sangat logis yang sejalan dengan pemikiran masyarakat Indonesia yang semakin rasional dalam memilih," ujar Fahri.
Menurut dia, kesalahan tim Pro Jokowi yang pertama adalah karena estimasi yang terlalu tinggi (overestimate) terhadap kemampuan Jokowi dan menganggap rakyat akan serta merta memilih calon yang selama empat tahun (red 2 tahun sebagai walikota Solo dan 2 tahun sebagai gubernur DKI) telah dicover media dari satu sisi saja tanpa ada diskusi dan perdebatan serta tanpa pembanding dengan luar biasa.
Dalam empat tahun di-cover oleh media, kata dia lagi, terjadi peristiwa yang membuat keyakinan mereka meningkat sampai ada yang berani mengatakan tak perlu Pilpres, Jokowi pasti menang.Bahkan salah satu tim suksesnya ada yang berani sesumbar kalau Jokowi kalah potong lehernya.
"Itu kesalahan karena politik itu selalu ada dinamika dan tidak stagnan," tekannya.
Rakyat yang dinamis, jelasnya, dan yang telah mengalami proses demokrasi selama 16 tahun pasca reformasi, telah sangat banyak belajar dan tidak bisa lagi dibohongi dengan argumentasi sepihak tanpa dasar yang kerap mereka lakukan demi menjual calonnya.
Mereka berusaha meyakinkan rakyat secara sepihak yang pada awalnya mungkin terlihat berhasil, namun pada akhirnya rakyat sadar bahwa ada kesalahahpahaman. Rakyat memiliki pemahaman sendiri dalam menentukan calon pemimpinnya.
"Dan saya melihat tim Pro Jokowi saat ini panik luar biasa karena pada akhirnya selama proses Pemilu ini, publik kemudian memiliki kesempatan membandingkan secara aple to aple antara Prabowo dan Jokowi seperti dalam bersikap, berbicara, melakukan hubungan masyarakat, berbicara ke dunia, penyampaian visi misi dan sebagainya. Kesempatan membandingkan dua sosok calom pemimpin ini juga mempengaruhi pilihan masyarakat," katanya.
Dia mengatakan, elit partai kemudian langsung sadar, kalangan menengah juga sadar karena mereka bersifat pragmatis dan hanya akan memilih pemimpin yang bisa meyakinkan. Sementara, masyarakat bawah mengalami proses pendewasaan yang luar biasa,.
Kesempatan membandingkan membuat masyarakat yang tadinya belum memilih atau swing voters akan menjatuhkan pilihannya pada Prabowo dan tidak sedikit juga yang tadinya hendak memilih Jokowi menjadi batal memilihnya.
"Ini semua bukan karena black campaign karena tim kami tidak pernah melakukan hal itu. Apa yang terjadi pada Jokowi saat ini di mana dia ditelanjangi adalah proses politik itu sendiri sehingga masyarakat pun tahu dan menyadari bahwa Jokowi tidak mantab, tidak jujur, inkonsisten, tidak amanah, tidak menepati janji, munafik dan sebagainya,” papar Juru Debat Tim Kampanye Prabowo-Hatta ini lagi. [rmol]
0 komentar:
Posting Komentar