Jakarta – Bukan sekali dua kali ini saja, Australia
memata-matai Indonesia. Meskipun hubungan Australia terus terjalin,
namun ketidakpercayaan Australia terhadap Indonesia terus berlangsung.
Hampir
semua Perdana Menteri Australia selalu menaruh perhatian penting
terhadap masalah ini. Karena itulah kedutaaan besar Australia di Jakarta
dijadikan sebuah stasiun mata-mata, bukan hanya untuk memata-matai
Indonesia, tetapi juga untuk Asia-Pasifik.
Berdasarkan dokumen
yang dibocorkan Edward Snowden, Kedubes Australia di Jakarta mempunyai
sebuah program mata-mata yang disebut dengan kode nama STATEROOM. Inilah
fasilitas yang dibangun sebagai bagian dari program Five Eyes untuk
memantau terhadap segala aktivitas di Indonesia, terutama aktivitas
pejabat Indonesia, terkait pertahanan, ekonomi, dan diplomasi.
Program
itu digelar Australia bekerjasama dengan negara sekutu Amerika Serikat,
antara lain dengan Inggris dan Kanada. “Mereka bekerja dengan cara
menyamar dan misi utama mereka tidak diketahui oleh hampir sebagain
besar staf kedutaan yang lainnya,” demikian bunyi dokumen tersebut.
Program
mata-mata Australia terhadap Indonesia ternyata juga memiliki sejarah
yang panjang, yang antara lain diutarakan dalam sebuah artikel opini
yang dimuat The Age dan Sydney Morning Herald. Ini menunjukkan bukan hanya sekali dua kali ini saja Australia ketahuan memata-matai Indonesia.
Sebuah
catatan harian yang tidak dipublikasikan milik Sir Walter Crocker, duta
besar Australia untuk Indonesia di awal terjalinnya hubungan
diplomatik, menyebutkan bahwa Defence Signal Directorate (intelijen
Australia biasa disingkat DSD, kini bernama Australian Signals
Directorate) sudah berulang kali menyadap percakapan diplomatik
Indonesia sejak pertengahan tahun 1950-an.
Berikut beberapa aktivitas Australia memata-matai Indonesia :
Stasiun Mata-mata di Jakarta
Pada 1954 Australia untuk pertama kalinya membangun stasiun
mata-mata di luar negeri yakni di Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Stasiun pemantaun itu dioperasikan oleh Australian Secret Intelligence
Service (ASIS). Tugas utama ASIS, menjadikan Indonesia sebagai target
utama yang harus dimata-matai.
Susupi Mesin Sandi RI
Pada 1960, Government Communications Headquarters (GHCQ atau intelijen Inggris) membantu DSD membongkar mesin sandi di Kedubes Indonesia di Canberra.Lazimnya, percakapan diplomatik antara Kedubes dengan tanah air menggunakan mesin sandi supaya tidak bisa diketahui pihak lain. Untuk kepentingan ini, Kedubes Indonesia di Canberra menggunakan mesin buatan Swedia bermerek Hagelin yang saat itu juga umum dipakai banyak Kedubes.
Mesin Hagelin dikenal canggih pada zamannya dan tangguh,bahkan sudah dipakai sekutu sejak Perang Dunia II. Mesin milik Kedubes RI itu berhasil dibongkar oleh GHCQ untuk kepentingan Australia.
Nguping TNI Soal Timtim
Pada 1970-an, stasiun intelijen Australia yang ada di Shoal Bay di luar kota Darwin memonitor komunikasi militer Indonesia. Hasilnya, militer Indonesia diketahui berniat menginvasi Timor Timur (Timtim, sekarang Timor Leste). Australia tahu persis mengenai Operasi Seroja yang dilakukan oleh TNI.Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur.
Kerusuhan Dili 1999
Pada 1999, sebuah laporan intelijen mengenai Indonesia dan Timor Timur bocor ke publik. Laporan itu menunjukkan bahwa Australia ternyata masih memonitor aktivitas militer dan sipil di Indonesia. Peristiwa kerusuhan di Dili, Timor Timur oleh tentara Indonesia dan milisi pada 1999 tidak mengejutkan intelijen Australia karena sebelumnya sudah terendus mereka.Peristiwa yang dimaksud adalah kerusuhan di Dili yang terjadi setelah dilakukannya referendum yang hasilnya masyarakat Timor Timur memilih merdeka. Antara waktu referendum sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, kaum anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian balasan besar-besaran, di mana sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000 dipaksa mengungsi ke Timor barat.
Tahu Isi Pikiran Soeharto
Perdana Menteri Australia Paul Keating dengan mudah merangkul Suharto dan menjadikan partner penting di Asia. Ini bisa dilakukan dengan mudah, karena intelijen Australia sudah memonitor Soeharto sejak lama dan mengetahui persis pandangan Soeharto mengenai diplomasi dan hubungan dengan Australia.Salah satunya cara yang dilakukan Keating untuk mendekati Soeharto adalah dengan memberinya aneka informasi intelijen mengenai Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad. Informasi mengenai Mahathir diperoleh Australian Secret Intelligence Service (ASIS) yang berhasil menyadap ruang kabinet Mahathir. [inilah]
0 komentar:
Posting Komentar