Saya teringat ucapan seorang Murobbi beberapa tahun yang lalu, seorang kader itu hendaknya siap dengan )3( D " siap di didik, di dadak dan di dudukkan". bla...bla...dstnya...
Sampai sekarang ucapan itu masih terngiang dan terus saya selami maknanya. Seiring dengan waktu saya pun paham akan ucapan itu, artinya seorang kader hendaklah bersedia "di didik" untuk peningkatan kualitas diri, baik itu ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyahnya. Berbagai sarana digunakan dalam hal ini, contohnya mutaba'ah amal yaumi, masing-masing kader harus memiliki taget dalam ibadahnya, karena dalam perjalanan hidup yang penuh dinamika hanya Dia Rabbul Izzati tempat mengadu. Selain itu ditunjang dengan berbagai kegiatan lainnya seperti; Dauroh, Jalasah Ruhiyah, Mukhoyam, Riyadoh, Rihlah, Keterampilan dan sebagainya. Semua itu dilakukan semata demi kesiapan seorang kader di tengah masyarakat, dan juga akan banyaknya ujian, guncangan, atau fitnah sekalipun dalam kehidupan.
Selanjutnya "di dadak", tak bisa dipungkiri bahwasanya seringkali kegiatan yang akan dilaksanakan dengan pemberian informasi pelaksanaan, mepet, mendesak dan kadangkala berbarengan, artinya seorang kader harus cepat tanggap dengan keadaan, menjadi pembelajar cepat dengan kondisi. Tentu saja hal ini menuntut ketsiqohan dan kepahaman, yang kadangkalanya sebenarnya menimbulkan beragam tanda tanya, dan dibutuhkan bagi jawaban pada saat itu juga.
Terakhir "di dudukkan", hal ini berkaitan dengan amanah yang diembankan oleh struktur, seorang kader sejatinya " Sami'na Wa atha'na" Dengar dan Taat, bukan " Sami'na WaFikir-fikirna" Dengar tapi Pikir lagi. Karena selama amanah yang diberikan apabila dalam kerangka kebaikan menjadi wajib hukumnya untuk di emban.
Dalam suatu organisasi menjadi kader )3( D adalah keniscayaan, mustahil tanpa adanya didikan, pembinaan dan amanah akan terciptanya kader yang tangguh dan mumpuni di berbagai bidang. Jadi, seorang kader baik dia di level ranting, cabang atau pucuk sekalipun, semuanya memiliki kapasitas dan tanggung jawab yang sama dalam Amar Ma'ruf, Nahi Mungkar. Dan InsyaAllah menjadi catatan yang akan memberatkan timbangan amal kebaikan.
Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi penulis, jika ada yang kurang berkenan dalam penulisannya, penulis mohon maaf. Wallahu a'lam Bishowab.
*Fastabiqul Khairat dalam Cinta, Kerja, dan Harmony.
Oleh : Nurhayatun Nufus, S.Pt, kader PKS Marpoyan Damai
0 komentar:
Posting Komentar