Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, gemar memamerkan
keahliannya berpantun. Termasuk ketika menjadi keynote speaker di acara
Literasi Media dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) di
Universitas Bengkulu, pagi tadi.
Menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membuka pidato dengan salam dan pantun.
"Buah mengkudu diaduk secara merata, kalau sudah di Bengkulu malas balik ke Jakarta," tutur Tifatul dan disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang didominasi mahasiswa universitas negeri di daerah berjulukan Rafflesia itu.
Tifatul mengatakan alasan dirinya kerap berpantun di berbagai kesempatan, karena ingin mengenalkan ke publik bahwa bangsa Indonesia kaya akan bahasa dan sastra.
"Menggunakan pantun mengenalkan kayanya bahasa dan sastra kita," kata Tifatul yang kemarin membuka secara resmi rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) ke 68 di Sport Centre, Bengkulu.
Tifatul menambahkan, dengan berpantun juga bisa menjelaskan pesan yang ingin disampaikan sebanyak dua halaman folio. Dicontohkan, jika ingin menyampaikan pesan panjang namun tempat yang disediakan tak memadai seperti update di twitter yang cuma 150 karakter, maka pantun jawabannya.
"Seperti kondisi saat ini Jakarta sering hujan, banjir, kemudian kita ingin menyampaikan pesan, bisa dengan pantun. Anak burung berdasi cokelat biar mendung tetap semangat," tutur Tifatul.
Dalam rangka menyambut hari pers nasional ini, Tifatul mengajak seluruh media mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik. Menurutnya, kalau ingin pers sehat, bahasa yang digunakan juga harus sehat. Pers harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Pers sehat, bahasa harus diperbaiki," tambah Tifatul.
Rangkaian acara Literasi Media ini pun dilanjutkan dengan diskusi panel. Tampak hadir, Ketua Dewan Pers Prof. Bagir Manan, Rektor Universitas Bengkulu, Dr, Ridwan Nur Azi, Ketua Persatuan Wartawan (PWI) Pusat Margiono.
Adapun rangkaian acara HPN ke 68 hari ini adalah persemian perpusatakaan pers Bengkulu di Kantor PWI bengkulu, Seminar Nasional dan Workshop Literasi Media. *
Menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membuka pidato dengan salam dan pantun.
"Buah mengkudu diaduk secara merata, kalau sudah di Bengkulu malas balik ke Jakarta," tutur Tifatul dan disambut tepuk tangan meriah oleh peserta yang didominasi mahasiswa universitas negeri di daerah berjulukan Rafflesia itu.
Tifatul mengatakan alasan dirinya kerap berpantun di berbagai kesempatan, karena ingin mengenalkan ke publik bahwa bangsa Indonesia kaya akan bahasa dan sastra.
"Menggunakan pantun mengenalkan kayanya bahasa dan sastra kita," kata Tifatul yang kemarin membuka secara resmi rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) ke 68 di Sport Centre, Bengkulu.
Tifatul menambahkan, dengan berpantun juga bisa menjelaskan pesan yang ingin disampaikan sebanyak dua halaman folio. Dicontohkan, jika ingin menyampaikan pesan panjang namun tempat yang disediakan tak memadai seperti update di twitter yang cuma 150 karakter, maka pantun jawabannya.
"Seperti kondisi saat ini Jakarta sering hujan, banjir, kemudian kita ingin menyampaikan pesan, bisa dengan pantun. Anak burung berdasi cokelat biar mendung tetap semangat," tutur Tifatul.
Dalam rangka menyambut hari pers nasional ini, Tifatul mengajak seluruh media mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik. Menurutnya, kalau ingin pers sehat, bahasa yang digunakan juga harus sehat. Pers harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Pers sehat, bahasa harus diperbaiki," tambah Tifatul.
Rangkaian acara Literasi Media ini pun dilanjutkan dengan diskusi panel. Tampak hadir, Ketua Dewan Pers Prof. Bagir Manan, Rektor Universitas Bengkulu, Dr, Ridwan Nur Azi, Ketua Persatuan Wartawan (PWI) Pusat Margiono.
Adapun rangkaian acara HPN ke 68 hari ini adalah persemian perpusatakaan pers Bengkulu di Kantor PWI bengkulu, Seminar Nasional dan Workshop Literasi Media. *
*rmol
0 komentar:
Posting Komentar